Percetakan Al-Qur’an di Kota Madinah
Jamaah haji selalu diberi cinderamata oleh kerajaan Arab Saudi selaku tuan rumah ibadah haji berupa Al-Qur’an yang sangat indah. Di percetakan Al-Qur’an Kota Madinah telah dicetak lebih dari 170 juta dantelah didistribusikan ke berbagai Negara. Al-Qur’an telah diterjemahakn ke dalam 39 bahasa.
Komplek percetakan seluas 250.000 meter persegi diresmikan pemakaiannya pada tahun 1984. Aku berkesempatan membaca hamper sepuluh Al-Qur’an dengan 10 bahasa terjemahan. Diantaranya ada adalah ‘Quraanka Kariimka, Iyo Taijamada Macnihiisa Ee Afka Soomaaliga’, ‘Le Noble Coran et la traduction en langue Francaise de ses sens”, ‘Der edle Qur’an und die Ubersetzung seiner Bede utungen in die Deutsche Sprache’, Kur’an-I Perkthim me komentim ne gjuhen shqipe’, Thien Kinh Qur’an va Ban dich y nghia noi dung bang Viet ngu’, ‘I Kur’an eyingwele incazeto yama vesi a khethiwe ngesi Zulu’, Kur’an s prevodom preveo besim korkut’, Al Kur’an mai girma da kuma tajaman ma’anoninsa zuwa ga Harshen Hausa’, ‘Karoang mala’bi anna battuanna tama di basa Mandar’, dan ‘Qur’an yolemekezeka yotanthau zidwa michichewa Malawi’.
Subhanallah … begitu banyak bahasa di dunia. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui memahami semuanya. Do’a-do’a hamba-Nya dalam bahasa apapun, Insya Allah dikabulkan-Nya. Dan lebih menakjubkan lagi, Al-Qur’an dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab telah terjaga keasliannya dari sejak jaman Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam hingga kini, bahkan hingga akhir jaman. Begitulah janji Allah Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah menjaga kitab suci-Nya. Umat Islam di seluruh dunia mampu membacanya dalam huruf hijaiyah dan telah jutaan orang mampu menghafalnya baik sebagian maupun seluruh isi Al-Qur’an. Itulah bentuk kekuasaan-Nya yang telah ditampakkan kepada kita hamba-Nya.
Tempat Bersejarah Sekitar Kota Madinah
Masjid Quba terletak di daerah Quba. Ketika Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam berhijrah ke Kota Madinah, orang-orang pertama yang menyongsong Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam adalah penduduk Quba. Sebagai tanda penghargaan bagi penduduk Quba, maka dibangunlah sebuah masjid di daerah tersebut.
Ada juga masjid Qiblatain yang terkenal karena memiliki dua mihrab atau kiblat. Di masjid ini ketika Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam sedang melaksanakan shalat dzuhur, pada rakaat pertama dan kedua beliau melakukannya dengan menghadap Baitul Maqdis di Yerussalem/Palestina (karena memang belum ada perintah menghadap Ka’bah), lalu turunlah surah Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam agar menghadapkan kiblat ke Ka’bah di Makkah. Maka rakaat ketiga dan keempat Beliau menghadap ke Ka’bah sebagai kiblat umat Islam sampai akhir jaman.
Jabal Uhud juga patut dikunjungi sebagai bagian sejarah umat Islam. Saat umat Islam masih dimusuhi oleh kafir Quraisy di Kota Makkah. Terjadilah peperangan dahsyat di perbukitan Jabal Uhud. Kaum muslimin berjumlah 700 orang harus melawan tentara kaum musyrikin Makkah 3.000 orang. Dalam perang tersebut umat Islam mengalami kemenangan yang gemilang, sehingga kaum musyrikin lari pontang-panting. Di Jabal Uhud kaum muslimin tergoda harta rampasan perang dan tidak mengikuti perintah Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Maka terjadilah serangan balik dari kaum musyrikin sehingga terbunuhlah 70 orang syuhada termasuk diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib.
Berjumpa Muslim Dari Seluruh Dunia
Pengalaman indah lainnya adalah saat aku dan suami dapat berkenalan dengan muslim dan muslimah dari Turki, Pakistan, Mesir, Sudan, Malaysia, Afganistan, Cina, Iran, juga Amerika dan Eropa. Tak kalah bahagianya ketika bertemu saudara sebangsa dan setanah air di negeri orang. Ya kami berkenalan dengan jamaah asal Pirang Sulawesi, Banjarmasin Kalimantan Selatan, Solo Jawa Tengah, Lamongan Jawa Timur, Padang Sumatra Barat. Warna-warni Indonesia indah terlihat. Inilah Bhineka Tunggal Ika berbeda suku dan bahasa daerah tetapi tetap bangga menjadi warganegara Indonesia. Warna-warni kami sebagai bangsa sungguh indah ketika jauh di negeri orang.
Di pelataran masjid Nabawi ini sering sekali menjadi arena pertemuan berbagai bangsa. Aku pernah mengaji bersama sekelompok jamaah haji Turki dan Pakistan. Aku juga berkenalan dengan jamaah haji dari Afganistan dan Mesir. Subhanallah … Sempat mendapat tamu bulanan, jadi tak ikut shalat berjamaah. Sambil menunggu aku tak tahan untuk men-jepret jamaah haji yang sedang bersujud di pelataran Masjidil Haram dekat tempat Sai.
Alhamdulillah … Penginapanku di Kota Makkah berada dekat pemakaman Ma’la. Sepanjang jalan terdapat toko-toko yang menjual aneka sajadah dan perlengkapan ibadah lainnya. Ada juga kios makanan khas Indonesia dan Timur Tengah. Aku pernah mencoba makan siang makanan khas roti besar sekali dengan kuah kari yang hangat. Mmm … Yummy …
Kejadian Lucu Disangka Kawin Muda
Ya Allah … sungguh firman-Mu benar. Di tanah yang Engkau berkahi telah berkumpul hamba-hamba-Mu dari seluruh penjuru dunia. Menyambut undangan-Mu yang mulia. Tak ada sekutu bagi-Mu. Indahnya menjadi tamu Allah sekaligus menjalin silaturahim bersama jamaah dari berbagai bangsa.
“Dari Indonesia?”(suara logat Malaysia). Muslimah separuh baya di sebelahku bertanya sambil mengulurkan tangannya. Kami bersalaman. “Betul” jawabku. Dia langsung membuka pembicaraan, baru kali ini berjumpa muslimah Indonesia membawa buku catatan dan menulis sesuatu sambil menanti waktu shalat. Dia juga tanya dengan siapa aku berangkat? Aku bilang dengan suami. Ha3 … Dia bilang aku kawin muda yah? Oh … No. Dia tebak aku pasti anak orang kaya. He3 … Aku jawab tidak.
Menurut dia di Malaysia terdapat asumsi bahwa orang Jakarta kaya raya (sering bolak-balik belanja ke Singapura dan Malaysia). Nah … Orang luar Jakarta miskin sehingga harus jadi TKW atau TKI di negeri tetangga. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala.
Saat berangkat haji tahun 2006 anakku sudah dua loh! Dan usiaku pun tak lagi muda sudah 36 tahun. Ada pula yang menyangka aku ABG yang nyasar hi3 …
Sunset di Laut Merah
Laut yang memisahkan anak benua Asia dan benua Afrika ini penuh sejarah. Kita sangat mengenal kisah tentang terbelahnya laut merah oleh mukjizat tongkat Nabi Musa. Maka tak heran bila ada kesempatan, jamaah haji akan mampir walau sejenak di tepi Laut Merah tepatnya di Kota Jeddah. Kami berkesempatan menyaksikan terbenamnya matahari. Indah sekali warna jingga kemerahan bulatan matahari perlahan turun sampai di batas cakrawala.
Suasana menjadi romantis karena banyak pasangan suami-istri yang sengaja berfoto berangkulan dengan ‘background sunset’ di Laut Merah. Setelah matahari tenggelam terdengarlah azan dari masjid terapung. Di sebut terapung karena sebagian bangunan ada di darat dan sebagian lainnya ada di atas laut.
Di Jeddah kami diajak mengunjungi pusat perbelanjaan yang khusus buka pada malam hari. Minyak wangi menjadi oleh-oleh favorit. Merek-merek terkenal dibandrol dengan harga miring. Selesai belanja kami mengunjungi taman air mancur setinggi 200 meter. Katanya ini adalah air mancur tertinggi di dunia. Di taman ada kereta kuda yang dapat disewa untuk mengelilingi taman. Harganya 10 riyal saja sekali putaran. Aku sempat bercanda, “Mengapa tak ditarik unta saja?” Kata Pak Kusirnya, “Unta bukan untuk menarik kereta, tapi untuk ditunggangi.” Pantas saja selama di tanah suci aku hanya melihat unta dengan tempat duduk di punuknya yang berhias bunga warna-warni.
Hanya Unta Yang Tidak Batuk
Imam Masjidilharam diam sejenak, mendehem, lalu batuk beberapa saat. Lantunan suara merdu beliaupun sedikit terganggu. Kejadian tujuh tahun lalu saat pelaksanaan shalat Jumat dalam musim haji tahun 2006. Begitupun imam masjid di dekat penginapanku di daerah Ma’la beberapa kali menghentikan bacaan surah Al-Fatihah dan surat lainnya dari Al-Qur’an karena batuk. Akupun mengalami hal yang sama.
Batuk tiada henti … Sempat juga dada ini terasa hingga sesak karena ingin menahan agar batuk tak berbunyi saat shalat berjamaah. Yang aku agak heran, kenapa batukku makin menghebat bila ada di masjid dekat penginapan ya? Selidik punya selidik. Eh … Ternyata di atas lembaran karpet merah yang sudah agak kumal begitu banyak serpihan bulu burung dan sudah pasti debu. Rupanya aku alergi dengan benda-benda itu. Dalam kamar tidur aku aku selalu batuk tiada henti menjelang tidur.
Wah … Subhanallah, ternyata di loster angin-angin kamar yang lumayan tebal itu ada sarang burung merpati. Pastilah serpihan bulunya masuk dengan leluasa ke dalam kamarku. Hiiiksss … Dokter rombonganku yang baik hati memberi aku obat batuk namun efeknya tak seberapa. He3 … Aku tetap batuk-batuk dengan merdunya.
Kali lain ketika ada ceramah dari pembimbing ibadah haji kloter KH. Abdullah Gymnastiar yang lebih akrab disapa Aa Gym. Dia menyampaikan keajaiban hewan ciptaan Allah, yaitu unta. Loh! Apa hubungannya unta dengan batuk para jamaah? Masya Allah… Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Kuasa telah menciptakan unta dengan bentuk hidung yang sedemikian sempurna untuk menahan debu pasir yang lembut sekalipun.
Hidung unta ditumbuhi bulu-bulu halus dan dilindungi cairan yang kental agar debu dapat disaring dengan baik. Sedangkan hidung manusia tidaklah sama dengan hidung unta. Untuk itu dianjurkan agar jamaah haji rajin memakai masker selama di tanah suci. “Ooohhh … Jadi hanya unta yang gak batuk ya … He3 …” canda salah satu jamaah yang setelah berkomentar langsung terbatuk-batuk lama sekali.
Oya … Satu lagi hikmah batuk yang aku alami di tanah suci ini memberikan peringatan agar aku senantiasa menjaga lisan dan perkataan. Ternyata … Baru sedikit saja terganggu batuk, bicara rasanya sangat tidak nyaman. Harus banyak memohon ampun kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana agar segala salah dan dosa mulut ini. Ya Allah … Ampuni bila hamba tak bisa menjaga lisan, bila perkataan menyakitkan sesama, bahkan lisan yang lupa menyebut nama-Mu Yang Maha Sempurna lagi Maha Tinggi.