Category Archives: belajar al qur’an

Tanda-Tanda Kebesaran Allah

Standar

Allah Yang Maha Pengasih telah menciptakan seluruh alam semesta dan semua penghuninya. Setiap makhluk, termasuk manusia dihidupkan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Dia-lah yang memberi dan menjaga kehidupan mereka hingga saat yang ditentukan. Dia-lah yang memberi makan, melindungi, dan jika mereka sakit maka Allah Yang Maha Mulia menyembuhkannya.

Al-Qur’an yang diturunkan Allah Yang Maha Pemurah kepada manusia di antaranya adalah untuk memberikan petunjuk agar kita memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Suci. ‘Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.’ (QS, Ar-Rum, 30 : 20).

Kita sering menerima kartu undangan pernikahan dan di dalamnya terdapat kutipan ayat yang mengingatkan tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Lembut. ‘Dan diantara tanda-tanda (kebesarannya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.’ (QS. Ar-Rum, 30 : 21).

Dalam surat Ar-Rum ayat 22-27 Allah Yang Maha Melihat memberikan petunjuk kepada kita agar memperhatikan berbagai kejadian di muka bumi ini. Kita diminta menjadi kaum yang berpikir untuk semakin merasa dekat dan tunduk kepada Allah Yang Maha Tinggi. ‘Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan pada siang hari usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.’

Ayat selanjutnya mengatakan, ‘Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setealah mati (kering). Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian, apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). Dan milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. Dan Dia-lah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya, Dia memiliki sifat Yang Maha Tinggi di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.’

Allah Yang Maha Adil berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 46, ‘Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan agar kamu merasakan sebagian dari rahmat-Nya dan agar kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya, dan (juga) agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.’

Dalam rangkaian ayat-ayat di atas Allah Yang Maha Benar menyusunnya sebagai tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui, kaum yang mendengarkan, dan kaum yang mengerti. Lalu, kita berada di dalam golongan yang mana? Semoga saja dengan terus memahami tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Terpuji kita dapat menjadi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur serta memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.

Matahari, bulan, dan bintang serta seluruh alam semesta ciptaan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa. Manusia sejatinya adalah hamba-Nya yang harus senantiasa bersyukur.

Tadabur Al-Qur’an Tentang Kekuasaan Allah di Langit dan Bumi

Standar

Malam pertama bulan Ramadan tahun 1443 Hijriyah kali ini sungguh sangat berkesan. Aku bisa berkumpul lengkap sekeluarga di Bandung. Ide memulai ibadah puasa di kota yang sejuk dan penuh kenangan ini datang dari Teteh. Dia senang sekali saat Pesantren memberikan libur selama 5 hari. Langsung deh! Cuussss meluncur lewat tol Cikampek-Padalarang. Bismillah

Silaturahim sekeluarga di Bandung, alhamdulilah.

Hari Jumat malam kami menanti pengumuman dari Pemerintah cq. Departemen Agama Republik Indonesia terkait kapan awal bulan Ramadan. Rukyatul hilal adalah metode dalam ilmu falak berarti bulan baru berbentuk sabit yang muncul pertama setelah ijtima‘. Hilal menurut bahasa Arab terdiri dari tiga huruf ha-lam-lam, huruf ini sama dengan terbentuknya kata fi’il ha-la dan a-ha-la. Jadi hilal adalah bulan sabit yang nampak pada awal bulan.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 189 ada penjelasan tentang bulan sabit, yaitu “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah keistimewaan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebiasaan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu menjadi beruntung”.

Demikianlah Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Dia-lah yang mengatur dan menundukkan matahari dan bulan untuk kepentingan manusia. Pergerakan benda-benda angkasa di langit dengan sangat teratur untuk mencapai tujuan-tujuan besar dan berbagai hasil yang mulia, sesuai dengan laporan ilmu falak itu sendiri, menunjukkan keberadaan Allah sebagai Penguasa alam semesta serta menjadi saksi atas keesaan rububiyah-Nya yang sempurna.

