Parenting Ala Mamah ITB

Standar

Aku menyadari sepenuhnya ketika menikah belum memiliki bekal yang cukup untuk menjadi orangtua. Mana ada sih program studi khusus tentang pengasuhan atau parenting? Lalu … Apakah harus menyerah? Ooohhh … Tentu tidak! Ada tiga pengalaman parenting yang menurutku penting selama 27 tahun aku menjadi orangtua yang aku tulis dalam ‘Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog’ Juni 2022 kali ini. Semoga bermanfaat ya Mah!

Mengasuh anak adalah sebuah kesempatan berharga dan menyenangkan, di mana kita (sebagai orangtua) bisa bertumbuh bersama seiring waktu berjalan.
Sebagai alumni ITB pastinya aku mengalami suka-duka juga jatuh-bangun saat kuliah, jadi minimal siap mental dulu ketika menghadapi segala tantangan dalam menjalankan peran sebagai orangtua. Siap diospek, belajar, dikritik, dan diberi saran dan ujian.

Anak Boleh Gagal

Siapapun kita pasti pernah mengalami kegagalan. Jadi … Kegagalan bukanlah hal yang memalukan. Ketika anak mengalami kegagalan, berarti mereka telah memiliki guru terbaik dalam hidupnya. Aku sampaikan kepada anak-anak bahwa gagal dalam suatu hal bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Namun takutlah ketika tidak pernah mencoba dan berusaha. Bangkit adalah jalan satu-satunya, biarkan kegagalan menjadi pengalaman dan yang terpenting adalah kembali berjalan tegak menuju kesuksesan.

Saat Kaka, Mas, dan Teteh belajar berenang atau bersepeda, ada kalanya kehabisan nafas hingga tak sampai di ujung kolam atau terjatuh kehilangan keseimbangan ketika roda sepeda masuk ke dalam lubang di jalan. Bisa saja air kolam terminum atau kaki dan tangan terluka. Namun … Itu biasa saja. Bolehlah merasa gagal sampai di ujung kolam atau merasa gagal karena terjatuh dari sepeda, tetapi melaju lagi dengan tetap semangat hingga ke tujuan itulah sesungguhnya proses belajar.

Kaka pernah harus mengulang satu matakuliah di Fakultas Peternakan Unpad karena lembar UTS hilang entah di meja dosen yang mana? Jelas konsekuensinya tak bisa lulus tepat waktu. Kaka berdiskusi denganku dan mencoba mengambil hikmah atas kejadian tak menyenangkan tersebut. Waktu yang ada dimanfaatkan Kaka untuk menjalankan usaha peternakan ayam kampung dan produksi ayam kampung ungkep The_IR_Store.

Kaka terus berproses dalam menuntut jalan ilmu.

Alhamdulillah … Waktu satu tahun yang tadinya dianggap mengecewakan ternyata ada berkah tersendiri. Kaka menang lomba mahasiswa PWMP (Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian) tingkat nasional dan mendapatkan dana hibah dari Kementerian Pertanian RI. Saat ini Kaka kuliah di MBA (Entrepreneurship) SBM ITB untuk menambah wawasan bisnisnya dan mengikuti lomba ide bisnis/inovasi energi terbarukan Shell LiveWIRE ‘Mag Fire’ kompor surya.

Kisah resep andalan Kaka aku ikutkan dalam Tantangan Blogging Bulanan MGN Mei 2021.

Mas saat TPB di SAPPK ITB harus mengulang matakuliah kimia. Tadinya rasa kecewa muncul karena dipastikan akan mundur waktu kuliahnya. Namun mendapat nilai E bukanlah kegagalan yang tak bisa diperbaiki bukan? Begitu juga ketika fakultas menetapkan penjurusan, Mas tidak lolos ke program studi Teknik Arsitektur tapi diterima di PWK (Perencanaan Wilayah dan Kota).

Marilah bijaksana bersikap agar keberhasilan belajar anak dapat digapai dengan optimal dan anak menjadi pembelajar sejati.
Mas berusaha menerima bahwa proses belajar harus dilalui walau dengan susah payah.

Alhamdulillah … Mas mendapat nilai A untuk kimia dan sudah enjoy di prodi PWK dengan menemukan minat terkait transportasi publik. Saat ini Mas sedang menjalani magang (kerja praktek) di PT. MITJ Jakarta.

