Belajar Tiada Henti untuk Al-Qur’an dan Salat Khusyu

Standar

Merasa tertantang dan ingin menaklukkannya? Sudah pasti … Iya! ‘Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog’ biasanya selalu membuat diriku bersemangat untuk menulis di blog dalam waktu yang sesingkat dan secepat mungkin. Namun, kali ini saat liburan pesantren hadir menghampiri dengan segala keasyikannya berpetualang di luar rumah, aku memilih menjadi deadliner he3 …

Kukurilingan di 3 kota, -Bandung, Jakarta, dan Cirebon- membuatku tak punya cukup waktu untuk duduk manis di depan laptop. Teteh memang anak spesial, mana tahan kalau liburan hanya di rumah saja. Kisahnya ada di sini.

Belajar tiada henti untuk Al-Qur’an.

Ketika diingatkan admin Mamah Gajah Ngeblog (MGN) yang cantik dan baik hati, aku pun sejenak memikirkan apa yang harus ditulis tentang ‘Hal-hal yang Ingin Dipelajari’ saat ini. Definisi belajar bukan melulu akademik saja. Namun bisa berupa ilmu kehidupan dan pengetahuan yang ada di depan mata. Hhhmmm … Keren sekali tema yang telah dipilih melalui voting member of MGN ini.

Ada 2 hal yang dari semenjak kecil hingga kini dan pasti sampai akhir hayat selalu ingin dan harus aku dipelajari. Belajar tiada henti untuk (1) Tahsin, tafsir, dan tahfizh (3T) Al-Qur’an dan (2) Salat khusyu.

Mengapa Penting Belajar 3T Al-Qur’an?

Apa saja keutamaan belajar 3T (tahsin/membaca, tafsir/makna, dan tahfizh/hafalan) Al-Qur’an?

Tahsin Al-Qur’an di dalam Islam mempunyai makna bahwa di dalam membaca Kitabullah Al-Qur’an haruslah benar dan tepat demi terjaganya keaslian praktik dakwah sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wassalaam. Tahsin dalam bahasa Arab mempunyai arti memperbaiki, memperkaya atau menguatkan.

Dikutip dari salah satu hadis riwayat Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam  bersabda:

“Siapa saja membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya, Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” 

(HR. At-Tirmidzi)

Keutamaan belajar 3T Al-Qur’an adalah:

  • Memperoleh pahala.
  • Mendapat syafaat pada hari kiamat.
  • Pencapaian lebih baik dibandingkan harta dunia.
  • Perniagaan yang tidak pernah merugi.
  • Membawa kebaikan bagi pembaca.

Aku mengikuti kelas tahsin di LBQ Al-Utsmani secara tatap muka sebelum datang masa pandemi Covid-19. Lembaga ini telah berdiri sejak tahun 1995. Satu halaqah dibimbing seorang ustadzah yang telah hafal Al-Qur’an 30 juz, masyaallah.

Program belajar dibuka setiap 3,5 bulan. Jenjang atau level kelas yang harus dilalui ada 5, saat ini aku masih berada di level 4. Setelah lulus level 5 akan masuk program belajar talaqqi dan tahfizh. Selama pandemi ini aku mengikuti kelas tahsin online dengan seorang ustadzah melalui aplikasi zoom meeting setiap hari ahad sore, barakallah.

Di LBQ Al-Utsmani belum ada program khusus tafsir Al-Qur’an, jadi aku mengikuti kajian di lembaga pendidikan AQL Islamic Center dan beberapa majelis ta’lim yang mengkaji tafsir Al-Qur’an tematik tentang perempuan seperti surah An-Nisa, An-Nur, Maryam, dan beberapa surah pilihan lainnya. Tak lupa aku ikut mendengarkan kajian dari cannel Youtube dari beberapa ustadz pakar Al-Qur’an.

Koleksi buku tafsir.

Alhamdulillah suami sangat mendukung prosesku belajar 3T Al-Qur’an. Buku tafsir koleksi perpustakaan keluargaku, di antaranya adalah:

  • Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir 4 jilid.
  • Tafsir Salman (Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma).
  • Tadabbur Al-Qur’an Juz 29 dan 30 (Panduan Hidup Bersama Al-Qur’an) karya Bachtiar Nasir.
  • Tafsir As-Sa’di 2 jilid.
  • Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb 2 jilid.
  • Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka 30 jilid.
  • Al-Qur’an terjemah 3 bahasa (Indonesia, Inggris, Arab).
Al-Qur’an tiga bahasa favoritku.
Tafsir Al-Azhar warisan Bapa.
Hadiah Al-Qur’an dari Bapa saat aku ulangtahun ke-12.

Cerita warisan buku langka dari Bapa salah satunya adalah Tafsir Al-Azhar ada di sini. Bapa adalah orang pertama yang memberikan motivasi untuk terus belajar 3T Al-Qur’an dengan memberikan hadiah ulangtahun istimewa. Artikel lengkapnya ada di sini.

Sumber inspirasiku saat ini adalah Teteh yang diberikan karunia oleh Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah telah menuntaskan ziyadah hafalan Al-Qur’an 30 juz. Sekarang Teteh sedang mengikuti program itqon dan mutqin di SMPQur’an Al-Ihsan Kebagusan Jakarta, kisahnya ada di sini.

Mengapa Harus Salat Khusyu?

Kala usia menginjak 40 tahun dan kini telah melewati golden age -50 tahun-, jika ditanya apa yang sungguh-sungguh aku inginkan dalam hidup? Salah satu yang utama adalah aku ingin diberkahi salat khusyu. Aku yakin, aku tidak sendiri, jutaan umat Islam sangat mengharapkan bisa salat khusyu, bukan lagi sebuah kewajiban yang asal tertunaikan atau merasa berat mendirikannya tergerus alasan sibuk beragam urusan.

Belajar tiada henti untuk salat khusyu.

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, “Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS. Ibrahim : 31).

Pada dasarnya Islam adalah pola hidup yang harus didukung oleh kesadaran tertinggi. Sehingga salat wajib lima waktu harus dijalankan dengan kesadaran penuh, tertib secara lisan dan gerakan, tidak kehilangan niat, maksud, tujuan serta melakukannya hanya karena Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Kita tidak diperbolehkan menutup mata, bahkan gerakan dan lisan harus senantiasa tetap terjaga oleh niat, arti serta tujuannya, sehingga tidak susut sebab lalai karena sudah terbiasa atau begitu rutinnya. Dengan begitu, InsyaAllah hadiah khusyu dalam beribadah maupun khusyu dalam keseharian yang didambakan akan kita didapatkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam salatnya.”

(QS. Al-Mu’minun 23:1-2).
Buku fikih sebagai acuan untuk terus belajar agar memperoleh salat khusyu.

Bagaimana caraku belajar salat khusyu? Tentu membaca buku fikih Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah harus senantiasa dilakukan. Beberapa buku koleksiku di antaranya adalah:

  • Bulughul Maram (Himpunan Hadits-hadits Hukum dalam Fikih Islam) karya Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani.
  • Al-Wajiz (Ensiklopedi Fiqih Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah) karya ‘Abdul ‘Azhim.
  • Fiqhul Islam (Syarah Bulughul Maram) karya Abdul Qadir Syaibah al-Hamd.

Pertama kali belajar fikih secara intensif ketika aku mengikuti Kursus Kader Mubaligh Al-Azhar (KMA) selama 2 tahun yang diselenggarakan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Buku panduannya adalah Fiqh Islam karya Sulaiman Rasjid. Guru-guru yang mengajar sangat mumpuni dibidangnya. Sebut saja ada Afif Hamka dan Rusdi Hamka, putra dari Buya Hamka. Pengajar lainnya ada M. Zen Al-Hadi, Suharyadi Sumhudi (sekarang sudah profesor), M. Amien Rais dan Yusril Ihza Mahendra (sebagai dosen tamu), beberapa nama lain aku sudah lupa. Kenanganku ketika mengikuti KMA ada di sini.

Buku panduan fiqh Islam yang menjadi koleksiku.

Saat kuliah di Arsitektur ITB tahun 1989-1994, aku belajar kajian Islam di Masjid Salman ITB dan Masjid Daarut Tauhid Bandung dengan pemateri utama Aa Gym dan Teh Ninih. Nah … Para Mamah MGN ITB pasti punya kenangan indah dengan masjid kampus yang bersejarah ini. Mau bernostalgia? Yuk! baca ulasan lengkapnya di sini.

Salat adalah caraku bersabar dan bersyukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berlimpah nikmat, karunia, dan rahmat-Nya dalam hidupku. Sebagai hamba-Nya tentulah aku ingin menjadi orang yang beruntung, kelak berjumpa dengan Illahi Rabbi di surga-Nya terindah berkumpul kembali bersama keluarga tercinta.

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.

(HR. Muslim, no. 2999)

Bahagia Belajar Adalah Kunci Belajar Tiada Henti

Sejatinya belajar itu semenjak dari buaian hingga ajal menjemput (akhir hayat). Kembali belajar bukanlah kata yang tepat bila menerapkan konsep belajar selamanya, belajar di mana saja, belajar kepada siapa saja, belajar dengan cara apa saja.

“Sejatinya belajar itu terus … terus … terus dan terus. Bisa jadi yang dimaksud adalah kembali belajar agar belajar menjadi lebih bahagia. Ya benar! Bahagia belajar itu memang sangat penting.”

Sungguh patut disadari bahagia itu ada dari dalam diri, bukan datang dari luar. Bila para pembelajar sejati sudah merasakan bahagia belajar, tak akan ada keluhan saat melakukan aktifitas belajar. Bahagia belajar juga harus dicontohkan kepada anak-anak kita. Orangtualah teladan utamanya simak ulasannya di sini.

Selamat belajar tiada henti para Mamah MGN ITB kesayangan …

Satu tanggapan »

  1. MasyaAllah… terima kasih untuk inspirasi dan motivasinya, Teh Dewi. Soal sholat khusyuk ini, kadang memang terabaikan oleh saya yang sok sibuk banget siiiih. Astaghfirullah… Terima kasih untuk mengingatkan kembali melalui blog post ini. Bismillah… belajar lagi.

  2. Akupun sebenarnya harus banget belajar Al Qur’an. Sebenarnya tiap kali baca mencoba menyerap dan menafsirkan, tapi namanya manusia memiliki keterbatasan. Apalagi dengan pemahaman yg masih minim ya. Semangat teh Dewi semoga nular juga ke aku

  3. Tulisannya adem banget dan menggetarkan hati Teh huhu. Jadi keinget inget nerusin belajar tahsin yang baru sepotong-sepotong itu tapi selalu tergeser di daftar prioritas Astaghfirulloh 😦
    Hatur nuhun inspirasi dan pengingatnya Teh, semoga aku juga bisa terus semangat dan bahagia belajar kaya Teh Dewi. Aamiin

  4. Kok saya senang sekali ya membaca tulisan ini, Mba Dewi. Tidak hanya memberi saya motivasi, namun menjadi pengingat buat saja. Agar lebih optimal dalam mengkaji ayat-ayat suciNya dan sholatnya bisa total menghadap padaNya.

    Terima kasih atas tulisannya ya Mba Dewi. 🙂

Tinggalkan Balasan ke dewi laily purnamasari Batalkan balasan