Pada surah Ar-Ra’d Ayat 2 Allah membuktikan kebenaran-Nya melalui keunikan penciptaan alam semesta. Ayat ini setidaknya menerangkan tiga tanda kekuasaan Allah di langit, orang-orang yang memikirkan dan merenungkannya akan semakin meyakini keagungan Allah. “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Allah menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu. (QS: Ar-Ra’d: 2).

Allah menciptakan langit di atas bumi tanpa adanya tiang sebagaimana yang biasa dilihat oleh seluruh makhluk, dan jarak yang sangat jauh di antara benda-benda di langit yang kesemuanya beredar menurut ketentuan dan peraturan Allah sendiri seperti benda-benda yang terlihat melayang di angkasa. Dia bersemayam di atas Arasy-Nya dan mengatur alam semesta. Allah telah menundukkan matahari dan bulan untuk kemanfaatan seluruh makhluk-Nya, masing-masing berjalan pada rotasi lintasannya menurut waktu yang ditentukan. Inilah yang digunakan manusia untuk menentukan waktu dalam beribadah, termasuk di dalamnya puasa Ramadan.

Sesampai di Bandung, Teteh meminta langsung menuju ke Masjid Salman ITB untuk salat dzuhur dan ashar. Lalu check in di hotel dan menyimpan barang-barang. Teteh menunggu kedatangan Kaka dan Mas yang menyusul ke hotel. Selanjutnya kami menuju Cafe Halaman di jalan Tamansari Bandung. Tempat makan favorit keluargaku ini berupa teras terbuka dengan banyak pepohonan. Menu yang beragam dengan harga terjangkau, serta pelayanan ramah membuat kami betah berlama-lama di sini.

Masjid Salman ITB.

Setelah makan, kami kembali ke Masjid Salman ITB untuk salat maghrib, isya, dan tarawih. Kangen sekali dengan suasana masjid ini di malam hari. Teteh mengajak berkeliling dan berfoto di halaman depan masjid. Waaahhh … Ketika kami berfoto ada kucing mendekat dan ikut minta di foto juga rupanya ha3 …

Kucingnya gendut dan nurut.

Aku sampaikan kepada Teteh bahwa kucing yang tiba-tiba mendekat juga tanda kekuasaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Rezeki seluruh makhluk ciptaan-Nya sudah dijamin oleh Illahi Rabbi. Kita berusaha menggapai rezeki itu dan mendapatkan sebagaimana ketentuan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Rezeki bukan hanya uang. Kita diberikan kesehatan, keselamatan, kesempatan untuk beribadah, juga bersilaturahim adalah rezeki tiada ternilai harganya. Masyaallah …

Suasana selepas salat maghrib.
Saat tarawih, barakallah …
Pekan menulis MaGaTa.

Tiadalah Engkau Menciptakan Sesuatu Dengan Sia-Sia

Standar

Gerhana matahari sebagian pada hari ini Jumat, 10 Mei 2013 berlangsung selama hampir satu jam. Tadi pagi pukul lima lebih hingga setengah tujuh walau berselimut awan, aku masih bisa merasakan redupnya sinar mentari tertutup rembulan. Sebagian umat Islam melaksanakan shalat gerhana dua rakaat dengan dua ruku. Lalu memperbanyak berdzikir dan bersedekah. Tak ketinggalan membaca Al Qur’an dan berusaha memahami terutama terkait dengan beragam ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta beserta segala rahasianya.

‘Dan katakanlah. “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”‘ (QS. An-Naml, 27 : 93).

Fenomena yang kita saksikan saat ini di tengah masyarakat tentang perlakuannya terhadap Al Qur’an berbeda sama sekali dengan tujuan diwahyukannya Al Qur’an. Di dunia Islam secara umum sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al Qur’an. Padahal Al Qur’an tujuan Allah Yang Maha Perkasa menurunkan Al Qur’an adalah sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat ke-52 : ‘(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Illah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.’ Atau dengan kata lain mengajak manusia untuk bertafakur.

Dalam Al Qur’an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sungguh, kewajiban kita untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah, sehingga dengan demikian kita akan mengenal Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Adil. Yang telah menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lainnya, menjadi lebih dekat kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Kuasa.

Allah Yang Maha Cerdas lagi Maha Mengetahui mengajak dalam berbagai ayat Al Qur’an kepada kaum berakal untuk memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau hanya dianggap suatu kebetulan juga keajaiban alam. ‘Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (serasa berkata) : “Ya Tuhan kami … tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”‘ (QS. Ali’Imran, 3 : 190-191).

Semoga kita senantiasa menjadi bagian dari kaum berakal yang telah didefinisikan dalam Al Qur’an. Kita senantiasa menyadari sepenuhnya bahwa Allah Yang Maha Pemurah telah menciptakan segala di alam semesta ini tidaklah sia-sia dan tugas kita untuk terus mempelajarinya agar semakin dekat dengan Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Hidup.

Matahari pagi di pantai Cirebon, karya Rachmad Aziz M.

Mampir membaca artikel menarik lainnya yuk!

Larangan Bagi Suami Membenci Istrinya

Standar

Kejadian menghebohkan seringkali terjadi di tengah kita. Seorang istri dianiaya suami hingga harus di rawat di rumah sakit, bahkan hingga di bunuh dan dengan kejam di mutilasi. Astaghfirullah … Kejadian tersebut membuat kita terhenyak dan berpikir adakah tuntunan dari Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu ? Tentang bagaimana kita, sebagai suami istri seharusnya berinteraksi dalam kehidupan berkeluarga ? Sungguh sangat penting kita mengetahui petunjuk Allah Yang Maha Bijaksana.

Muhammad SAW teladan kehidupan kita dalam berkeluarga. ‘Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda : Janganlah seorang mukmin laki-laki memarahi seorang mukminah. Jika dia merasa tidak senang terhadap salah satu perangainya, maka ada perangai lain yang dia sukai.’ (HR. Muslim). Seorang suami dilarang membenci istrinya dalam segala hal yang dapat menyeretnya untuk menceraikannya, tetapi dia harus menyeimbangkan antara yang membuatnya benci dengan apa yang membuatnya ridha. Sehingga dengan demikian, dia akan memaafkannya serta melupakan tindakannya yang kurang menyenangkan, serta menutupi hal-hal yang dibencinya dengan yang disukainya.

Seorang suami harus benar-benar bisa mengendalikan perasaan dan emosinya dengan menggunakan akal sehatnya, dalam berbagai perselisihan yang terjadi dengan istrinya. Bukankah Allah Yang Maha Perkasa telah berfirman, ‘…Pergaulilah istri-istrimu dengan baik dan apabila kamu tidak lagi menyukai (mencintai) mereka (jangan putuskan tali perkawinan) karena boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, tetapi Allah menjadikan padanya (di balik itu) kebaikan yang banyak.’ (QS. An Nisa 4 : 19).

Kisah sedih sehari lalu baru saja aku dengar. Pengasuh anakku bercerita, kakak perempuannya telah diterlantarkan oleh suaminya. Ditinggal begitu saja dengan seorang anak. Tidak diberi nafkah lahir maupun batin bertahun-tahun. Hingga akhirnya dia harus mengurus sendiri perceraian dengan suaminya. Sebulan lalu pemijat langgananku pun bercerita, anak perempuannya ditinggal kawin oleh suaminya. Dia harus mengurus dua anaknya sendirian. Akhirnya Bu Tiyah harus ikut mengurus cucunya sampai menyekolahkannya. Duh … Cerita berlanjut dengan asisten cuci sertrika yang bercerita kalau anak perempuannya ditinggal kawin suaminya. Anak satu-satunya sampai harus diasuh olehnya karena tak ada uang seperserpun yang diberikan untuk menghidupi cucunya itu.

Rasullah SAW bersabda : ‘Cukuplah seseorang itu berdosa jika dia menyia-nyiakan orang yang seharusnya dia beri nafkah.’ (Abu Dawud, Ahmad, Muslim). Kandungan hadits ini adalah diharamkan mengabaikan keadaan keluarga dan menolak memberi nafkah kepada mereka. Seorang laki-laki bertanggung jawab kepada orang yang menjadi tanggungannya, seperti keluarga, kerabatm dan pelayannya. Memberi nafkah kepada orang yang menjadi tanggungan adalah merupakan nafkah yang paling utama.

 

Kenalkan Ayat-Ayat Kauniah Kepada Anak

Standar

Di era digital serba canggih dengan kemajuan teknologi, seringkali menyisakan dampak buruk bagi anak-anak. Ya … Ini bukan isapan jempol, tapi pengalaman nyata Kindi (anak bungsuku berusia 5,5 tahun). Hasil tes kecerdasan mejemuknya menempatkan kecerdasan naturalis atau kecerdasan yang terkait dengan alam berada diurutan paling bawah. dengan poin 2,3 dari skala 5. Bandingkan dengan kecerdasan visual spasial dan kinestetik di urutan pertama dan kedua dengan poin 4,1 dan 3,9. Kecerdasan lingustik, matematis dan musiknya pun bagus dengan poin 3,5 dan 3,1.

Ah … Memang kondisi perumahan tempat tinggalku berada di tengah keramaian kota. Belakang adalah rumah sakit kepolisian, di samping kiri pasar tradisional yang buka 24 jam, dan di sebelah kanan ada mal. Tembok setinggi empat lantai menjadi latar depan pandangan dari rumahku. Belum lagi jalan raya tingkat nasional yang selalu padat merayap sepanjang hari tepat di depan jalan utama masuk perumahan. Lengkap sudah minimnya rangsangan alam dalam kehidupan sehari-hari Kindi.

Aku dan suami berusaha menanam pohon besar di halaman depan rumah (ada tanjung, mangga, kamboja, dadap merah, dan belimbing). Tak lupa rumput di halaman dalam seluas 12 meter persegi dengan beberapa pot bunga. Kindi memelihara kucing, ikan di akuarium, dan ayam. Namun, interaksi dengan alam memang sangat minim. Jadilah ketika ada pertanyaan, apakah Kindi senang melihat kupu-kupu atau lebah? Atau tertarikkah Kindi menanam pohon dan menyiraminya setiap hari? Tentu saja jawabannya Kindi jarang melihat kupu-kupu apalagi lebah hiiiksss … Menanam pohon ya sekali dua saja ketika Kindi ikut repot bersamaku menanam bunga. Menyiram juga kadang-kadang …

Itulah alasanku untuk lebih sering mengajak Kindi berlibur kembali ke alam. Kindi ternyata sangat senang bermain pasir di pantai Ancol. Juga berkuda di Tawangmangu. Memberi makan ikan di kolam Ecopark Ancol. Atau menikmati hamparan hijaunya tanaman teh di Lembang. Pernah juga Kindi asyik bermain di kebun binantang Ragunan dan Secret Zoo Malang. Aku berusaha agar kecerdasan naturalis Kindi bisa meningkat poinnya.

Kalau di rumah aku mengajak Kindi untuk melihat tayangan yang berkaitan dengan alam, seperti dalam film Ping Ping dan Tupi. Aku juga coba mengajaknya menikmati hujan dengan membuka jendela kamar saat hujan datang dan menyanyikan lagu Tik Tik Tik Bunyi Hujan.

Tak lupa beberapa ayat Al Quran yang berkaitan dengan alampun aku bacakan. Seperti diantaranya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuahn) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl 16 : 68-69).

Ayat lain berbunyi : “Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua mahkluk). Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nur 24 : 41-45).

Begitulah upaya yang telah dilakukan, tentu masih banyak kekurangan. Bila dibandingkan dengan cerita si Bolang yang ditayangkan sebuah stasiun televisi tentu sangat jauh. Ah … Sungguh aku senang melihat tayangan yang berkaitan dengan alam seperti itu. Jadi teringat jaman kecil. Saat liburan sekolah,  aku sangat senang menginap di rumah nenek (mamah dari bapaku) yang berada di kaki gunung Ciremai. Bisa main di sungai yang berbatu dan airnya super dingin. Mencari kerang di saluran irigasi. Berlarian di sepanjang pematang sawah sambil mengejar capung. Memancing ikan di kolam samping rumah. Bahkan ikut memberi makan kambing, ayam dan bebek.

