Pada hari pertama Indonesia Universities Climate Conference (IUCC), Dr. Dino Patti Djalal, Ketua dan Pendiri FPCI; dan H.E. Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia – membuka konferensi dengan kata sambutan kepada seluruh delegasi dari 60 universitas di Indonesia.
Hari pertama diisi dengan sesi interaktif delegasi bersama Prof. Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pertama Indonesia, diikuti dengan open forum bersama Dr. Helen Adams, Head of Science Engagement for COP-26 – terkait peran universitas dalam mendorong pencapaian target net-zero emissions (nol emisi bersih).
Pada akhir hari pertama juga diadakan open forum bersama Prof. Keith Bell, Co-Director of UK Energy Research Centre, University of Strathclyde & COP-26 UK Universities Network Climate Innovation Showcase – terkait “Universities’ Green Innovation and Sustainability Practices.“

Para delegasi universitas juga telah melakukan focus group discussion untuk penyusunan policy paper, yang akan dilanjutkan besok dan kemudian dipaparkan kepada H.E. Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Indonesia yang akan menghadiri diskusi publik “Dukungan Sektor Akademis untuk Pemulihan Hijau & Komitmen Iklim Indonesia” – HARI INI, Rabu, 30 Maret 2022, pukul 15:00 WIB.

“Keinginan grassroot berbeda-beda – ini yang menjadi kekurangan. Kita mencoba untuk memberikan model-model solusi yang terbaik, tetapi kita perlu dukungan: rektor, jajaran menteri, pemerintah daerah, dan Bappenas. Mereka juga harusnya tahu apa yang kita inginkan, tanpa itu maka kita tidak akan berjalan,” ujar delegasi Universitas Jambi dalam Focus Group Discussion.
“Hai para ilmuwan! Mari kita abdikan ilmu kita untuk menyelamatkan tanah air dari ancaman perubahan iklim.”
“Tidak bisa kita bersandar ke penanaman modal asing untui mengatasi ancaman global perubahan iklim – harus bisa mengandalkan kemampuan tanah air!” pesan Prof. Emil Salim dalam sesi interaktif dengan para delegasi universitas.

























…
COP26 Outcomes and What’s Next for the G20 Summit
Following the conclusion of the UN Climate Change Conference (COP26) in November 2021, FPCI and the UK Embassy in Jakarta is conducting a nationwide online video competition to further promote the outcome of the COP26 and the Glasgow Climate Pact for all Indonesian citizens. This program aims to enhance awareness of climate commitments that countries, including Indonesia, made during COP26 in order to ensure that our leaders act upon those commitments.
The name of the online video competition is “#DearG20Leaders Video Competition”, with its theme being “COP26 Outcomes and What’s Next for the G20 Summit”. This theme was chosen to promote the outcome of COP26 and Glasgow Climate Pact and at the same time, mobilize youth voices to drive ambition for Indonesia to showcase its climate leadership as President of the G20 this year.
The video must highlight the what’s next aspect of Indonesia’s climate agenda, including increasing 2030 emissions reductions target and phasing-out coal, among others. The video must also touch on the three priority issues of COP26 largely: (1) Adaptation (2) Mitigation and (3) Climate Financing.
Mengapa COP26 Penting?
Berbagai “perpanjangan” UNFCCC telah dinegosiasikan selama COP untuk menetapkan batas produksi emisi gas rumah kaca untuk masing-masing negara yang mengikat secara hukum. Beberapa “perpanjangan” tersebut seperti Protokol Kyoto pada 1997 yang menetapkan batas emisi untuk negara-negara maju yang harus dicapai pada 2012. Selain itu, ada Perjanjian Paris yang diadopsi pada 2015.
Dalam Perjanjian Paris, negara di dunia sepakat membatasi pemanasan global tidak melebihi 2 derajat Celsius, idealnya 1,5 derajat Celsius, serta meningkatkan pendanaan aksi iklim. Dalam COP26, delegasi juga bertujuan menyelesaikan “Paris Rulebook” atau aturan yang diperlukan untuk mengimplementasikan Perjanjian Paris. Kali ini, mereka perlu menyepakati kerangka waktu umum untuk frekuensi revisi dan pemantauan komitmen iklim mereka. Dan pada COP26 kali ini merupakan kesempatan penting untuk mewujudkan aturan-aturan guna mencapai Perjanjian Paris.
Sejumlah pemimpin dunia menghadiri KTT yang membahas perubahan iklim, COP26, di Glasgow, Skotlandia, mulai 31 Oktober hingga 12 November. Apa itu COP26? Sederhananya, COP26 adalah konferensi terkait iklim terbesar dan terpenting di planet ini sebagaimana dilansir dari situs web PBB. Pada 1992, PBB menyelenggarakan acara besar di Rio de Janeiro, Brasil, yang disebut Earth Summit. Dalam acara tersebut, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) diadopsi.
Darurat Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah berubah menjadi darurat global yang mengancam banyak jiwa dalam tiga dekade terakhir. Meskipun ada komitmen baru yang dibuat oleh negara-negara menjelang COP26, beberapa peneliti memprediksi kenaikan suhu global akan naik 2,7 derajat Celsius pada abad ini. Kenaikan suhu sebesar itu pada akhir abad ini akan menyebabkan kerusakan yang sangat masif di muka bumi dan mengakibatkan banyak bencana alam.
Sekjen PBB Antonio Guterres dengan blak-blakan menyebutnya sebagai bencana iklim, yang sudah dirasakan hingga tingkat yang mematikan di bagian paling rentan di dunia. Jutaan orang sudah mengungsi bahkan terbunuh oleh bencana yang diperburuk oleh perubahan iklim. Bagi Guterres, dan ratusan ilmuwan di Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), ambang batas 1,5 derajat Celsius adalah satu-satunya jalan untuk mencegah kerusakan lebih parah di muka bumi. Jam terus berdetak. Dan untuk membatasi kenaikan, dunia perlu mengurangi separuh emisi gas rumah kaca dalam delapan tahun ke depan. Ini adalah tugas besar yang hanya dapat dilakukan jika para pemimpin yang menghadiri COP26 datang dengan rencana yang ambisius, terikat waktu, dan menghapus batu bara secara bertahap untuk mencapai nol emisi.
Sumber: https://www.icctf.or.id/
…
Apa itu G20?
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7, G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Indonesia Memegang Presidensi G20
Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang berganti setiap tahun. Sebagaimana ditetapkan pada Riyadh Summit 2020, Indonesia akan memegang presidensi G20 pada 2022, dengan serah terima yang dilakukan pada akhir KTT Roma (30-31 Oktober 2021).
Tema Presidensi G20 Indonesia 2022
“Recover Together, Recover Stronger“
Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Sumber: https://www.bi.go.id/id/g20/
…
Baca juga artikel menarik lainnya di sini: