Hari Sepeda Sedunia Dirayakan Pada Tanggal 3 Juni

Standar

Para pesepeda dari berbagai klub di Indonesia turut merayakan hari Sepeda Sedunia dengan puncak acara berlangsung di kawasan Kota Tua, Jakarta, pada Minggu (2/6/2024). Sebanyak 485 klub dengan kurang lebih 2.100 pesepeda memeriahkan Hari Sepeda Dunia.

Sejak ditetapkan pada 2018, Hari Sepeda Sedunia diperingati setiap tahun pada 3 Juni oleh para pendukungnya di banyak negara. Selain sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan, bersepeda juga baik untuk kesehatan fisik dan mental.

Tema tahun 2021 adalah keunikan, serbaguna, dan umur panjang, sederhana, berkelanjutan, ekonomis, dan andal. Sedangkan tema tahun 2024 adalah mempromosikan kesehatan, kesetaraan, dan keberlanjutan melalui bersepeda. Berarti intinya ya tetaplah sepedaan karena sepeda itu bike (baca: baik). Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat sepeda sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan, sehat, dan ekonomis. 

WHO secara aktif juga mempromosikan bersepeda karena manfaatnya yang sangat banyak bagi kesehatan dan lingkungan, termasuk meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi penyakit tidak menular, seperti kanker dan diabetes, serta mengurangi polusi udara dan suara.

Hari Sepeda Sedunia mengakui keunikan, umur panjang, dan keserbagunaan sepeda, alat transportasi berkelanjutan yang sederhana, terjangkau, dapat diandalkan, dan ramah lingkungan, yang mendukung pelestarian lingkungan dan kesehatan.

Leszek Sibilski berkebangsaan Polandia-Amerika, Sang Sosiolog yang mencetuskan pertama kali World Bicycle Day pada tahun 2018. Akhirnya resolusi tersebut didukung oleh 193 negara anggota PBB termasuk Indonesia. Saat itu, terdapat kampanye yang diselenggarakan oleh Profesor Leszek Sibilski yang mendapat dukungan dari Turkmenistan dan 56 negara lainnya. Pada 2015 lalu, Sibilski memang mendedikasikan diri untuk proyek akademis.

Adapun proyek tersebut membuatnya mengeksplorasi sepeda dan perannya dalam pembangunan. Leszek Sibilski mulai mempromosikan kepada PBB untuk menetapkan satu hari sebagai hari advokasi dan perayaan sepeda di seluruh dunia. PBB akhirnya menetapkan tanggal 3 Juni sebagai Hari Sepeda Sedunia. Hal ini untuk mengakui kontribusi sepeda terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan, dan pendidikan.

Gowes di Kebun Raya Bogor.

Bersepeda di Kebun Raya Bogor dengan latar Istana Bogor yang merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang

Alhamdulillah diberi nikmat sehat masih bisa gowes di usia 50 tahun. Oya … kalau tidak salah ingat, aku bisa gowes sepeda roda dua itu kelas 2 SD, he3 … telat ya? Itupun belum punya sepeda sendiri, masih nebeng teman. Ketika aku meminta Bapa membelikan sepeda, beliau memintaku bersabar sebentar, Saat itu tak cukup uang untuk membelinya.

Pada akhir tahun 70-an Bapa sedang menempuh studi dokter spesialis dan kami hidup bersahaja. Tak punya mobil, motor, bahkan sepeda. Akhirnya saat naik kelas 4 SD, Bapa mengajakku ke Pasar Rumput untuk membeli sepeda baru. Waaahhhh … senang sekali hatiku. Sepanjang perjalanan aku tersenyum terus. Kami naik oplet kemudian naik bemo (siapa teman di sini yang masih merasakan naik kendaraan umum itu?). Aku memilih sepeda mini yang ada sandarannya. Sepeda berwarna merah dilengkapi bel dan pita-pita yang menjulur dari ujung setang. kami pulang naik bajaj karena harus membawa sepeda.

Sejak saat itu setiap pagi sebelum berangkat sekolah aku gowes keliling kampung Cikoko Pancoran. Pulang sekolah main lagi sepeda. Sore hari atau hari libur pastilah diisi dengan bersepeda. Saat aku kelas 5 SD, keluarga kami pindah ke Kramatjati. Aku masih terus asyik dengan hobi gowes hingga ke Condet dan Halim.

Lebih seru lagi saat Bapa dipindahtugaskan ke kota Cirebon. Aku sangat menikmati keliling kota dengan sepeda balap milik adik laki-lakiku. Hi3 … lucu juga ya, itu sepeda kan hadiah untuk adik. Eeehhhh … malahan aku yang lebih sering menggunakannya. Hari Ahad biasanya aku main bareng -gobar bersama teman-teman sekolah sampai ke Ciperna.

Hobi bersepeda sempat pause alias berhenti sesaat, ketika aku kuliah di ITB Bandung. Pernah sih terpikir akan membawa sepeda ke Bandung, tapi tak memungkinkan. Semester awal (masa TPB di ITB) aku tinggal di rumah kerabat dengan jalan yang menanjak. Begitupun saat kos di daerah Tubagus Ismail, aku merasa kontur jalan di Bandung tidak bersahabat untuk pesepeda seperti aku ini ha3 …

Tapi setelah aku punya rumah di Bandung,, beberapa kali gowes di sekitar kawasan ITB dan jalan Dago. Cuma ya itu tadi, kalau nanjak kok ya gak terlalu enjoy.

Bersyukur aku menikah dengan penyuka gowes juga. Jadi anak-anakku sudah punya sepeda sejak kecil. Mereka bahkan sudah bisa bersepeda roda dua sejak TK. Kegiatan bersepeda menjadi quality time keluarga. Sayangnya … setelah mereka pesantren dan kuliah jarang sepedaan bareng lagi. Namun aku dan suami berusaha terus bersepeda untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ya gowes tipis-tipis aja. Itu pun sudah bikin aku bahagia.

Yuk! Ikut nikmati parade foto aku dan keluarga bersepeda di berbagai lokasi.

Bersepeda di Gresik.

Kata sepeda dan bersepeda sepertinya sedang naik daun di pekan ini. Sebagai penyuka sepeda dan penikmat bersepeda, aku ingin berbagi pengalaman. Bahwa apapun yang kita lakukan sejatinya harus memenuhi standar etika yang berlaku di masyarakat.

Tidak mentang-mentang sepedanya berharga puluhan bahkan ada yang lebih dari seratus juta, lalu menjadi semena-mena. Apa saja etika yang harus dimiliki oleh pesepeda? Yuk! Kita simak dan jalankan ya … 

  1. Hargailah pengguna jalan yang lain, baik kendaraan yang lebih besar maupun pejalan kaki.
  2. Patuhi rambu-rambu lalu lintas.
  3. Gunakan pengaman seperti helm dan pelindung lutut untuk meminimalisir resiko kecelakaan.
  4. Menjaga jarak dan tidak bergerombol saat bersepeda bersama, agar tidak terjadi kemacetan atau saling bersenggolan yang dapat menimbulkan kecelakaan.
  5. Parkir sepeda di tempat yang telah disediakan.

Bersepeda di pegunungan atau di area khusus juga tetap harus mentaati peraturan yang ada. Tentu untuk kenyamanan semua. Bukankah pengguna area publik tidak hanya diri kita sendiri.

Gowes di hutan mangrove Jakarta.

Menikmati keindahan wisata alam di Jakarta sangat pas bila kita berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk. Kawasan konservasi alam mangrove ini dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. 

Kawasan ini adalah ekosistem lahan basah yang didominasi oleh pepohonan mangrove. Mengapa konservasi alam penting dan sangat dibutuhkan di Jakarta? Sebagai ibu kota Negara Indonesia, Jakarta sangat kekurangan lahan hijau terbuka. Tingkat polusi udara yang cukup tinggi dan mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai. Maka, konservasi alam mangrove menjadi salah satu solusinya.

Oke … Aku mau ajak teman-teman pembaca untuk gowes tipis-tipis saja di lokasi yang keren banget ini. Aku tuh suka banget sama yang namanya main di alam. Bisa sambil tracking atau gowes. Ternyata di TWA Angke Kapuk, dua aktivitas itu bisa dilakukan bersamaan.

Seru loh! Tracking di atas pedestrian bambu yang melintasi rimbunnya hutan mangrove. Burung-burung pun merdu berkicau. Sinar mentari sesekali menerobos dedaunan. Menambah hangat dan semangat untuk menjaga kesehatan. Udara segar kaya oksigen membuat badan semakin bugar. Alhamdulillah …

Aku gowes berkeliling di jalan beralas kayu dan di lokasi daratannya. Suamiku yang hobi memotret sering kali menghentikan kayuhannya dan minta aku berpose ha3 … Sesekali wefie dengan latar pemandangan yang unik. Banyak spot menarik untuk latar foto. Jadilah acara gowes kali ini membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk 7 km saja. Tapi tak apalah … Happy together merawat bahagia bersama pasangan itu kan penting.

Taman Impian Jaya Ancol Jakarta tempat gowes yang asyik.
Bersepeda di jalan Sudirman Jakarta.

Aku mencoba mengelilingi kawasan yang terdiri dari beragam bangunan tua dengan gaya kolonial yang apik. Sepeda aku pinjam seharga Rp 20.000 per jam. Teteh, anakku bungsu juga ikut semangat gowes di pagi hari yang cerah ditemani sinar mentari dan hembusan angin sepoi-sepoi. Aku berusaha menularkan hobi gowes kepada Teteh dan alhamdulillah berhasil he3 …

Lorong-lorong di Kota Tua Semarang dengan pembatas trotoar yang unik. Deretan gedung berwarna putih menambah suasana eksotik. Trotoar lebar dibangun untuk pejalan kaki dan pesepeda. Aku merasa nyaman dan aman gowes di sini karena ternyata kawasan ini juga bebas kendaraan bermotor pada beberapa sisinya. Jadi tidak ramai lalu lalang kendaraan membuat kegiatan gowes semakin asyik. Apalagi banyak latar bangunan yang patut diabadikan sebagai kenangan. He3 … Berkali-kali aku berhenti mengayuh pedal untuk berfoto.

Penerangan jalan berupa lampu dengan tiang tinggi berwarna hijau tua dihias warna keemasan nampak gagah berjejer rapi sepanjang trotoar. Tempat duduk terbuat dari besi dan kayu berada di berbagai titik agar pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati suasana tempo dulu. Seperti Gedung Marba, yang diyakini didirikan pada 1894 selalu menjadi tempat berfoto favorit para pengunjung.  Juga Gereja Blenduk yang dibangun pada tahun 1753 selau dijadikan latar foto para pengunjung dengan berbagai pose.

Seru gowes di Kota Tua Jakarta.

Kenapa di Kota Tua dilarang mati gaya? Aku tuh seneng banget bisa sepedaan keliling alun-alun yang luas banget. Sewa sepedanya hanya 20 ribu rupiah untuk 30 menit. Teteh pun hobinya sama, jadilah kami berkejaran sambil tertawa riang berasa seumuran. 

Sengaja kami menyewa sepeda onthel jadul ini, agar sesuai dengan latar bangunan kolonial di kawasan kota Tua Jakarta. Gedung-gedung yang dibangun pada masa penjajahan Belanda memiliki ciri khas arsitektur dengan dinding tebal berwarna putih. Facade dengan jendela lebar dan pintu yang tinggi menyesuaikan dengan langit-langit yang juga dibuat tinggi. Fungsinya adalah sebagai penyejuk dan sirkulasi udara yang baik. Bukankah Indonesia negara tropis yang cenderung panas? Sedangkan masa itu belum ada AC.

Ha3 … Aslinya sih beda 37 tahun loh! Memang olahraga itu resep awet sehat dan awet muda. Coba aja kalo gak percaya … Rugi deh! Satu lagi nih … Asyiknya di Kota Tua itu buat foto-foto. Banyak spot keren yang bisa menghasilkan gambar keren. Sayangkan kalau kita malu-malu bergaya.

Gowes sepeda onthel sewaan di Kota Tua Jakarta biar nuansanya cocok dengan bangunan sekitar kawasan. Lokasi keren untuk bersepeda memang gak duanya deh di Kota Tua Jakarta. Pilihan menggunakan sepeda sewa juga sangat tepat, jadi kita tidak perlu repot membawa sepeda sendiri. Selain berolahraga keliling menikmati bangunan bergaya arsitektur kolonial, kita juga bisa hunting foto keren. Aku dan Teteh berusaha untuk selalu menjaga etika bersepeda agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.

Gowes di halaman Balaikota DKI Jakarta.

Bersepeda harus menjaga etika ya … Sebelum kami memasuki halaman Balaikota, tentu kami meminta ijin dahulu kepada petugas yang menjaga kawasan tersebut. Setelah diberi ijin barulah kami gowes dengan tetap menjaga kenyamanan pengunjung lain. Syukurlah waktu itu suasananya sedang sepi, jadi berasa milik aku berdua saja dengan Teteh.

Berlibur di Solo diisi kegiatan bersepeda.
Bersepeda di kampus ITB Bandung.

Bersepeda memang menyenangkan. Olahraga murah meriah dan menyehatkan. Waktu luang kami sekeluarga sering diisi dengan bersepeda. Keakraban pun terjalin antara orangtua dan anak-anak. Yuk! Mari menikmati parade foto-foto saat kami sepedaan di berbagai kesempatan.

Stres bisa datang sewaktu-waktu kepada siapa saja. Tekanan pekerjaan yang berat atau masalah kehidupan yang belum terselesaikan tentu dapat menjadi pemicu stres. Selain menerapkan anjuran ‘jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu’, tak ada salahnya mencoba bersepeda untuk hilangkan stres.

Mengapa bersepeda? Ini pengalaman pribadi … (bila ada kajian ilmiah yang menguatkan silahkan disampaikan). Sejak usia taman kanak-kanak aku senang sekali bersepeda dimulai dengan menunggang sepeda roda tiga dan dilanjut sepeda roda empat. Aku makin keasyikan saat sudah mahir bersepeda roda dua bahkan sepeda balap atau sekarang tren sepeda gunung dan sepeda lipat.

Bersepeda sambil menikmati semilir angin segar dan pemandangan indah ‘green building’.

Ketika remaja, tak hanya berkeliling di depan rumah dan mengitari jalanan komplek, aku sesekali berpetualang menyusuri gang sempit dan jalan raya. Biasanya hari minggu pagi hingga menjelang jam sepuluh, aku banjir peluh … Sekarang setelah jadi emak-emak hi3 … bersepeda masih aku jalani di arena ‘car free day’ atau di kampus UI Depok. Agak ketar-ketir juga kalau harus bersepeda di jalan raya Jakarta yang padat dan berpolusi.

Anak-anakku tertulari juga senang bersepeda.

Alhamdulillah … Gowes di sini dengan sensasi berbeda, seperti disuguhi atraksi keren harimau Sumatera yang mengaum nyaring, lalu berjemur dan berenang … Teteh senang sekali pada akhir liburannya bisa bertemu pelikan, singa, owa jawa, lutung budeng, gajah, jerapah, rusa bawean, alligator, onta, orang utan, macan tutul. barakallah.

Setelah SMP pun Teteh masih senang main di Ragunan, gak pernah bosan terutama gowes di antara rimbunnya pepohonan area danau dan kuda nil. Sejuk dan segar banget loh! Berasa di hutan betulan deh! Padahal ini di Jakarta yang suhunya berkisar 33 derajat celcius. Bedanya gowes dengan tempat lain adalah sambil mengayuh sepeda santai, kita bisa mendengarkan suara-suara beragam hewan. Biasanya yang paling ramai adalah para primata. Kadang terdengar juga suara heboh gajah yang sedang diberi pakan. Tentu saja suara nyanyian burung dan serangga saat melintas di dekat rumpun bambu nan lebat.

Sebelum masuk kantor gowes dulu keliling Monas Jakarta.
Menyelusuri kawasan kampus UI Depok dengan bersepeda.
Gowes di TMII Jakarta suasananya menyenangkan.

Menyusuri jalan yang masih sepi dan udara sejuk sisa-sisa hujan semalam. Aku mampir di Provinsi Sumatera Barat. Dan tak lupa … Jepret ! Keren sekali bangunannya penuh ornamen berwarna-warni. Teteh bertanya, “Kenapa rumahnya besar sekali? Trus kolong rumahnya untuk apa ya?” Aku berusaha menjelaskan, “Ya … rumah gadang memang besar karena dihuni oleh banyak keluarga. Bisa sampai lebih dari sepuluh keluarga berkumpul di sana.” Teteh mengangguk-anggukkan kepala sepertinya mengerti he3 …

Rumah panggung ciri khas rumah di Sumatera untuk beradaptasi dengan iklim tropis yang lembab dan kolong rumah biasa digunakan untuk hewan ternak seperti ayam dan kambing. Bahan dari kayu adalah pilihan tepat untuk daerah rawan gempa. Atap miring sangat pas untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi agar tidak bocor dan tempias.

Rumah adat lainnya pun memiliki ciri khas masing-masing. Atapnya unik dan menarik. Begitu pula ornamen yang ada berbeda-beda dan tentu indah dipandang mata. Di sekitar danau ada rumah adat Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan di ujung danau ada panggung terbuka yang biasa digunakan untuk acara seperti pertunjukkan musik atau pameran.

Sepedaku meluncur kembali mengitari danau dan menuju rumah adat DI Yogyakarta. Perutku keroncongan … Di sisi kanan pendopo ada warung nasi gudeg yang enak dan murah. Nah … Sambil melihat sekelompok anak-anak penari yang sedang dirias, aku menikmati teh manis hangat dan nasi gudeg. Sedap …

Berdampingan dengan rumah adat DIY ada rumah adat Jawa Timur dan Bali. Sedangkan di seberang ada Museum Transportasi, Museum Reptil, dan Desa Wisata. Sebelum kembali ke gerbang utama di sisi kiri ada Teater Keong Mas yang menayangkan film tiga dimensi. Oh … Indahnya Indonesiaku.

Kawasan Halim asyik juga untuk gowes tipis-tipis.
Enjoy in Bali. Bersepeda di sela dinas kantor.

Jenis-Jenis Sepeda

Saat aku punya sepeda gravel, lipat, gunung, dan city bike. Aku coba kenalkan apa ciri-ciri sepeda yang biasa aku pakai di antaranya:

  • Pertama jenis gravel. Sesuai namanya sepeda ini bisa diajak cepat melewati jalanan gravel alias kerikil/tanah. Bentuknya khas road bike, tapi bisa menerima ban lebar hingga 40 mm atau lebih sedikit dan memakai disc brake ala sepeda off road.
  • Kedua jenis lipat. Sepeda lipat dapat dilipat menjadi lebih ringkas dengan dilengkapi engsel pada rangkanya. Keunggulannya bisa dibawa ke dalam angkutan umum, disimpan di apartemen ataupun kantor. Tentunya sepeda biasa yang berukuran besar tidak diizinkan. Sepeda lipat mulai populer di Indonesia sejak maraknya komunitas pekerja bersepeda atau kalangan penglaju. Rute pendek ditempuh dengan sepeda sementara rute jauh tetap menggunakan angkutan umum.
  • Ketiga sepeda gunung. Sepeda gunung atau All Terrain Bike /ATB atau Mountain Bike /MTB) adalah sepeda yang digunakan dalam medan berat. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 oleh pengguna sepeda di perbukitan San Fransisco. Ciri-cirinya adalah ringan, bentuk kerangka terbuat dari baja, aluminium atau komposit serat karbon (carbon fiber reinforced plastic), menggunakan shock breaker (peredam goncangan). Ban yang dipakai memiliki kemampuan untuk mencengkeram tanah dengan kuat. Sepeda gunung memiliki 18-30 gear pindah yang berguna mengatur kecepatan dan kenyamanan dalam mengayuh pedalnya.
  • Keempat city bike. Sepeda jenis ini banyak digunakan oleh kaum urban masa kini. City bike dikenal sebagai urban bike atau commuter bike. Sesuai namanya, city bike didesain untuk digunakan di perkotaan. Kenapa begitu? Karena ban yang digunakan cukup ramping serta khusus melewati jalanan mulus dan tak banyak lubang. Juga didesain untuk perjalanan jarak pendek dengan medan yang rata. Cara penggunaan city bike relatif lebih sederhana dibandingkan tipe lainnya.
Gowes sendirian di kota Cirebon. Mampir di Keraton Kasepuhan, Masjid Sang Cipta Rasa, gedung BAT, kantor Bank Indonesia, stasiun kereta Kejaksan, dan Balaikota.
Car Free Day Jakarta seru gonceng Teteh ketemu komunitas sepeda onthel jadul.

Manfaat Olahraga Bagi Lansia Awal

Menurut kriteria yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan RI (2009) setidaknya ada 9 (sembilan) kelompok umur yakni:

  • masa balita (usia 0-5 tahun);
  • masa kanak-kanak (usia 5-11 tahun);
  • masa remaja awal (usia 12-16 tahun);
  • masa remaja akhir (usia 17-25 tahun);
  • masa dewasa awal (usia 26-35 tahun);
  • masa dewasa akhir (usia 36-45 tahun);
  • masa lansia awal (usia 46-55 tahun);
  • masa lansia akhir (usia 56-65 tahun) dan
  • masa manula (usia 65 tahun ke atas).

Nah … Aku sudah masuk masa lansia awal nih … Tahun ini genap usiaku 53 tahun. Tentu saja salah satu ikhtiar adalah menjaga kesehatan seperti yang sudah aku tuliskan di awal. Secara umum dikatakan bahwa olahraga pada lansia menunjang kesehatan dengan meningkatkan nafsu makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan obat-obatan. Olahraga yang baik bagi lansia adalah jalan kaki, jogging ringan, bersepeda sesuai kemampuan masing-masing, yoga dan aerobik ringan.

Kurang bergerak atau jarang berolahraga bisa meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan pada orang yang sudah berusia lanjut, misalnya nyeri sendi dan otot, tekanan darah tinggi, pikun, hingga diabetes.

Apa yang harus aku lakukan? Aku berupaya melakukan olahraga secara rutin. Tentu setiap orang memiliki kesukaan berbeda. Aku senang jalan kaki, renang, dan bersepeda. Sesekali tracking di alam bebas. Pada waktu SD dan SMP, aku ikut beladiri silat, tapi sekarang sudah tidak lagi. Pernah juga ikut klub aerobic dan yoga tapi tidak rutin.

Manfaat utama yang bisa didapatkan dari olahraga adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit. Ketika berolahraga, tubuh akan lebih bebas bergerak. Ini akan memicu proses metabolisme dan sirkulasi darah menjadi lebih lancar. Hasilnya tubuh lebih sehat dan kuat, serta tidak mudah terserang penyakit. Jika sakit pun lebih mudah recovery tanpa harus mengonsumsi obat-obatan kimia berlebihan. Alhamdulillah …

Bila kita sudah berusia lanjut dan selama ini belum terbiasa melakukan aktivitas fisik atau olahraga rutin, tidak ada kata terlambat untuk memulainya dari sekarang. Berikut ini adalah berbagai manfaat olahraga bagi lansia:

  • Memperkuat otot dan sendi
  • Melancarkan peredaran darah
  • Mengurangi risiko terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2
  • Menjaga kesehatan dan fungsi otak sekaligus menurunkan risiko gangguan pada otak, seperti demensia
  • Mengurangi stres dan risiko gangguan mental, seperti depresi atau post power syndrome yang bisa dirasakan di masa pensiun
  • Membantu melangisngkan tubuh dan menjaga berat badan

Tak hanya itu, seorang lansia yang rutin berolahraga juga bisa tetap produktif dan hidup lebih mandiri.

Oya … Satu lagi hal penting dari olahraga yang aku rasakan manfaatnya yaitu berat badan yang stabil dan kadar lemak yang rendah. Berat badanku 42-43 kg dengan tinggi badan 153 cm. Sedangkan berdasarkan data dan dimasukkan ke rumus Broca, berat badan ideal untuk tinggi 153 cm adalah 45,05 kg. Masih kurang ya? Kadang agak kebablasan sih … Aku kalau kurang tidur dan kurang makan maka akan ngedrop tensinya. Jadi ya harus jaga-jaga nih jangan sampai kurang tidur dan kurang makan ha3 …

Ini rumus Broca untuk perempuan: Cara menghitung berat badan ideal berdasarkan rumus Broca untuk perempuan: ((tinggi badan — 100) — (15% x (tinggi badan — 100))

Tinggalkan komentar