Oya … Pamanku juga pernah mengajak aku ke kebun cengkeh untuk memetik buahnya. Aku juga diajari cara membuat cincau dari daunnya yang diperas kemudian dibiarkan sampai mengeras … Segar sekali di campur gula aren. Lalu favoritku adalah minum air kelapa hijau yang tumbuh di depan rumah nenek. Ketika malam menjelang terdengar suara hewan yang berderik merdu. Bintang-bintang di langitpun terlihat jelas.

Semoga saja dua bulan lagi Kindi akan memiliki lingkungan yang lebih alami. Kami sekeluarga akan pindah ke Bandung dan rumah kami masih dekat perkampungan dengan pemandangan alam gunung Manglayang. Mudah-mudah bisa menanam pohon lebih banyak lagi dan juga punya hewan peliharaan yang lebih bervariasi. Paling tidak kecerdasan naturalis Kindi bisa mencapai poin 3.

Bermain di lingkungan yang lebih alami agar Kindi mampu memahami gejala-gejala alam. Tentu alam semesta ini ada penciptanya, yaitu Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah.
Mengajak memberi makan ikan juga berguna agar Kindi tertarik dengan berbagai spesies hewan. Tak lupa akan kebesaran Illahi Rabbi dengan mencintai mahkluk ciptaan-Nya.
Berkuda di pegunungan berkenalan dengan hewan jinak dan menghirup udara segar. Melihat perkebunan strawberry membuat Kindi makin kenal Allah Yang Maha Pencipta lagi Mahakuasa.
Bermain di sungai penuh bebatuan sambil menikmati air terjun adalah cara  mengenalkan eksistensi alam dalam kehidupan Kindi.

Cerita Ramadhan : Kurma Berubah Jadi Kecoa?

Standar

Kejadian ini menimpa suami pada suatu hari di bulan Ramadhan sepuluh tahun silam. Kurma yang akan dimakan saat sahur ternyata berubah (lebih tepatnya berganti) jadi kecoa. Ceritanya begini …

Waktu berbuka telah tiba. Suamiku yang sedang menempuh kuliah pascasarjana di kampus jalan ganesha 10 harus jadi anak kos. Kebiasaan suami adalah minum air putih beberapa teguk lalu menyantap kurma tiga buah bersama teman-teman kosnya. Entah mengapa ? Kali ini suamiku berkomentar … ‘Kurmanya kok kayak kecoa ya ?’ Tentu komentar humor itu menjadikan gelak tawa seisi ruangan. Komentar lainpun bermunculan seputar makanan dan minuman. Dan lagi-lagi lelucon itupun memancing gelak tawa.

Selepas shalat tarawih, suami masih harus menyelesaikan berbagai tugas kuliah. Tidurpun saat malam sudah larut. Akibatnya saat sahur, suamiku bangun mepet waktu subuh. Tinggal beberapa menit saja. Pilihan menu sahur paling praktis adalah minum air putih dan makan kurma. Sepiring kurma masih ada di meja makan. Masih terbawa kantuk, tangan suami mengambil satu kurma. Lalu, kurma kedua … Kok agak beda ya ? Penasaran. Didekatkan kurma agar terlihat jelas. Agak berbulu dan … Loh! Ada kaki dan sayapnya. Masya Allah … Kecoa!

Jijik … Langsung dilempar kecoa yang sudah mati itu. Mual rasanya. Duh … Terbayang tadi kurma pertama yang dimakan bisa jadi sudah digerayangi kecoa. Hi … Kurma berubah jadi kecoa ? Tidak mungkin, bukan ? Namun … Suamiku langsung membaca istighfar : ‘Astaghfirullah al’Adzim … Ampuni aku yang telah menghina kurma serupa kecoa’. Adzan subuhpun berkumandang. Kali itu suamiku hanya makan sebuah kurma dan beberapa teguk air putih.

Kejadian itu sempat membuat suami mogok makan kurma beberapa hari. Hikmah kejadian ini adalah jangan pernah sekalipun menghina makanan. Tak elok pula bila makanan menjadi bahan olok-olok. Bila tak suka rasanya, janganlah mengatakan makanan ini tidak enak. Bisa jadi lidah dan selera kita saja yang tidak cocok. Toh … Ada orang lain yang suka dan mengatakannya lezat.Dan tentu Allah Yang Maha Terpuji telah menciptakan makanan dengan sempurna untuk kebaikan manusia. Subhanallah …

Ingatlah Allah Yang Maha Mengetahui telah berfirman, “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tamanan yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya), …”. (QS. Al An’am 6 : 141)

Ini cerita ramadhanku … Apa ceritamu ?