Aku sampaikan kepada anak-anak bahwa manusia berkewajiban berusaha dan terus menerus berdoa kepada-Nya. Serta memantaskan diri untuk mendapatkan pertolongan dari Illahi Rabbi dengan berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemberi Karunia.

Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda; Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).

Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.

(HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Anak Boleh Marah

Boleh tidak seseorang marah? Kalau boleh dalam kondisi apa? Kalau tidak dalam kondisi apa? Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia. Allah Yang Mahabaik lagi Maha Terpuji menciptakan marah merupakan bagian dari emosi manusia. Artinya sikap marah adalah manusiawi.

Teteh pernah marah karena aku tidak menepati janji datang tepat waktu saat penjemputan ke Pondok Pesantren Al-Ihsan Kebagusan. Aku meminta maaf sambil memeluk Teteh, “Maaf ya Teh … Ibu tidak bisa menepati janji.” Bahkan aku tak ingin segera mengungkapkan alasan mengapa terlambat. Aku pegang tangannya, “Ibu ngerti perasaan Teteh … Pasti sangat tidak nyaman menunggu kedatangan Ibu lebih dari 2 jam.” Saat di mobil Teteh diam saja. Aku tawari apakah mau beli cemilan dulu sebelum sampai rumah? Teteh hanya menggelengkan kepala. Tapi aku tahu … Sepertinya marahnya sudah mulai mereda ketika Teteh bertanya, “Di rumah ada makanan apa?” Aku usap lembut pipinya sambil tersenyum lebar. Lalu … Percakapanpun mengalir selama satu jam diperjalanan menuju rumah. Masyaallah …

Anak-anak pernah marah karena sikap atau tindakanku yang kurang tepat. Orangtua juga tidak luput dari kesalahan bukan? Jadi belajarlah terus agar menjadi orangtua yang baik.

Menghadapi kemarahan janganlah dengan kemarahan atau kekerasan. Meminta maaf dan berempati terhadap emosi yang sedang dialami anak itu jauh lebih bijak. Ajarkan anak mengungkapkan rasanya dan jadilah orangtua yang bijak menerima dan mengakui rasa itu. Mendidiklah dengan cinta.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan“.

(QS. Ali Imran :133-134)

Islam mengajarkan jika seseorang marah, maka harus diredakan dengan bergerak. Jika sedang berdiri maka duduklah. Bila sedang duduk maka berbaringlah. Jika masih marah maka lekaslah berwudhu. Anak pun boleh marah. Namun tidak dibolehkan dengan ekspresi marah yang destruktif karena akan menghancurkan diri sendiri dan orang lain. 

Anak Boleh Sedih dan Menangis

Sering kita menyaksikan orangtua melarang anaknya sedih atau menangis, terutama kepada anak laki-laki. Namun … Ingatlah kehidupan manusia tidak selamanya bahagia sehingga pasti ada kalanya kesedihan hadir menyapa. Kehidupan tak selamanya indah atau baik-baik saja. Senang dan duka datang silih berganti.

Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mas’ud r.a. , Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan dan kesedihan kemudian dia berdo’a ‘Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tangan-Mu, berlaku kepadaku hukum-Mu, adil atasku Qadha-Mu (keputusan-Mu), aku meminta kepada-Mu dengan seluruh nama-nama-Mu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada kepada salah satu.”

Aku berusaha mengajak anak-anak memahami hikmah dan ikhlas atas segala ujian disetiap episode kehidupan.

Saat anak merasa sedih dan menangis atas kehilangan seperti hewan peliharaannya mati atau ada barang kesayangannya rusak. Sedih berpisah dengan orangtua saat harus masuk pondok pesantren. Anak pasti sedih ketika berpisah dengan teman-teman sekolahnya saat kelulusan dan harus melanjutkan pendidikan di tempat berbeda. Bisa juga kesedihan hadir saat sakit atau merasa tak diperhatikan orangtua yang terlalu sibuk. Sedih tak bisa memiliki benda yang dibutuhkan atau diinginkan. Berempatilah terhadap rasa yang hadir itu.

Allah ‘azzawajalla berfirman, “Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali.”

(QS. Al-Anbiya: 35)
Jadilah hamba yang bersyukur saat diberi nikmat dan sabar saat diberi cobaan.

Allah menciptakan kesedihan agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga mampu bersyukur. Kesedihan diciptakan agar kita tunduk bersimpuh di hadapan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pengampun dan tidak menyombongkan diri. Doa-doa terbaik dipanjatkan agar kesedihan segera berlalu. Insyaallah …

Penutup

Semoga tiga pengalaman parenting ini bermanfaat dan menginspirasi para Mamah member of MGN and ITBMotherhood kesayangan … Peluk erat dan salam semangat menjalani peran sebagai orangtua bagi anak-anak tercinta.

Satu tanggapan »

  1. ya Allah banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari satu postingan ini. makasih tehh.. masya Allah tabarakallah, semoga Allah limpahkan pahala terbaik untuk semua usaha teteh sebagai orang tua aamiin

  2. MasyaAllah… 27 tahun menjadi orangtua tak henti berusaha menjadi sosok panutan untuk anak-anak, menerapkan parenting ala mamah ITB. Anak-anak dan keluarga beserta teman-teman akan melihat keteladanan Teteh dan sedikit banyak mencontoh dari Teteh dan suami. Sakinah selamanya ya, Teh…

  3. Teh Dewi, saya mbrebes mili membaca tulisan Teh Dewi.. :(.

    Banyak sekali pelajaran dan reminder yang pas juga buat saya secara pribadi. Apalagi bagian,

    “Jadilah hamba yang bersyukur saat diberi nikmat dan sabar saat diberi cobaan.
    Allah menciptakan kesedihan agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga mampu bersyukur. Kesedihan diciptakan agar kita tunduk bersimpuh di hadapan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pengampun dan tidak menyombongkan diri. Doa-doa terbaik dipanjatkan agar kesedihan segera berlalu. Insyaallah …”

    Saya sangat setuju dengan parenting ala Teh Dewi, semua hal selalu melibatkan Gusti Allah. Insha Allah saya akan menerapkan poin-poinnya. Bermanfaat sekali Teh. 🙂 Terimakasih banyak Teh Dewi. 🙂

    ***
    Btw salah fokus, si Teteh sudah lebih tinggi dari Teh Dewi ya, wah masya Allah. 🙂

  4. Tidak pernah berhenti belajar menjadi orang tua, itu benar sekali. Komunikasi menjadi penting untuk mengerti satu sama lainnya. Segenap rasa yang menjadi bumbu segala peristiwa membuat orang tua dan anak-anak belajar saling memahami dan saling memotivasi untuk menjadi baik bersama-sama.

    • Iya benar sekali Teh Sari … Hikmah dari setiap episode kehidupan itulah yang membuat kita makin bijaksana dalam menjalani hidup yang sekejap saja di dunia. Semoga keluarga kita kelak berkumpul kembali di surga-Nya aamiin …

  5. Jadi inget dulu suka didoktrin bahwa anak itu harus lebih hebat dari orang tuanya. Dan aku sempat merasa jadi anak yang gagal… Namun kemudian menyadari bahwa sepertinya lebih pas untuk menargetkan anak harus lebih bahagia dari orang tuanya. Karena hebat harta, tahta, atau strata pendidikan itu belum tentu yang dia inginkan juga…
    Terima kasih poin2nya teh… 🤗😘

    • Peluk Teh Alfi … Iya ya … aku juga sering dengar ada yang bilang begitu. Secara pernah juga sih ngalamin karena kan Bapak mertua doktor dosen dan ulama … komplit masyaallah. Kadang ada beban juga ya kalau anak atau cucu belum seperti beliau. Tapi … benar adanya setiap orang pasti sudah ada tujuan penciptaannya masing-masing menurut versi terbaik-Nya.

  6. Aku suka nih poin-poin teh Dewi, paling suka bagian takutlah ketika tidak mencoba. Benar teh, gagal itu guru terbaik, tidak mencoba itu lain lagi ceritanya karena tidak akan membawa kita kemana-mana.

    Anak juga manusia, kita ga bisa menuntut banyak seperti kita juga sebagai orang tua tidak mau kalau lingkungan sosial menuntut kita harus ini dan itu juga ya….

    Makasih teh Dewi untuk sharingnya, anak-anaknya keren dari orang tua yang keren juga nih!

  7. Masya Allah tabarakallah… luar biasa pengalaman parenting Teh Dewi. Melihat anak-anaknya yang pada pinter-pinter, punya jiwa sosial, kemandirian, dan leadership… memang nggak kaleng-kaleng ini tips parentingnya.

Tinggalkan Balasan ke dewi laily purnamasari Batalkan balasan