Jangan pernah sekalipun menghina makanan. Bila tak suka rasanya, janganlah mengatakan makanan ini tidak enak. Bisa jadi lidah dan selera kita saja yang tidak cocok. Toh … Ada orang lain yang suka dan mengatakannya lezat.

Rezeki Tak Harus Melulu Berupa Uang

Standar

Apakah rezeki itu hanya berupa uang? Sebagian besar orang bilang iya sambil mengangguk-angguk pasti. Namun, Aku punya pendapat pribadi. Bahwa rezeki tidak melulu berupa uang atau yang disetarakan dengan itu. Rezeki berupa keimanan, kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan rasanya jauh lebih penting daripada lembaran atau bahkan gepokan uang.

Firman Allah Yang Maha Bijaksana tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 152, “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangalah kamu ingkar kepada-Ku.”

Kejadian mengejutkan di awal bulan Ramadhan tahun inipun membuatku makin yakin bahwa memang rezeki itu tidak melulu uang. Satu tulisanku tiba-tiba saja di baca seorang wartawati tabloid Wanita Indonesia. Dia meminta waktu untuk wawancara di rumahku. Lalu … Inspirasi dari tulisanku di kompasiana dan hasil wawancara telah terbit menjadi kisah sejati. Begitupun tulisanku tentang hikmah haji telah diangkat oleh majalah NooR.

Pengalaman mengajarkan bahwa rezeki juga sering datang dari tempat yang tidak disangka. Suatu ketika aku bersama keluarga diundang untuk menikmati liburan semalam dua hari di Kota Batu Malang gratis akomodasi dan transportasi (kecuali tiket pulang pergi menuju Surabaya). Aku cek harga cottage-nya hampir setara uang tunjangan dosenku sebulan. Belum lagi acara rekreasi ke Secret Zoo dan makan-makannya. Alhamdulillah …

Di waktu lain, sepulang kantor suamiku memberikan selembar voucher menginap di sebuah hotel bintang lima di kawasan Padalarang Bandung. Bersamaan dengan waktu liburan kedua anakku yang nge-boarding. Syukurlah … Kalau tidak sekeluarga bakalan kurang seru bukan ? Senangnya bisa menemani anak-anak berenang, berkeliling danau, dan menikmati kuliner Bandung.

Ada lagi cerita tak disangka-sangka menyusul suami dinas di luar kota. Ha3 … Padahal aku sudah punya tiket menuju Cirebon untuk persiapan mengajar. Eh … Tiba-tiba ada pesan masuk bahwa suami harus melanjutkan rapatnya di Bandung dan dapat kamar sendirian. Aku langsung tukar tiket dan meluncur dengan Argo Parahyangan menuju Bandung. Betapa senangnya hati ini bisa berduaan saja dengan suami walau hanya semalam di hotel berbintang. Padahal kalau bayar sendiri pastilah berpikir seratus kali!

Rezeki lainnya menginap gratis di sebuah hotel di Semarang yang memiliki kolam renang di lantai 30. Ini adalah kolam renang tertinggi di Indonesia.

Oya … Kompasiana yang menjadi tempatku menuangkan tulisan, ternyata sering juga menjadi jalan rezeki yang tiada disangka. Aku bisa ketemu Gubernur DKI Joko Widodo. Sempat pula menghadiahkan buku yang aku tulis berjudul Bukan Kota Wali kepada beliau. Wuih … Berbunga-bunga hati ini.

Beberapa seminar nasional dan internasional pernah aku ikuti dengan gratis. Itupun menurutku adalah rezeki yang luarbiasa nilainya. Aku memperoleh ilmu pengetahuan, jejaring silaturahim, dan tentu saja rasa syukur tiada henti kepada Allah Yang Maha Pemurah.

Ketika aku renungkan, ternyata senyum ibu-ibu di posyandu juga tawa ceria anak-anak di taman bacaan yang aku kelola di sebuah perumahan RSS-pun adalah rezeki. Ucapan terimakasih penjual sayur yang setiap pagi aku berbelanja dan juru parkir yang melambaikan tangan tanda suka cita menerima recehan itupun adalah rezeki. Bantuan asisten rumahtangga yang bekerja dengan ikhlas adalah rezeki. Salam dan semangat belajar para mahasiswa di kelas adalah rezeki.

Belum lagi bila makin aku renungkan … Tiada satupun ciptaan Allah Yang Mahakuasa sia-sia. “Maka, apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka, Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al-Mu’minun 23 : 115-116).

 

Hasil wawancara dan menjadi pemenang Lomba terbit di Tabloid Wanita Indonesia.
Artikelku terbit di Majalah NooR.

Mampir ya … ada artikel menarik lainnya di sini:

Memahami Ayat-Ayat Allah

Standar

‘Dan katakanlah. “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”‘ (QS. An-Naml, 27 : 93).

Fenomena yang kita saksikan saat ini di tengah masyarakat tentang perlakuannya terhadap Al Qur’an berbeda sama sekali dengan tujuan diwahyukannya Al Qur’an. Di dunia Islam secara umum sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al Qur’an. Padahal Al Qur’an tujuan Allah Yang Maha Perkasa menurunkan Al Qur’an adalah sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat ke-52 : ‘(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Illah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.’ Atau dengan kata lain mengajak manusia untuk bertafakur.

Tafakkur Alam dalam Islam

Dalam Al Qur’an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sungguh, kewajiban kita untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah, sehingga dengan demikian kita akan mengenal Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Adil. Yang telah menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lainnya, menjadi lebih dekat kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Kuasa.

Allah Yang Maha Cerdas lagi Maha Mengetahui mengajak dalam berbagai ayat Al Qur’an kepada kaum berakal untuk memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau hanya dianggap suatu kebetulan juga keajaiban alam. ‘Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (serasa berkata) : “Ya Tuhan kami … tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”‘ (QS. Ali’Imran, 3 : 190-191).

Perintah untuk Melakukan Rihlah atau Perjalanan

Perjalanan untuk tafakkur dan tadabbur dilakukan kaum Muslim merujuk pada perintah dalam al-Qur’an, “Katakanlah, ‘berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh Allah maha kuasa atas segala sesuatu (Q.S. 29:20).

Dalam ayat lain dikatakan, “Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (Q.S. 22: 46).

Islam merupakan agama yang sangat mendorong pemeluknya melakukan perjalanan (rihlah)—atau banyak juga yang mempergunakan istilah “safar” (yang juga berarti perjalanan). Dan semuanya dengan kemuliaan dan pahalanya masing-masing. Dalam sejarah Islam, terdapat kisah-kisah perjalanan yang dilakukan Nabi saw; perjalanan kafilah dagang di mana Nabi saw bertemu dengan pendeta yang mengetahui tanda-tanda kenabian; perjalanan hijrah Nabi saw dari Mekkah ke Madinah yang penuh perjuangan; perjalanan isra’ dan mi’raj dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsa lalu menuju sidrah al-muntaha, dan masih banyak lagi perjalanan yang dilakukan Nabi saw yang semuanya kemudian menjadi historis.

Islam, agama yang terus mengalami pertumbuhan pengikut di dunia, mengenal beberapa konsep perjalanan yang menjadi kajian kalangan sarjana, yaitu perjalanan ibadah haji (hajj), perjalanan untuk mencari ilmu (thalab al-ilm), dan perjalanan untuk tafakkur (kontemplasi) dan tadabbur (refleksi), serta yang juga harus disebutkan adalah perjalanan untuk melakukan perdagangan dan mencari rezeki. Perjalanan ibadah haji, yang juga merupakan jenis perjalanan ke tempat suci (pilgrimage), merupakan ibadah wajib bagi setiap Muslim dengan pengecualian bagi “yang tidak mampu”. Karena posisinya sebagai ibadah wajib, maka perjalanan haji merupakan perjalanan paling populer di dunia Islam.

Silakan mampir juga di artikel menarik lainnya di sini: