Monthly Archives: April 2023

Wisata Religi Selepas Umrah dan Haji

Standar

Percetakan Al-Qur’an di Kota Madinah

Jamaah haji selalu diberi cinderamata oleh kerajaan Arab Saudi selaku tuan rumah ibadah haji berupa Al-Qur’an yang sangat indah. Di percetakan Al-Qur’an Kota Madinah telah dicetak lebih dari 170 juta dantelah didistribusikan ke berbagai Negara. Al-Qur’an telah diterjemahakn ke dalam 39 bahasa.

Komplek percetakan seluas 250.000 meter persegi diresmikan pemakaiannya pada tahun 1984. Aku berkesempatan membaca hamper sepuluh Al-Qur’an dengan 10 bahasa terjemahan. Diantaranya ada adalah ‘Quraanka Kariimka, Iyo Taijamada Macnihiisa Ee Afka Soomaaliga’, ‘Le Noble Coran et la traduction en langue Francaise de ses sens”, ‘Der edle Qur’an und die Ubersetzung seiner Bede utungen in die Deutsche Sprache’, Kur’an-I Perkthim me komentim ne gjuhen shqipe’, Thien Kinh Qur’an va Ban dich y nghia noi dung bang Viet ngu’, ‘I Kur’an eyingwele incazeto yama vesi a khethiwe ngesi Zulu’, Kur’an s prevodom preveo besim korkut’, Al Kur’an mai girma da kuma tajaman ma’anoninsa zuwa ga Harshen Hausa’, ‘Karoang mala’bi anna battuanna tama di basa Mandar’, dan ‘Qur’an yolemekezeka yotanthau zidwa michichewa Malawi’.

Subhanallah … begitu banyak bahasa di dunia. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui memahami semuanya. Do’a-do’a hamba-Nya dalam bahasa apapun, Insya Allah dikabulkan-Nya. Dan lebih menakjubkan lagi, Al-Qur’an dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab telah terjaga keasliannya dari sejak jaman Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam hingga kini, bahkan hingga akhir jaman. Begitulah janji Allah Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah menjaga kitab suci-Nya. Umat Islam di seluruh dunia mampu membacanya dalam huruf hijaiyah dan telah jutaan orang mampu menghafalnya baik sebagian maupun seluruh isi Al-Qur’an. Itulah bentuk kekuasaan-Nya yang telah ditampakkan kepada kita hamba-Nya.

Tempat Bersejarah Sekitar Kota Madinah

Masjid Quba terletak di daerah Quba. Ketika Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam berhijrah ke Kota Madinah, orang-orang pertama yang menyongsong Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam adalah penduduk Quba. Sebagai tanda penghargaan bagi penduduk Quba, maka dibangunlah sebuah masjid di daerah tersebut.

Ada juga masjid Qiblatain yang terkenal karena memiliki dua mihrab atau kiblat. Di masjid ini ketika Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam sedang melaksanakan shalat dzuhur, pada rakaat pertama dan kedua beliau melakukannya dengan menghadap Baitul Maqdis di Yerussalem/Palestina (karena memang belum ada perintah menghadap Ka’bah), lalu turunlah surah Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam agar menghadapkan kiblat ke Ka’bah di Makkah. Maka rakaat ketiga dan keempat Beliau menghadap ke Ka’bah sebagai kiblat umat Islam sampai akhir jaman.

Jabal Uhud juga patut dikunjungi sebagai bagian sejarah umat Islam. Saat umat Islam masih dimusuhi oleh kafir Quraisy di Kota Makkah. Terjadilah peperangan dahsyat di perbukitan Jabal Uhud. Kaum muslimin berjumlah 700 orang harus melawan tentara kaum musyrikin Makkah 3.000 orang. Dalam perang tersebut umat Islam mengalami kemenangan yang gemilang, sehingga kaum musyrikin lari pontang-panting. Di Jabal Uhud kaum muslimin tergoda harta rampasan perang dan tidak mengikuti perintah Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Maka terjadilah serangan balik dari kaum musyrikin sehingga terbunuhlah 70 orang syuhada termasuk diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib.

Berjumpa Muslim Dari Seluruh Dunia

Pengalaman indah lainnya adalah saat aku dan suami dapat berkenalan dengan muslim dan muslimah dari Turki, Pakistan, Mesir, Sudan, Malaysia, Afganistan, Cina, Iran, juga Amerika dan Eropa. Tak kalah bahagianya ketika bertemu saudara sebangsa dan setanah air di negeri orang. Ya kami berkenalan dengan jamaah asal Pirang Sulawesi, Banjarmasin Kalimantan Selatan, Solo Jawa Tengah, Lamongan Jawa Timur, Padang Sumatra Barat. Warna-warni Indonesia indah terlihat. Inilah Bhineka Tunggal Ika berbeda suku dan bahasa daerah tetapi tetap bangga menjadi warganegara Indonesia. Warna-warni kami sebagai bangsa sungguh indah ketika jauh di negeri orang. 

Di pelataran masjid Nabawi ini sering sekali menjadi arena pertemuan berbagai bangsa. Aku pernah mengaji bersama sekelompok jamaah haji Turki dan Pakistan. Aku juga berkenalan dengan jamaah haji dari Afganistan dan Mesir. Subhanallah … Sempat mendapat tamu bulanan, jadi tak ikut shalat berjamaah. Sambil menunggu aku tak tahan untuk men-jepret jamaah haji yang sedang bersujud di pelataran Masjidil Haram dekat tempat Sai.

Alhamdulillah … Penginapanku di Kota Makkah berada dekat pemakaman Ma’la. Sepanjang jalan terdapat toko-toko yang menjual aneka sajadah dan perlengkapan ibadah lainnya. Ada juga kios makanan khas Indonesia dan Timur Tengah. Aku pernah mencoba makan siang makanan khas roti besar sekali dengan kuah kari yang hangat. Mmm … Yummy …

Kejadian Lucu Disangka Kawin Muda

Ya Allah … sungguh firman-Mu benar. Di tanah yang Engkau berkahi telah berkumpul hamba-hamba-Mu dari seluruh penjuru dunia. Menyambut undangan-Mu yang mulia. Tak ada sekutu bagi-Mu. Indahnya menjadi tamu Allah sekaligus menjalin silaturahim bersama jamaah dari berbagai bangsa.  

“Dari Indonesia?”(suara logat Malaysia). Muslimah separuh baya di sebelahku bertanya sambil mengulurkan tangannya. Kami bersalaman. “Betul” jawabku. Dia langsung membuka pembicaraan, baru kali ini berjumpa muslimah Indonesia membawa buku catatan dan menulis sesuatu sambil menanti waktu shalat. Dia juga tanya dengan siapa aku berangkat? Aku bilang dengan suami. Ha3 … Dia bilang aku kawin muda yah? Oh … No. Dia tebak aku pasti anak orang kaya. He3 … Aku jawab tidak.

Menurut dia di Malaysia terdapat asumsi bahwa orang Jakarta kaya raya (sering bolak-balik belanja ke Singapura dan Malaysia). Nah … Orang luar Jakarta miskin sehingga harus jadi TKW atau TKI di negeri tetangga. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. 

Saat berangkat haji tahun 2006 anakku sudah dua loh! Dan usiaku pun tak lagi muda sudah 36 tahun. Ada pula yang menyangka aku ABG yang nyasar hi3 …

Sunset di Laut Merah

Laut yang memisahkan anak benua Asia dan benua Afrika ini penuh sejarah. Kita sangat mengenal kisah tentang terbelahnya laut merah oleh mukjizat tongkat Nabi Musa. Maka tak heran bila ada kesempatan, jamaah haji akan mampir walau sejenak di tepi Laut Merah tepatnya di Kota Jeddah. Kami berkesempatan menyaksikan terbenamnya matahari. Indah sekali warna jingga kemerahan bulatan matahari perlahan turun sampai di batas cakrawala.

Suasana menjadi romantis karena banyak pasangan suami-istri yang sengaja berfoto berangkulan dengan ‘background sunset’ di Laut Merah. Setelah matahari tenggelam terdengarlah azan dari masjid terapung. Di sebut terapung karena sebagian bangunan ada di darat dan sebagian lainnya ada di atas laut.

Di Jeddah kami diajak mengunjungi pusat perbelanjaan yang khusus buka pada malam hari. Minyak wangi menjadi oleh-oleh favorit. Merek-merek terkenal dibandrol dengan harga miring. Selesai belanja kami mengunjungi taman air mancur setinggi 200 meter. Katanya ini adalah air mancur tertinggi di dunia. Di taman ada kereta kuda yang dapat disewa untuk mengelilingi taman. Harganya 10 riyal saja sekali putaran. Aku sempat bercanda, “Mengapa tak ditarik unta saja?” Kata Pak Kusirnya, “Unta bukan untuk menarik kereta, tapi untuk ditunggangi.” Pantas saja selama di tanah suci aku hanya melihat unta dengan tempat duduk di punuknya yang berhias bunga warna-warni.

Hanya Unta Yang Tidak Batuk

Imam Masjidilharam diam sejenak, mendehem, lalu batuk beberapa saat. Lantunan suara merdu beliaupun sedikit terganggu. Kejadian tujuh tahun lalu saat pelaksanaan shalat Jumat dalam musim haji tahun 2006. Begitupun imam masjid di dekat penginapanku di daerah Ma’la beberapa kali menghentikan bacaan surah Al-Fatihah dan surat lainnya dari Al-Qur’an karena batuk. Akupun mengalami hal yang sama.

Batuk tiada henti … Sempat juga dada ini terasa hingga sesak karena ingin menahan agar batuk tak berbunyi saat shalat berjamaah. Yang aku agak heran, kenapa batukku makin menghebat bila ada di masjid dekat penginapan ya? Selidik punya selidik. Eh … Ternyata di atas lembaran karpet merah yang sudah agak kumal begitu banyak serpihan bulu burung dan sudah pasti debu. Rupanya aku alergi dengan benda-benda itu. Dalam kamar tidur aku aku selalu batuk tiada henti menjelang tidur.

Wah … Subhanallah, ternyata di loster angin-angin kamar yang lumayan tebal itu ada sarang burung merpati. Pastilah serpihan bulunya masuk dengan leluasa ke dalam kamarku. Hiiiksss … Dokter rombonganku yang baik hati memberi aku obat batuk namun efeknya tak seberapa. He3 … Aku tetap batuk-batuk dengan merdunya.

Kali lain ketika ada ceramah dari pembimbing ibadah haji kloter KH. Abdullah Gymnastiar yang lebih akrab disapa Aa Gym. Dia menyampaikan keajaiban hewan ciptaan Allah, yaitu unta. Loh! Apa hubungannya unta dengan batuk para jamaah? Masya Allah… Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Kuasa telah menciptakan unta dengan bentuk hidung yang sedemikian sempurna untuk menahan debu pasir yang lembut sekalipun.

Hidung unta ditumbuhi bulu-bulu halus dan dilindungi cairan yang kental agar debu dapat disaring dengan baik. Sedangkan hidung manusia tidaklah sama dengan hidung unta. Untuk itu dianjurkan agar jamaah haji rajin memakai masker selama di tanah suci. “Ooohhh … Jadi hanya unta yang gak batuk ya … He3 …” canda salah satu jamaah yang setelah berkomentar langsung terbatuk-batuk lama sekali.

Oya … Satu lagi hikmah batuk yang aku alami di tanah suci ini memberikan peringatan agar aku senantiasa menjaga lisan dan perkataan. Ternyata … Baru sedikit saja terganggu batuk, bicara rasanya sangat tidak nyaman. Harus banyak memohon ampun kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana agar segala salah dan dosa mulut ini. Ya Allah … Ampuni bila hamba tak bisa menjaga lisan, bila perkataan menyakitkan sesama, bahkan lisan yang lupa menyebut nama-Mu Yang Maha Sempurna lagi Maha Tinggi.

Rindu Baitullah, Kenangan Indah Saat Umroh dan Haji

Standar

Tak bisa dijelaskan lebih dari rangkaian kalimat ini … Sebab rasa dalam rongga jiwa lebih dari yang mampu disampaikan. Mengapa aku, selalu rindu Baitullah – Ka’bah dan Masjidil Haram?

Jarak hampir dua kilometer tidak mengahalangi hati dan kaki untuk selalu bergegas menuju ke sana. Masjid yang dihormati dan dimuliakan. Bukan karena ganjaran pahala saja yang menjadi magnet. Melainkan aura, suasana, dan rasa sangat dekat kepada Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemurah itulah yang terus menerus ingin aku dapatkan di Masjidil Haram. Pelataran Masjidil Haram persis di depan pintu King Abdul Aziz menjadi tempat favorit untuk beristirahat setelah melakukan shalat berjamaah dan bertawaf.

Alhamdulillah … Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam  menyatakan : “Janganlah memberatkan untuk mengadakan perjalanan kecuali ketiga masjid; (1) Masjidil Haram; (2) Masjid-ku (Masjid Nabawi); (3) Masjidil Aqsha.” (HR. Ad-Damiri, An-Nasa’i, dan Ahmad). Selama tinggal di Kota Makkah, aku berada di maktab 12 nomor pondokan 135.

Posisi pondokan berada di sebelah Timur Masjidil Haram. Lokasi ini biasa disebut perkampungan Ma’la. Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam adalah warga Ma’la. Beliau menetap di sana sampai tibanya waktu hijrah ke Madinah. Ketika Fath Makkah (pembebasan Makkah, Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam dan para pengikutnya masuk Makkah dari arah Ma’la / Hujun). Khadijah ra, istri Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam dimakamkan di sini. Menurut kisah, Khadijah sangat suka dengan burung merpati.

Nah … uniknya di sekitar pemakaman Ma’la banyak burung merpati abu-abu. Bukankah merpati dipilih Allah Yang Pengasih lagi Maha Penyayang sebagai perantara menyelamatkan Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam? Merpati membuat sarang di depan gua Tsur. Setelah pemakaman Ma’la. ada sebuah masjid yang menjadi saksi di baiatnya sekumpulan jin oleh Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Masjid Jin begitu namanya. Di kiri kanan masjid berderet pertokoan dan hotel atau pondokan untuk jamaah haji.

Setelah masjid aku akan menyebrang jalan lagi dan melintas di depan Saudi Post. Beberapa kartu pos aku kirimkan untuk anak-anakku Ibrahim dan Muhammad. Aku memang lebih suka menulis surat daripada sms atau telepon. Kartu pos ku tuliskan cerita dan pilihan gambarnya juga bagus-bagus. Berada di dalam Masjidilharam sunnah utama adalah melaksanakan tawaf. Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Dilanjutkan shalat di belakang Maqam Ibrahim. Lalu minum air zam-zam, berdoa di Multazam.

Jika sempat shalat di Hijir Ismail atau mencium Hajar Aswad. Lanjutkan dengan ber-Sa’i antara bukit Shafa dan Marwa. Ka’bah kiblat seluruh umat Islam di dunia. Bertawaf sebanyak tujuh putaran bersama para malaikat. Subhanallah … Kondisi Masjidl Haram pada masa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam dan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq tidaklah seluas sekarang. Masjid ini terus diperluas pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab, Usman bin Affan. Kemudian diperindah lagi pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang dilanjutkan oleh Bani Abbasiyah.

Tak ketinggalan Dinasti Otoman melakukan beberapa kali perbaikan. Bangunan Masjidl Haram terdiri dari dinding dan deretan tiang-tiang dengan lengkungan-lengkungan artistik mengelilingi Ka’bah. Kubah-kubah kecil berjumlah 152 buah. Masing-masing tiangnya berjumlah 589 buah mempunyai tinggi 20 kaki dan berdiameter 1,5 kaki. Tiang-tiang itu ada yang terbuat dari marmer putih, batu granit biasa, batu granit berwarna.

Batu-batu tersebut sebagian besar diambil dari pegunungan di sekitar Kota Makkah. Di sekeliling masjid ada tujuh menara yang menjulang tinggi. Masing-masing menara mempunyai nama : Bab Al-Umrah; Bab Al-Huzurah; Bab As-Salam; Bab Al-Ali; Sulaimanah, dan Kait Bai. Masjidil Haram memiliki 19 pintu gerbang yang selalu terbuka. Beberapa nama pintu antara lain : Bab As-Salam; Bab As-Shafa; Bab As-Su’ud; Bab Al-Umrah; Bab Ibrahim; dan Bab Jumah. Setiap pintu memiliki kesan yang berbeda, misalnya pintu Umrah terasa ramah dan feminim, pintu King Abdul Aziz terlihat elegan, sedangkan pintu King Fadh tampak gagah dan mewah. Pintu favoritku adalah Babussalam.

Jika melewatinya aku bisa langsung melihat Ka’bah. Prosesi visual ini sangat unik, menakjubkan, dan membahagiakan. Pengorbanannya adalah aku harus sabar menjalani pemeriksaan askar perempuan : tas ransel, kantong sepatu, bahkan jaket diperiksa dengan teliti. Aku tak bisa memandang wajah cantiknya sebab tertutup cadar hitam.

Namun, aku merasa askar membalas senyumku dan pasti ucapan salamku dengan lirih … . Suasana Kota Makkah beberapa kali aku ambil gambarnya dari lantai atas penginapan. Total 30 hari aku berada di Kota Makkah. Banyak kenangan indah tak terlupakan. Tak mungkin ku ucapkan kata selamat tinggal, karena sungguh aku sangat ingin kembali pada suatu saat nanti. Waktu jualah yang mengharuskan aku meninggalkan Kota Makkah juga Baitullah dan Masjidil Haram. Bukan karena benci Ya Rabbi … Airmataku menetes lagi saat tawaf wada atau tawaf perpisahan. Undang kembali aku sebagai tamu-Mu dilain waktu Ya Allah …

Berjalan Kaki Menuju Arafah

Pengalaman tak terlupakan dan penuh hikmah, saat melaksanakan puncak ibadah haji yaitu wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah 1427 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 30 Desember 2006. Hingga selesai tawaf ifadhah pada tanggal 3 Januari 2007 atau tanggal 13 Dzulhijah 1427 Hijriyah karena menjalani nafar tsani.

Rangkaian Ibadah Haji terdiri dari :

  • Ihram atau Niat. Ihram adalah rangkaian pertama dalam ibadah haji, ibadah haji sendiri dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah setiap tahunnya.
  • Wukuf di Padang Arafah.
  • Mabit di Muzdalifah.
  • Jumrah aqabah.
  • Mabit di Mina melempar jumrah sughra (kecil/ula), wustha (tengah), dan diakhiri kubra (besar/aqabah) minimal 2 hari yang disebut nafar awwal atau 3 hari nafar tsani.
  • Tawaf ifadhah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran.
  • Sa’i berjalan atau berlari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali.
  • Tahallul atau menggunting atau mencukur rambut.
  • Tawaf wa’da saat meninggalkan Kota Makkah.

Aku telah terjun, terhanyut dalam lautan cinta Allah Yang Maha Baik lagi Maha Terpuji. Siapapun akan bergetar hatinya. Ketika Ka’bah -kiblat seluruh umat Islam seduania- nyata berwujud di depan mata. Getaran makin kuat meruntuhkan seluruh keangkuhan manusi. Tawaf, mengelilingi Baitullah. Layaknya para malaikat yang terus bertasbih mengelilingi Arsy Allah Yang Maha Benar lagi Maha Pemaaf.

Talbiyah “Labaikallaahumma labaik, labaikalaa syarikalaka labaik, innalhamda wanni’matalaka walmuk, laa syariikalak” terus didendangkan. Kumandangnya menggetarkan qalbu jutaan manusia. Tak terasa air mata menetes di pipi membasahi tanah suci-Mu. Aku penuihi panggilan-Mu, aku sucikan dan agungkan nama-Mu, aku usahakan menjadi tamu yang Engkau sukai dan Engkau cintai.

Kloter 77 dipimpin Kyai Haji Abdullah Gymnastiar, biasa disapa Aa Gym, berjalan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah Yang Maha Pelindung lagi Maha Pemilik Kebesaran. Sebagai tanda kloter, aku memakai ikat leher berwarna merah putih kotak-kotak kecil. Tak lupa bendera merah putih dibawa oleh para ketua kelompok. Pemandangan ini menggetarkan hatiku. Bendera merah putih berkibar di Arafah mempersatukan jamaah haji yang berasal dari Indonesia.

Mengapa memilih berjalan kaki? Semenjak manasik haji di tanah air yang diselenggarakan oleh KBIH Daarut Tauhid, aku sudah tertarik dengan opsi berjalan kaki saat pelaksanaan wukuf di Arafah. Aku ingin mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang saat menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Ternyata jutaan jamaah haji dari berbagai negara pun melakukan hal yang sama, yaitu berjalan kaki menuju Arafah. Masyaallah …

Arafah … Tempat pilihan Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Teliti. Ke sanalah aku berjalan kaki dari Kota Makkah. Betapa Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana telah memilih jam super raksasa ‘matahari’ sebagai acuan tak tergoyahkan dalam menentukan waktu ibadah haji. Siapa yang mampu menerbitkan dan menenggelamkan matahari? Kecuali Dia, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Aku terharu atas perjuangan seorang nenek didorong kursi roda, keluarga dengan balita naik kereta dorong, jamaah menggendong bayinya, atau kakek bertongkat. Semalam mabit di Mina untuk keesokan hari selepas shalat subuh menuju Arafah.

Langkah kaki bergegas menuju rengkuhan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi Karunia. Aku berjalan menuju arah timur, arah terbitnya matahari. Langit merah jingga biru menjadi latar menakjubkan bagi jutaan manusia berbalut pakaian ihram. Bertalbiyah, bergerak khusyuk menuju Tuhan Rabbil’alamin. Di sinilah … Rasa betapa Allah Yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana telah menggenggam seluruh jiwa dan raga. Saat berjalan mengejar matahari terbit, udara sejuk, suasana cerah ceria.

Senyum terkembang. Hati berbunga-bunga. Karena di Arafah telah menanti Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah. Para malaikat menyambut dan mengagungkan jamaah haji ketika wukuf. Tetapi … secara sunnatullah, ketika matahari semakin tinggi. Terik dan menyilaukan. Tak terasa wajah semakin menunduk. Inilah desain super canggih dari Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Ketika hendak bertemu dengan-Nya, tundukkanlah wajahmu!

Selepas wukuf di Arafah. Saatnya menghadap ke barat. Matahari tenggelam ke arah sana. Kejarlah cahayanya. Semakin di kejar semakin surut tertutup bukit-bukit padang pasir. Gelap menyelimuti diri yang berburu tempat di Muzdalifah. Hotel bintang seribu. Mabit semalam berdinding gunung dan bukit, beralas pasir dan bebatuan, berselimut udara 5 derajat celsius, dan dibelai angin gurun. Subhanallah … hati dan raga mana yang tak tersungkur, bersujud, memohon ampunan kepada Pemilik alam semesta. Pemilik diri ini. Apalah arti diri ini? Kecil bak sebutir pasir di tengah lautan pasir …

Kembali ke Mina. Hangatnya matahari pagi terasa di punggung. Ringan kaki melangkan. Beban berat telah diangkat. Kini perjuanga membuang seluruh sifat setan dari dalam diri. Bukan lah setan yang dilempari batu saat jumrah. Dengan kesadaran penuh buanglah! sifat sombong, takabur, riya, malas, boros, iri, dengki, durhaka, dan sebagainya yang harus disingkirkan. Gantilah dengan tekad membangun kebaikan berupa akhlak mulia mendekati Asmaul Husna.

Jadilah diri yang pengasih, penyayang, rendah hati, sabar, syukur, rajin, ikhlas, jujur, amanah, ramah, istiqamah, perhatian, teliti, hemat, lembut, pemaaf, semangat, adil, tekun, pantang menyerah, rapi, bersih, bijaksana, hormat, penolong, cepat tanggap, cekatan, bersahaja, sederhana, tegar, cerdas, ridho, berani, dan tabah. Tahalul dan lepaskan pakaian ihram. Jadilah manusia yang membumi.

Bertawaf dalam keadaan tak berihram tentu butuh ketegaran lebih. Kini aku tak berihram lagi. Larangan saat ihram tak ada lagi. Namun … bagaimana manusia baru ini mampu bersikap sebagai haji mabrur justru saat kebebasan telah Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa anugerahkan. Manusia adalah khalifah di muka bumi. Tetaplah bertawaf bagai Ibrahim. Lalu … lanjutkan bersa’i bagai Hajar. Langkah kaki penuh semangat dan harapan akan rahmat. Berharap menjadi manusia baru.

Semoga Allah Yang Maha Cerdas lagi Maha Mengetahui menambahkan ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi kemaslahatan umat-Mu, memberikan rezki yang luas agar menjadi penolong agama-Mu, dan melimpahkan kesehatan agar semakin dekat dengan-Mu dengan menjalankan perintah-Mu serta menjauhi larangan-Mu.

Tak pernah aku merasakan sedihnya sebuah perpisahan. Tawaf wada membuatku tak henti meneteskan air mata. Hati ini mengharu biru … Ya Allah … Ya Rahman … Ya Rahim … bukan aku benci kepada-Mu dan Baitullah, melainkan waktu ku sudah ditentukan. Ampuni aku, Engkau-lah Maha Pengampun. Jika saat menjadi tamu-Mu aku tak tahu malu, tak sopan, tak bersyukur atas segala nikmat-Mu. Tetap sayangilah aku, janganlah Engkau benci kepadaku, jangan lagi Engkau tak mengundang ku ke tanah suci-Mu, menjadi tamu-Mu.

Ya Allah, Engkau Maha Pemberi, maka berilah aku kesempatan. Engkau Maha Kaya, maka berilah aku rezki. Engkau Maha Berkehendak, maka undanglah aku ke tanah suci-Mu berkali-kali. Jika ini kali terakhir dalam hidup ku, maka aku mohon ridhoi dan berkahilah aku dengan surga-Mu. Ya Allah berikan cahaya-Mu diqalbuku agar walau jauh dari Baitullah, aku selalu rindu, selalu merasa dekat, seolah-olah memandangnya, berada di dalamnya, bersama Engkau, Ya Allah …

Bersama suami tercinta di Jabal Rahma selepas berhaji …

Nikmat Tuhan Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?

Standar

Teringat pengalamanku pada bulan Mei tahun 2013. Waaahhh … Sudah sepuluh tahun lalu.

Saat ada kegiatan dengan komunitas jurnalis warga Kompasiana di Yogyakarta, pergelangan kakiku terkilir dan lututku memar. Aku terjatuh di depan sebuah kampus tempat tim ID-Kita Kompasiana dan Kementrian Kominfo mengadakan sosialisasi internet sehat dan aman. Agak tertatih aku masuk ke dalam mobil. Entah bagaimana mulanya, kejadian itu sekejab saja? Aku sepertinya kurang berhati-hati ketika selesai berfoto di halaman kampus tersebut tak melihat ada semacam undakan lantai. Subhanallah … Sakit sekali kakiku.

Sebelum kembali ke hotel, rombongan menuju sebuah lokasi bernama ayam ndelik. Ya memang sudah waktunya makan malam. Perut pun sudah keroncongan he3 …

Duuuh … Kaki yang sakit ini sulit juga diajak kompromi. Kebetulan aku membawa minyak kayu putih, jadi sementara aku oleskan saja di pergelangan kaki yang makin terasa nyuuut … Agar tak terlalu fokus pada rasa sakit aku sengaja mengobrol tentang ayam ndelik ini. Sulit juga aku melafalkan kata ndelik itu. Supir kami, Pa Anto yang asli Yogyakarta menjelaskan keunikan tempat makan malam kali ini.

Aku bertanya apakah ndelik sama dengan mendelik? Ha3 … Tawa Pa Anto terdengar sambil berkata bahwa ndelik ini artinya tersembunyi atau nyempil. Wah … Aku kira ayamnya waktu disembelih mendelikkan matanya. Ternyata salah!

Lokasinya terpencil di sudut perumahan. Seandainya harus mencari sendiri, sepertinya aku menyerah. Mobil masuk ke pekarangan sebuah restoran yang di desain dengan suasana jadul. Bangku dan meja kayu yang alami tanpa cat atau plitur. Ruang pertama ada dua meja besar dengan bangku panjang berdekatan dengan sebuah lemari berisi barang kuno koleksi pemiliknya. Alunan lagu Koes Plus terdengar dari pemutar piringan hitam yang juga lawas. Ada radio tua yang masih berfungsi dengan tombol pemutar untuk mencari frekuensi. Wuih … Ini era digital, tapi di sini masih memakai alat elektronik era manual. Sungguh luar biasa.

Kami menuju ruang di belakang dapur. Di balik ruangan masih berupa tanah luas yang ditanami pepohonan tinggi. Di langit malam terlihat bulan hendak purnama mengintip dari balik awan. Cahaya lembutnya menerobos dedaunan sungguh tampak sangat romantis. Hi3 … Mungkin suatu kali nanti aku akan rayu suami untuk mampir ke tempat ini lagi.

Kembali ke kakiku yang terkilir dan memar. Aku berucap istighfar dan innalillahi wa inna ilaihi rojiun untuk ujian dari Allah Yang Maha Adil lagi Maha Pemaaf. Tak lupa aku bersyukur mendapat hikmah dari kejadian ini. Betapa nikmat atas kaki yang telah dilimpahkan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah. Banyak tempat yang bisa aku datangi. Langkahku ringan saja ketika kakiku tak sakit seperti ini. Namun … Kala sehat seringkali aku lupa bersyukur.

Ya … Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi Karunia, ampunilah segala khilafku ini. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

“(Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tuntuk (kepada-Nya). Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya), di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.” (QS. Ar-Rahman 55 : 1-12).

Ketika sampai di kamar hotel dan melaksanakan shalat terasa sakitnya lutut saat sujud dan pergelangan kaki linu saat duduk antara dua sujud. Subhanallah … Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa telah memberikan karunia tak terhingga berupa kesehatan kepadaku selama ini. Sudah seharusnya sebagai rasa syukur, aku berbuat banyak kebajikan kepada sesama. Tak perlu ingin dipuji atau pamrih dari manusia. Hanya kepada Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung sajalah segalanya diserahkan.

Sakit adalah episode tak terelakan dalam kehidupan manusia. Beragam jenis penyakit dapat saja diderita oleh manusia, tak terkecuali diri kita, suami atau istri, anak-anak, orangtua, dan keluarga dekat yang kita sayangi.

Musibah, malapetaka, cobaan dan penyakit serta apa saja yang terjadi semua sudah ditakdirkan Allah Illahi Rabbi. Dalam Al-Qura’n surah At Taghaabun ayat 11 Allah berfirman : “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Kita harus yakin bahwa Allah lebih menyayangi kita daripada diri kita sendiri. Musibah dan penyakit adalah ketetapan Allah, dan Allah lebih menyayangi kita daripada rasa sayang kita pada diri sendiri.

Ingalah bahwa Allah telah memilih suatu penyakit bagi kita dan meridhainya, karena Dia lebih mengetahui kemashlahatan daripada diri kita sendiri. Dia Maha Bijaksana, yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai. Bila kita mendapat cobaan, ujian, dan penyakit kuncinya adalah sabar. Karena sabar adalah konsekuensi dari ‘ubudiyah dalam kesempitan. Pasti cobaan dan penyakit adalah pertanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

Putus asa tak akan memberikan manfaat apa-apa. Justru akan menambah penderitaan. Bukankah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji telah menjanjikan surga bagi orang yang sabar dan ridha dengan segala macam cobaan dan ujian. Jika dibandingkan dengan nikmat yang kita peroleh sejak lahir sampai sekarang dengan penderitaan yang kita alami, masih lebih banyak nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kita. Tak dapatlah kita hitung. Nikmat iman dan islam itulah yang utama.

Kitapun wajib berikhtiar dalam mencari obat dari penyakit kita. Dua hal yang harus kita pegang teguh ketika kita berusaha mengobati penyakit kita adalah : pertama bahwa obat dan dokter hanyalah sarana kesembuhan sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji, kedua ikhtiar dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara yang haram dan syirik.

Apabila musibah itu sangat berat dan penyakit bertambah parah, maka janganlah mengharapkan kematian dan jangan berdoa agar cepat mati. Karena masih ada kemungkinan bagi kita untuk banyak berbuat kebaikan, berdzikir, bertaubat kepada Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pengampun dengan sebenar-benarnya yang akan menghapuskan dosa-dosa kita.

Do’a dan dzikir mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama dan tempat yang istimewa dalam hati hamba yang beriman. Tiada terkira kenikmatan, karunia, dan anugrah dari Allah Yang Maha Penyantun lagi Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.

Selepas bersujud kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana berdo’alah dengan kesungguhan hati. “Ya Rabb-ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih. (QS. An-Naml : 19)

Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 15, Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Teliti mengajarkan do’a yang begitu indah. “Ya Rabb-ku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali’Imran : 8).

Hiburan Unik Saat Ramadhan dan Lebaran

Standar

KBBI menyebutkan definisi kata hiburan/hi*bur*an/ n adalah sesuatu atau perbuatan yang dapat menghibur hati (melupakan kesedihan dan sebagainya).

Setiap orang, keluarga, atau komunitas pastinya memiliki pilihan hiburannya tersendiri yang unik. Ya … Ojo dibandingke. Miriplah dengan judul lagi yang sedang viral ini. “Wong ko ngene kok dibanding-bandingke. Saing-saingke yo mesti kalah.”

Keluargaku punya hiburan unik saat sahur atau hiburan yang tak biasa, tapi ini seru sekali. Intinya kan hiburan ini bisa menghibur hati sekeluarga.

Main Tebak-tebakan Lucu

Nah … Saat Kaka dan Mas sedang berlibur ke rumah Jakarta, hiburan unik di keluargaku adalah main tebak-tebakan saat sahur. Saat berkumpul bersama, tak jarang akan ada situasi kehabisan topik obrolan atau ingin menyelipi obrolan serius dengan sesuatu yang santai. 

Ada saja tebakan lucu yang menjadikan kami tertawa terpingkal-pingkal. Ini beberapa tebakan lucu yang bisa teman-teman gunakan untuk hiburan kala sahur:

1. Gang apa yang selalu bikin ibu-ibu kesel? Gangguin suaminya. (Ketika membahas topik hangat kekinian tentang pelakor).

2. Ikan apa yang suka berhenti sebentar? Ikan pause. (Ini tetiba mucul tebakan saat aku menyajikan menu ikan gindara fillet goreng tepung). 

3. Lorenzo, Marquez, Rossi kejar-kejaran motor bahkan salip menyalip, harus diapain? Ya di biarin aja biar seru. (Saat Mas mengobrol tentang motor yang baru diservice dan habis masa berlaku STNKnya).

4. Selain mobil, bus, pesawat, orang mudik dari Jakarta ke Solo biasanya menggunakan? Pakaian (iya kali telanjang?). (Kami sedang membahas rencana mudik lebaran  ke Solo). 

5. Kucing apa yang paling kejam? Kucingkirkan kau dari kehidupanku. (Keluarga kami memang menyayang kucing).

6. Hewan apa yang hidup paling sederhana?  Ala kadalnya. (Ini saat kami sedang membahas tas mewah milik istri pejabat pajak).

7. Kenapa pohon tanjung yang ada di depan rumah harus ditebang? Kalau dicabut berat gak ada yang kuat. (Kebetulan di halaman rumah kami menanam pohon tanjung dan baru saja ditebang bagian atasnya karena sudah sangat rimbun).

8. Kenapa dalang membawa keris ketika pertunjukan wayang? Ya kalau bawa kompor, istrinya gak bisa masak. (Tebakan yang muncul saat kami membahas Mag Fire Kompor Surya karya inovasi Kaka yang dijadikan bahan pembahasan di tesis S2 di SBM ITB).

9. Kenapa di laptop ada tulisan enter? Karena kalau tulisannya entar, programnya gak jalan-jalan, dong. (Aku sedang curhat karena laptop sudah melemot he3 … Modus nih kepingin beli yang baru).

10. Pintu apa yang didorong oleh 7 orang tidak bisa terbuka? Pintu yang ada tulisannya “GESER”. (Kami sedang membahas salah satu pintu rumah yang kusennya dimakan rayap).

11. Ayam apa yang bikin kesel? Ayamnya udah habis, tapi nasinya masih banyak. (Nah … Kaka nih yang jago masak ayam ungkep dan pernah dapat dana hibah untuk mengembangkan usahanya).

12. Hewan apa yang tidak boleh di POM bensin? Kodok ngorek (karena takut terbakar). (Obrolan serunya sih membahas kenaikan harga BBM).

13. Kenapa sapi bisa jalan sendiri? Karena diakhiri huruf i. Coba kalau diganti huruf u, bakal seram deh kalau gerak sendiri. (Aku bercerita rencana insyaallah kurban sapi tahun ini).

Silakan tambahkan tebakan lucu lainnya di kolom komentar ya …

Diskusi Beragam Topik

Kami sengaja janjian tidak pegang gadget dan tidak menyetel televisi. Sehingga bisa fokus dan tidak terganggu noise dari perangkat lain. Kami berupaya saling menatap dan memperhatikan gesture tubuh atau mimik wajah. Sangat menyebalkan jika lawan bicara malah memperhatikan layar HP, bukan lawan bicaranya.

Saat sahur hiburan lainnya adalah bergantian memasak menu sahur. Dapur bisa menjadi lokasi yang menyenangkan untuk kami saat membahas menu apa yang diolah Kaka dan Mas? Atau kami akan melanjutkan membahas kuliner di meja makan dan dilanjutkan dengan bercerita pengalaman kami saat traveling. Ada saja topik obrolan yang seru dan membuat kami tertawa terkekeh-kekeh.

Misalnya saat mereka pertama kali berkenalan dengan menu balakutak hideung di Kota Cirebon. Makanan yang menjadi kesukaanku itu penampakannya memang kurang menarik. Tapi rasanya mantap dan bikin kangen. Setiap silaturahim ke rumah Mamah, musti aku berusaha makan balakutak, baik memasak sendiri atau di kios Nasi Jamblang. Kaka dan Mas keukeuh menolak makan balakutak ya karena warnanya hideung (hitam legam). Aku bilang, “Ayo coba dulu … Kalau gak suka lepeh saja. Kalau suka lanjutkan!” 

Akhirnya mereka mau mencobanya dengan mimik wajah gimana gitu ha3 … Eeehhh … Ternyata setelah dikunyah barulah mereka merasakan kenikmatannya. Hingga kini si hitam itu pun menjadi kuliner favorit mereka.

Dongeng Kabayan Favoritku

Teringat masa kecil di Kuningan bersama Aki dan Eni saat Ramadhan dan liburan lebaran. Sebelum tidur, Aki senang sekali bercerita tentang kekonyolan Si Kabayan. Pasti ceritanya lucu sekali dan membuat aku beserta para sepupu ketagihan.

Mengapa Si Kabayan? Menurut Aki dongeng humor Si Kabayan ini memang sangat populer di Tatar Sunda. Nah … Para cucu yang tinggal di Jakarta harus kenal dengan budaya Sunda. Malah Eni pernah bilang sedih sekali ternyata cucu-cucunya tidak fasih berbahasa Sunda. 

Siapakah Si Kabayan? Dia adalah seorang lelaki di tanah Pasundan pada masa lampau. Si Kabayan adalah lelaki pemalas namun memiliki banyak akal. Meski akalnya itu kerap digunakannya untuk mendukung kemalasannya. Nyi Iteung adalah nama istrinya yang seringkali merasa sebal dengan perilaku suaminya itu.

Si Kabayan Mencari Tutut di Sawah

Pada suatu hari Si Kabayan disuruh mertuanya untuk mengambil siput-siput sawah. Seperti biasa ia melakukannya dengan malas-malasan. Setibanya di sawah, ia tidak segera mengambil siput-siput (tutut-tutut) sawah yang banyak terdapat di sawah itu, melainkan hanya duduk-duduk di pematang sawah.

Lama sekali Si Kabayan yang ditunggu mertuanya di rumah tidak kembali. Mertua Si Kabayan pun menyusul ke sawah. Aaaduuuhhh … Terperanjatlah Abah mendapati Si Kabayan hanya duduk di pematang sawah. Kakinya digoyang-goyangkan sesekali menyentuh permukaan sawah yang berair itu. “Kabayan! Apa yang engkau lakukan? Mengapa kamu tidak turun ke sawah dan mengambil tutut-tutut itu?” teriak Abah dari kejauhan.

Setelah Abah mendekat, si Kabayan pun menjawab, “Abah … Aku  tuh takut sekali ketika mau turun ke sawah. Lihat deh! Sawah ini sangat dalam. Tuuuhhh … Dalam sekali kan? Hingga langit pun terlihat di dalamnya,” jawab Si Kabayan.

Mertua Si Kabayan menjadi gemas dan tentu saja geram dengan alasan Si Kabayan. Didorongnya tubuh Si Kabayan hingga menantunya itu terjatuh ke sawah.

Mau tahu apa reaksi Si Kabayan? Dia hanya tersenyum-senyum sendiri seolah tidak bersalah. “Eeehhh … Da deet ya Bah? Abah ternyata sawah ini dangkal ya?” katanya dengan senyum menyebalkannya. Si Kabayan pun lantas mengambil tutut-tutut yang banyak terdapat di sawah itu. Aaampuuun … Abah melotot melihat kelakuan menantunya yang menyebalkan itu.

Si Kabayan Menghanyutkan Nangka di Sungai

Kali ini Si Kabayan disuruh mengambil nangka oleh mertuanya, “Yang tua ngambil nangkanya yah, Kabayan! Jangan yang masih muda gak enak nanti …”

Pergilah Si Kabayan seperti biasa dengan ogah-ogahan ke kebun dengan membawa golok untuk mengambil nangka. Setelah sampai di kebun, ia menengok kanan-kiri mencari buah nangka yang besar. Akhirnya ia menemukan nangka yang sudah tua dan besar sekali. 

“Waaahhh … Ini buah pasti disukai Abah,” batin Si Kabayan sambil senyum-senyum. Diambillah buah nangka tersebut, setelah diangkat beratnya gak ketulungan. Si Kabayan ngedumel, “Aduuhhh berat sekali ini nangka. Kumaha ya gak bakalan ke angkat nih buah nangkanya.”

Hhhmmm … Si banyak akal ini tiba-tiba saja punya ide menghanyutkan buah nangka tersebut ke sungai. Biasalah karena malas membawa buah besar dan berat itu. Si Kabayan berkata kepada nangka, “Hei, nangka, kamu pulang duluan yah! Ikuti saja arus sungai ini pasti sampai depan rumah Abah”

Si Kabayan pulang lenggang kangkung dong. Setelah sampai di rumah Si Kabayan di tanya Abah, “Kabayan, dapat gak buah nangkanya?” “Ya dapat lah! Nangkanya sudah tua besar lagi buahnya,” kata Si Kabayan dengan nada bangga. Mertuanya bertanya, “Sekarang mana atuh buah nangkanya? Kamu tuh pulang gak bawa apa-apa geuning?” Abah celingukan melihat ke arah Si Kabayan yang pulang lenggang kangkung.

Si Kabayan malah senyum-senyum bangga dan berkata, “Aih, belum datang yah? Kan tadi teh nangkanya dihanyutkan ke sungai, disuruh pulang duluan. Biar cepet sampai kitu …” “Ya aaampuuun … Ari kamu teh jadi orang meni teu mikir Kabayan. Masa iya ada buah nangka bisa pulang sendirian!” kata Abah dengan sewot.

“Waaah, Abah kumaha atuh ieu? Sigana nu bodo mah buah nangkanya, masa sudah tua gak tahu jalan pulang.” Si Kabayan menjawab sambil ngeloyor pergi. Keseeelll … Si Abah cemberut sepanjang hari.

Tulang Telunjuk Si Kabayan Yang Retak

Suatu hari ketika Si Kabayan pergi ke dokter. Dia mengeluhkan badannya kalau beberapa hari ini sakit semua. “Di mana yang terasa sakit?” tanya dokter.  Si Kabayan menjawab sambil meringis, “Semua sakit, Dok.”

Dokter pun berpikir keras dan kembali mencoba memeriksa Si Kabayan, “Coba yang lebih jelas, di mana tepatnya bagian yang sakit?” Si Kabayan tambah meringis, “Semuanya! ” Dia lalu menyentuh lutut dengan telunjuk kanannya, “Aaauuuw, sakit!” Kemudian menyentuh pipi, jidat, bahkan perutnya, semuanya diiringi teriakan kesakitan yang semakin keras.

Si Kabayan berkata, “Tuh kan Dok, semuanya sakit! Benar-benar gak tahan saya. Tolong kasih obatnya ya Dok.”

Dokter lalu memeriksa dengan teliti,  “Ini mah bukan semuanya sakit, Kabayan, tapi ternyata tulang telunjuk kamu yang retak!”

Pesan Moral Dongeng Si Kabayan

Negara kita tercinta Indonesia tidak hanya kaya akan suku, bahasa, dan budaya? Indonesia juga memiliki banyak sekali cerita dan dongeng populer yang hadir di kalangan masyarakat Nusantara. 

Dongeng Si Kabayan ini umumnya memiliki beberapa pesan moral di antaranya yakni seperti mengajarkan kepada kita untuk jangan menjadi orang pemalas. Sifat malas justru akan merugikan pada diri sendiri maupun orang lain. Dongeng rakyat ini juga memiliki pesan moral lain di mana kita seharusnya bisa berkorban demi kelangsungan hidup. Apabila kita tidak mau berusaha sebagai bentuk pengorbanan, maka nantinya tidak akan bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan kita.

Lebaran Sambil Wisata Sejarah di Kota Cirebon

Standar

Berlatih membangun kebiasaan istimewa di keluarga perlu terus menerus dilakukan. Tidak bisa instans sekali jadi … Pasti ada trial and error, butuh kesabaran tingkat tinggi dan semangat pantang menyerah. Begitu juga dengan kegiatan silaturahim yang diajarkan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam akan memperpanjang umur dan menambah rezeki.

Sejatinya orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya dengan berusaha terlebih dahulu melakukan apa yang ingin anak-anaknya kelak juga lakukan. Contohnya saat silaturahim aku memberikan senyum, menyapa, memberi salam, berjabat tangan (bila dengan keluarga berpelukan), membawa buah tangan/kado/hadiah, lalu kami mengobrol. Bila menjenguk orang sakit, aku mengajak anak-anak juga mendoakannya agar segera pulih dan sehat kembali. Sedangkan ketika mengunjungi orang yang wafat, aku ajarkan untuk mendoakan dan kalau memungkinkan ikut menyolatkan jenazah.

Mulanya anak-anakku bila bertemu orang yang baru saja dikenal mereka cenderung malu-malu, bahkan anak bungsuku, Teteh seringkali tak mau menyambut tangan orang yang mengajaknya bersalaman. Pengalaman heboh sering terjadi, mereka resah dan gelisah, lalu rewel, atau marah minta segera pulang. Namun, lama kelamaan sejalan makin intensif program ini berjalan, Alhamdulillah mereka makin enjoy dan bisa menikmati suasana bila di ajak bersilaturahim.

Oya … Anak-anaku memang cenderung lebih senang bila silaturahimnya itu ke rumah kerabat dekat (Nenek, Eyang, dan Pade-Bude, Om-Tante, serta para sepupu). Ikatan kekerabatan yang dekat ini memang membuat suasana lebih nyaman, cair, dan menyenangkan. Mereka bisa bermain dan berkomunikasi lebih intensif apalagi ada sepupu yang usianya berdekatan.

Saat liburan sekolah atau hari Idulfitri sebisa mungkin aku ajak anak-anak untuk silaturahim. Selain perjalanan/safar keluar kota itu sendiri membutuhkan persiapan fisik dan mental yang baik, tentu saja ketika berjumpa dengan kerabat di luar kota juga harus dalam suasana yang menyenangkan. Aku ajak anak-anak ikut mempersiapkan bekal perjalanan dan mengajak mereka memohon kemudahan dan kelancaran serta kesehatan kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia. Diingat juga bila silaturahim ini tujuannya mendapatkan ridho-Nya dan semoga memperoleh pahala surga-Nya aamiin.

Mengenal Jejak Sejarah Cirebon

Caruban, Cirebon dijuluki Kota Udang. Asal katanya, `cai rebon’ yang berarti air udang yang kecil-kecil. Cirebon juga berarti caruban atau campuran. Di Cirebon ada campuran orang Sunda, Jawa, Aceh, Arab Gujarat, Cina, dan Melayu. Itu baru sebagian. Masih banyak suku lain di Cirebon.

Pendiri Nagari Caruban yaitu Sunan Gunung Djati atau Syekh Syarif Hidayatullah, ulama penyebar Islam di Jawa pada abad ke-14. Buku Babad Cerbon Purwaka Caruban Nagari mencatat Sunang Gunung Djati sebagai cucu Gusti Prabu Siliwangi, putra Nyi Mas Rara Santang yang dipersunting sultan dari Mesir. Kerajaan yang didirikan pada 1479 kemudian dinamakan Pakungwati. Setahun setelah mendirikan Pakungwati, Masjid Agung Kasepuhan Sang Cipta Rasa didirikan.

Laksamana Cheng Ho juga pernah datang ke besi, juga guci berukuran besar. I ed: indira rezkisari Cirebon bersama armada Cina. Ia tercatat ikut menyempurnakan pembangunan Pelabuhan Muara Jati. Dibangunnya pula mercusuar dan bengkel perbaikan perahu berukuran besar. Di sekitar Muara Jati, bangunan bagi pemukiman orang asing kemudian berdiri bersamaan dengan berdirinya gudang-gudang dan pasar.

Sunan Gunung Djati kemudian menikah dengan perempuan China, Ong Tin. Ong adalah putri Haji Tan Eng Hoat atau Haji Maulana Ifdil Hanafi, pemimpin masyarakat China di Pelabuhan Talang yang juga pedagang kaya.

Cirebon dijuluki Kota Udang karena berasal dari kata cai-rebon atau air udang (kecil-kecil). Cirebon juga berarti Caruban atau campuran. Masyarakat Cirebon adalah masyarakat kosmopolitan dan plural, ada orang sunda, jawa, aceh, arab gujarat, cina, melayu dan sebagainya. Daerah ini terletak di Kebon Pesisir atau Tegal Alang-Alang di tepi pantai sebelah Timur Pasambangan kurang lebih 6 km dari Lemahwungkuk sekarang.

Pendiri nagari Caruban adalah Sunan Gunung Djati alias Syeh Syarif Hidayatullah. Beliau adalah salah satu ulama besar penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Menurut buku Babad Cerbon Purwaka Caruban Nagari, Sunan Gunung Djati adalah cucu dari Gusti Pramu Siliwangi, putri dari Nyi Mas Rara Santang yang dipersunting Sultan Mesir. Kerajaan yang didirikan bernama Pakungwati tahun 1479 dan masjid Agung Kesepuhan Sang Cipta Rasa tahun 1480. Arsiteknya bernama Raden Sepat. Masjid bersejarah lainnya adalah masjid merah Panjunan yang dibangun oleh Syekh Abdurakhman tahun 1485.

Laksamana Cheng Ho pernah datang bersama armada Cina dan tercatat ikut menyempurnakan pembangunan pelabuhan Muara Jati. Beliau membangun mercusuar dan bengkel perbaikan perahu ukuran besar. Di sekitar Muara Jati dibangun pemukiman orang asing, gudang-gudang, dan pasar. Sedangkan pemimpin masyarakat Cina di pelabuhan Talang bernama Haji Tan Eng Hoat atau Haji Maulana Ifdil Hanafi penganut mazhab Hanafi pedagang yang kaya dan berwibawa. Anaknya yang bernama putri Ong Tin dinikahkan dengan Sunan Gunung Djati. 

Wisata Pelabuhan Cirebon

Cirebon merupakan salah satu cabang dari PT. Pelabuhan Indonesia II atau Pelindo II yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Aku mengisi liburan dengan berjalan-jalan di tepi pantai dengan pemandangan deretan kapal dan latar Gunung Ciremai tampak kokoh di kejauhan. Sungguh indah sekali.

Pemerintah Kota Cirebon bersama Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) kelas II Cirebon dan PT Pelindo merencanakan menyulap kawasan Pelabuhan Cirebon menjadi destinasi wisata sejarah. Bangunan pergudangan dan perkantoran yang terdapat di dalam pelabuhan memiliki keunikan tersendiri. Tentu sejarah perkembangan Kota Cirebon tidak lepas dari keberadaan pelabuhan sebagai pintu gerbang utama pertukaran kebudayaan antar bangsa.

Pelabuhan Cirebon terletak di lintasan jalur jalan raya dan rel kereta api ke seluruh kota di Pulau Jawa merupakan keuntungan utama pelabuhan ini. Pada 1865, pemerintahan kolonial Belanda membangun Pelabuhan Cirebon di Kota Cirebon Jawa Barat. Cabang Pelabuhan Cirebon sangat strategis sebagai pintu gerbang kegiatan usaha bagi hinterland yang luas, yaitu provinsi Jawa Barat dan sebagian provinsi Jawa Tengah. 

Pelabuhan Pelabuhan Cirebon dilengkapi dengan fasilitas penumpukan peti kemas, terminal batubara, terminal aspal curah dan tangki penampungan minyak kelapa sawit. Cabang Pelabuhan Cirebon dapat melayani barang curah kering, curah cair dan barang dalam karung.

Perpaduan Budaya di Kota Cirebon

Asimilasi dan akulturasi kebudayaan ini dapat dilihat pada bangunan khas Cina di sekitar pelabuhan Talang (pelabuhan Tanjung Mas sekarang). Perpaduan arsitektur Cina dengan arsitektur lokal pada beberapa bangunan seperti hiasan piring-piring keramik di dinding atau pagar, warna merah dan emas pada ornamen kayu dan besi, juga guci-guci besar dan antik. Gambaran tersebut dapat menjadi contoh pola hidup rukun dan saling bertoleransi. Alangkah damai dunia jika kita dapat saling menghormati sesama.

Teman-teman tentu penasaran, di mana ada udang sebagai lambang Kota Cirebon. Berjalan kaki lah sepanjang Siliwangi. Gedung Balaikota yang didirikan oleh Belanda di atapnya berhiaskan ornamen empat ekor udang berwarna keemasan. Bangunan dengan fasade bergaya art deco ini sekarang digunakan sebagai kantor Walikota dan Wakil Walikota. Kurang lebih 500 m ke arah Timur terdapat pendopo yang menggunakan gaya arsitektur Jawa. Atap limas dan bahan ornamen kayu. Halaman luas beralaskan rumput dihiasi pohon-pohon beringin yang rimbun.

Bila bertandang ke Kota Udang, sempatkanlah mengunjungi Gua Sunyaragi. Gua ini adalah tempat petilasan, ciri arsitektur estetik bernilai historis dengan nilai spiritual yang tinggi. Pola bangunan menyerupai awan dan batukarang, motif ini menjadi ciri khas batik yang dikenal dengan nama Mega Mendung.

Teman-teman tentu penasaran, di mana ada udang sebagai lambang Kota Cirebon. Berjalan kaki lah sepanjang Siliwangi. Gedung Balaikota yang didirikan oleh Belanda di atapnya berhiaskan ornamen empat ekor udang berwarna keemasan. Bangunan dengan fasade bergaya art deco ini sekarang digunakan sebagai kantor Walikota dan Wakil Walikota. Kurang lebih 500 m ke arah Timur terdapat pendopo yang menggunakan gaya arsitektur Jawa. Atap limas dan bahan ornamen kayu. Halaman luas beralaskan rumput dihiasi pohon-pohon beringin yang rimbun. Berkeliling kota dengan becak lebih menarik dan asyik.

Sepanjang jalan dapat dilihat berbagai bangunan dengan gaya arsitektur Barat dan Timur (lokal maupun yang dibawa oleh para pendatang dari luar). Sungguh, menjadi keunikan tersendiri. Karya arsitektur dapat menjadi cermin, bahwa kebudayaan dapat saling menyapa dengan damai dan tetap menghasilkan keindahan. Di mana ? Ya … di Kota Udang Cirebon. Oya, ingat belilah makanan khas nya : tahu gejrot, nasi jamblang, nasi lengko, empal gentong, dan kerupuk udang. Lalu berdandalah dengan batik cerah berwarna-warni.

Naik lah sedikit ke arah Kuningan. Ada pemandian air hangat alami di Sankanhurip atau di Linggarjati. Bagi para petualang boleh juga menginap di kaki gunung Ciremai di perkemahan Palutungan Cigugur. Atau naik lah ke arah Majalengka, ada pemancingan ikan dan restoran Cikalahang. Pemandangannya masih hijau alami.

Sebuah kota dengan beragam karya arsitektur dapat menjadi cermin budaya dan nilai-nilai dari masyarakatnya. karya arsitektur berupa bangunan atau ruang terbuka menjadi bermakna ketika di dalamnya terdapat aktifitas kehidupan manusia. Sebagaimana masjid agung at taqwa di pusat kota cirebon yang dilatari gunung ciremai dan berada dekat dengan pantai utara menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakatnya. 

YB. Mangunwijaya, arsitek terkenal sekaligus penulis sekaliber sastrawan-budayawan menulis buku Wastu Citra. Beliau menelaah bangunan arsitektural sebagai hasil karya arsitektur yang menampilkan berbagai gejala, bukan hanya keterampilan teknis bercorak praktis, tetapi juga mencerminkan jiwa, mental, serta sikap budaya dari si pembuat dan si pemilik.

“Pulchrum splendor est veritas” (Keindahan adalah pancaran kebenaran).” Nasihat itu keluar dari mulut ahli pikir Thomas asal Aquinas. Sebagai arsitek, akumemahaminya sebagai berbahasa dengan ruang dan gatra. Dengan garis dan bidang, juga dengan materi dan suasana. Maka, sewajarnya arsitek berselaras dengan budaya. Memiliki nurani dan tanggung jawab.

Arsitektur adalah perpaduan keindahan, perilaku, kesejarahan, mitos, dan fantasi untuk mencapai lingkungan ideal. Tidak pantas manusia membangun asal-asalan, sekadar bisa berdiri, dan dipakai. Harus ada dimensi lebih dari asal berguna. Ada semacam nurani untuk membangun dengan lebih berbudaya.

Cirebon kaya dengan cermin nilai-nilai budaya masyarakat. Keraton Kasepuhan dan Kanoman, Taman Air Sunyaragi, Masjid Merah Panjunan, Masjid Agung Kasepuhan, klenteng, gereja, pelabuhan, Stasiun Kereta Api Kejaksan, balai kota, taman kota dan alun-alun, kantor, sekolah, pertokoan, gudang, jalan, jembatan, bahkan penjara, benteng, dan kuburan. Semuanya cermin perjalanan panjang sejarah dan budaya Cirebon. Serap pula realitas kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Batik mega mendung terdiri dari kata Mega yang berarti langit atau awan, serta Mendung atau langit yang meredup biasanya ada di saat akan turun hujan. Gradasi yang ada di batik mega mendung tersebut sesuai dengan tujuh lapisan yang ada di langit.

Kisah lain menceritakan bahwa batik mega mendung dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati bernama Ong Tin yang berdarah Tionghoa. Motif batik mega mendung ini mengarah pada satu sejarah mengenai kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon.

Kedatangan tersebut merujuk pada pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ong Tin yang terjadi pada abad ke-16. Kedatangan bangsa China ini tentu juga membawa berbagai macam budaya, salah satunya barang-barang antik seperti keramik, piring, dan kain dengan hiasan berbentuk awan. Bentuk awan ini melambangkan dunia atas dan makna yang transendental menurut paham Taoisme.

Sekali lagi … Sejatinya manusia tidak pantas bila membangun asal-asalan, sekedar bisa berdiri dan dipakai. Harus ada dimensi lebih dari asal berguna, ada semacam nurani untuk membangun dengan lebih berbudaya. Hal ini pun dicontohkan oleh hewan semisal kupu-kupu dan kepompongnya, sarang lebah, rumah semut, karang laut, atau jaring laba-laba. Bangunan biar benda mati, namun tidak berarti tak berjiwa. Bangunan hidup karena dinafasi oleh seluruh aktivitas kehidupan manusia. Sebagaimana kita mengenal kata ‘home’ dan ‘house’.

Kepekaan rasa memang harus diasah. Bagai pisau tak akan tajam bila tak diasah. Pisau tumpul tentu tak cukup berfungsi. Cermin juga harus selalu dibersihkan, agar menjadi cermin bening. Jika berdebu, maka tampak buram sesuatu yang dipantulkannya. Sadarilah bahwa sebuah kota dapat menjadi cermin budaya dan nilai-nilai masyarakatnya. Siapa lagi kalau bukan kita pelakunya? Jadikan kota sebagai cermin yang memantulkan sesuatu yang baik, bermanfaat, menjaga nilai-nilai universal, tetap memiliki kemuliaan dan keindahan, serta memberi jalan bagi masa depan. Semoga …

Baca juga artikel menarik lainnya di sini:

Royal Clock Tower dan Distorsi Kota Makkah

Standar

Kota Makkah adalah tanah suci bagi umat Islam. Rasululah Shalallaahu Alaihi Wassalaam lahir dan berdakwah pertama kali hingga tahun ke 13 kenabian juga di kota ini. Masjidil Haram dan Ka’bah sebagai titik pusat dan arah kiblat kaum muslimin saat mendirikan ibadah salat. Keberadaan masjid yang didalamnya bila melaksanakan salat akan mendapatkan pahala 100.000 kali lipat dibandingkan dengan di masjid lainnya tentu memiliki derajat tinggi bahkan tertinggi dalam pelaksanaan ibadah.

Mengapa kawasan Masjidil Haram yang sejatinya adalah pusat -inti- magnet dari segala aktifitas kota menjadi kehilangan jati dirinya? Identitas sebagai kota pusat peribadatan bagi umat Islam sedunia dengan titik fokusnya adalah Ka’bah seakan ditenggelamkan oleh bangunan yang tingginya lebih dari 600 meter ini.

Menurut pendapatku sejatinya di Kota Makkah dan kawasan Masjidil Haram bangunan yang paling megah dan menjadi inti dari perkembangan kota adalah Ka’bah. 

Masjidil Haram beserta menaranya menjadi bangunan tertinggi. Kebijakan perencanaan kawasan dan berbagai bangunan pendukungnya harusnya mengacu kepada ketinggian menara masjid, tak boleh melebihinya. Bukit batu dan lanskap Kota Makkah yang khas juga tak seharusnya dipapas begitu saja demi berdirinya bangunan baru. 

Sayang sekali sekarang Masjidil Haram dan Ka’bah malah dikelilingi bangunan komersial. Harusnya dibuat area terbuka di mana para jamaah Haji maupun umroh sudah bisa melihat bangunan masjid dari kejauhan bukannya terhalang oleh bangunan lain.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan : “Janganlah memberatkan untuk mengadakan perjalanan kecuali ketiga masjid; (1) Masjidilharam; (2) Masjid-ku (Masjid Nabawi); (3) Masjidilaqsha.” (HR. ad-Damiri, an-Nasa’i, dan Ahmad).

Pelataran Masjidilharam persis di depan pintu King Abdul Aziz menjadi tempat favorit untuk beristirahat setelah melakukan shalat berjamaah dan bertawaf. Berada di dalam Masjidilharam selain menunaikan shalat wajib dan sunnah, maka ibadah utama lainnya yaitu melaksanakan tawaf. Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Dilanjutkan shalat di belakang Maqam Ibrahim. Lalu minum air zam-zam, berdoa di Multazam. Jika sempat bisa melakukan shalat di Hijir Ismail atau mencium Hajar Aswad.

Tak ketinggalan dinasti Otoman melakukan beberapa kali perbaikan. Bangunan Masjidlharam terdiri dari dinding dan deretan tiang-tiang dengan lengkungan-lengkungan artistik mengelilingi Ka’bah. Kubah-kubah kecil berjumlah 152 buah. Masing-masing tiangnya berjumlah 589 buah mempunyai tinggi 20 kaki dan berdiameter 1,5 kaki. Tiang-tiang itu ada yang terbuat dari marmer putih, batu granit biasa, batu granit berwarna. Batu-batu tersebut sebagian besar diambil dari pegunungan di sekitar Kota Makkah.

Menara tersebut dihiasi sebanyak dua juta lampu LED.  Menara itu dirancang khusus oleh arsitek dengan memakai dua juta lampu LED. Dengan lampu tersebut, menara itu dapat menampilkan 21.000 cahaya yang terdiri dari warna hijau dan putih. Pada malam hari, menara itu akan memancarkan cahaya hijau dan dapat dilihat dari jarak 17 kilometer. Pada malam hari, menara itu akan memunculkan warna putih dan hanya dapat dilihat dari jarak 12 kilometer. Dua warna tersebut sengaja dipilih karena memiliki arti tersendiri bagi umat Muslim yaitu melambangkan Islam yang suci.

Menara ini dipasang jutaan kaca mozaik. Pada setiap penjuru jam dipasangi dengan 90 juta kaca mozaik berwarna keemasan. Keempat sisi menara juga dihiasi dengan tulisan Arab seperti kaligrafi dan selawat. Tepat pada bagian atap menara terpampang tulisan Allah dalam tulisan Arab. Fakta terakhir, menara ini menghabiskan biaya yang fantastis untuk pembangunannya. Pembangunan menara itu telah menghabiskan biaya sebesar USD 800 juta atau setara dengan Rp 10.6 triliun. Menara ini dirancang oleh para arsitek yang berasal dari negara Jerman dan Swiss. 

Di sekeliling masjid ada tujuh menara yang menjulang tinggi. Masing-masing menara mempunyai nama : bab al-Umrah; bab al-Huzurah; bab as-Salam; bab al-Ali; Sulaimanah, dan Kait Bai. Masjidilharam memiliki 19 pintu gerbang yang selalu terbuka. Beberapa nama pintu antara lain : bab as-Salam; bab as-Shafa; bab as-Su’ud; bab al-Umrah; bab Ibrahim; dan bab Jumah.

Setiap pintu memiliki kesan yang berbeda, misalnya pintu Umrah terasa ramah dan feminin, pintu King Abdul Aziz terlihat elegan, sedangkan pintu King Fadh tampak gagah dan mewah. Pintu favoritku adalah Babussalam. Jika melewatinya aku bisa langsung melihat Ka’bah. Prosesi visual ini sangat unik, menakjubkan, dan membahagiakan. Pengorbanannya adalah aku harus sabar menjalani pemeriksaan askar perempuan: tas ransel, kantong sepatu, bahkan jaket diperiksa dengan teliti. Aku tak bisa memandang wajah cantiknya sebab tertutup cadar hitam. Namun, aku merasa askar membalas senyumku dan pasti ucapan salamku, walau dengan lirih.

Ka’bah adalah kiblat seluruh umat Islam di dunia. Bertawaf sebanyak tujuh putaran bersama para malaikat. Kondisi Masjidlharam pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq tidaklah seluas sekarang. Masjid ini terus diperluas pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab, Usman bin Affan. Kemudian diperindah lagi pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang dilanjutkan oleh Bani Abbasiyah.

Ibadah tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali juga sa’i berjalan sesekali berlari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa adalah rangkaian tak terpisahkan dari ibadah haji. Dua tempat tersebut ada dalam kawasan Masjidil Haram. Air zamzam, Maqam Ibrahim, Hajar Aswad, Hijir Ismail, dan Multazam juga berada di dalam kawasan yang dimuliakan ini.

Aku dan suami adalah arsitek yang memiliki ketertarikan dengan Arsitektur Islam dan arsitektur lanskap yang ramah terhadap lingkungan atau disebut Eco Architecture. Saat kuliah di ITB medio akhir tahun 80-an hingga awal 90-an aku suka dengan rangkaian matakuliah sejarah dan kritik arsitektur. Aku juga mengambil mata kuliah Arsitektur Islam. 

Salah satu kritik yang mewakili isi pikiranku datang dari Gunawan Mohammad dalam Catatan Pinggir-nya. Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian menyebut pembangunan tersebut sebagai “It is the end of Mekkah”. (Sumber: wikipedia.org). 

Menara Abraj Al-Bait atau juga dikenal sebagai Mecca Royal Hotel Clock Tower atau Zamzam Tower, adalah sebuah kompleks bangunan yang populer di Kota Makkah, Arab Saudi. Bangunan ini merupakan bagian dari Abdulaziz Endowment Project, yang berusaha untuk memodernisasi kota suci dalam upaya melayani para jamaah haji. Selain itu, kompleks bangunan tersebut juga berhasil memecahkan beberapa rekor dunia, seperti jam tertinggi di dunia dan bangunan dengan lantai terluas sedunia.

Kenangan Ibadah Haji Tahun 2006

Saat aku melaksanakan ibadah haji pada tahun 2006 belum ada bangunan menara jam raksasa. Namun … Saat aku melaksanakan ibadah umroh pada bulan April tahun 2018 suasana di kawasan Masjidil Haram sudah berubah drastis. Berdiri tinggi menjulang bangunan hotel, pusat perbelanjaan, dan Makkah Royal Clock Tower yang disebut sebagai bagian dari komplek Abraj Al-Bait. Entah mengapa aku merasa gamang dengan suasana baru ini …

Kenanganku saat menunaikan ibadah haji masih ada bangunan rumah tempat Nabi Muhammad dilahirkan. Bangunan itu dijadikan perpustakaan umum. Kini bangunan tersebut sudah tiada … So Sad … Rasaku ini juga diungkapkan oleh Sami Angawi seorang pakar Makkah dan pendiri pusat penelitian Haji dan Umroh. Dia tak lagi menginjakkan kaki di kota kelahirannya ini sejak tahun 2009 karena merasa tidak nyaman dan tidak sepakat dengan konsep perkembangan kotanya. Dia tak senang dengan cara Makkah bertransformasi yang kerap menggusur bangunan/tempat bersejarah.

Tentu sejarah perkembangan Islam tak lepas dari kota ini … Sayang sekali jika itu dihilangkan begitu saja. “Saya mencintai Makkah dan tak tahan melihat Kota Nabi ini dihancurkan,” kata Angawi. Satu lagi bangunan yang hilang tanpa jejak adalah Benteng Ajyad yang dibangun pada tahun 1781 oleh Kerajaan Turki Utsmani. Bangunan bersejarah ini digusur pada tahun 2002. 

Sejatinya jamaah haji yang melaksanakan puncak ibadah benar-benar merasakan bahwa ‘super big clock’ jam raksasa yang sesungguhnya bukanlah ‘Makkah Royal Clock’. Sehari sebelum ke Arafah jamaah haji akan melakukan mabit semalam di Mina jika mengikuti sunnah Rasulullah. Tepat setelah salat subuh yang ditandai dengan terbitnya fajar di ufuk Timur, jamaah haji akan bergerak menuju Arafah dengan berjalan kaki. Pengalamanku berjalan kaki pp dari Makkah – Mina – Arafah – Mudzdalifah – Mina – Makkah ada di sini. 

Jam raksasa di depan Masjidil Haram itu bukanlah penentu waktu rangkaian ibadah haji. Jam buatan manusia: yang bisa saja alpa atau salah patut dipertanyakan maksud dan tujuan pembuatannya. Betapa Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa telah memilih jam super raksasa yang sesungguhnya yaitu matahari sebagai acuan tak tergoyahkan dalam menentukan waktu rangkaian ibadah haji. Wukuf di Arafah dari dzuhur hingga maghrib saat matahari terbenam, selepas itu dilanjutkan mabit semalam di Mudzdalifah hingga shalat subuh. 

Tak ada atap dan dinding pembatas antara diri ini dengan alam ciptaan-Nya. Tubuh bersentuhan dengan pasir nan lembut, berselimut dinginnya hawa gurun, beratap langit dihiasi milyaran bintang. Ini adalah hotel terbaik versi Illahi Rabbi. Pakaian ihram dua lembar untuk laki-laki mencerminkan kelak ketika kita kembali kepada Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mulia juga hanya dengan lembaran kain seperti itu. 

Semua atribut dunia, pangkat, jabatan, harta kekayaan, keturunan, dan kegagahan tubuh telah ditanggalkan semua. Di sini jiwa dan raga benar-benar bergerak ditentukan oleh kuasa-Nya melalui perhitungan pergeseran matahari dari sejak terbit di timur hingga terbenam di barat. 

Sekali lagi, bila kita menyadari penuh rangkaian puncak ibadah haji, maka tak akan ada lagi kesombongan dan berbangga diri di hadapan sesama. Tak lagi bisa semena-mena melanggar perintah dan larangan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Siapa diri ini? Hanya hamba yang senantiasa berharap ketika harus pulang menghadap dipanggil-Nya dengan seruan terindah: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr 89:27-30).

Tempat Mustajab di Sekitar Ka’bah

Standar

Ibnu Abbas ra pernah mendengar, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda, bahwa Multazam adalah satu tempat dikabulkannya doa. Tidaklah seorang hamba berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala di tempat itu, kecuali doanya diterima.”

Hasan Bashri ra menulis di dalam surat yang ia tujukan untuk orang-orang Makkah, bahwa di seputaran Ka’bah ada 12 tempat doa dikabulkan: 

1. Ketika Thawaf.

2. Ketika di Multazam.

3. Di bawah Mizab (talang). 

4. Ketika di dalam Ka’bah. 

5. Ketika di sumur Zamzam. 

6. Ketika di Shafa dan Marwah.

7. Ketika berlarian di antara keduanya.

8. Ketika di Maqam Ibrahim. 

Sebagian ulama menyebutkan bahwa selain tempat-tempat tersebut masih ada tempat mustajab, yaitu Mathaf, yakni tempat thawaf, ketika memandang Ka’bah, Hathim, dan tempat antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani. Diriwayatkan dari sebagian ulama bahwa Multazam adalah bagian antara Rukun Yamani dan pintu Ka’bah bagian barat (yang sekarang di tutup). Walaupun ini bertentangan dengan pendapat yang masyhur.

Masjidil Haram adalah tempat yang sangat istimewa. Banyak bagian dari masjid ini yang menjadi tempat mustajab untuk berdoa. Berdoa di beberapa tempat ini diyakini lebih cepat dikabulkan.

Multazam

Multazam adalah tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Banyak jamaah haji yang berdesak-desakan di sekitar Multazam agar bisa memanjatkan doa. Multazam memang salah satu tempat yang diyakini sebagai tempat mustajab untuk berdoa. Para ulama juga meyakini hal tersebut. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abdullah Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada doa satupun seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan”.

Hijir Ismail

Di dekat Ka’bah, ada sebuah area yang dibatasi oleh tembok yang berbentuk setengah lingkaran. Tempat tersebut disebut Hijir Ismail. Bisa dibilang, Hijir Ismail adalah tempat favorit kedua bagi jamaah haji atau umroh. Banyak juga jamaah yang berdesakan di lokasi ini. Mereka melaksanakan sholat sunnah atau memanjatkan doa di sana. Hijir Ismail dulunya adalah bagian dari Ka’bah, sehingga sholat di Hijir Ismail sama dengan sholat di dalam Ka’bah.

Di Bawah Talang Emas

Tepat di atas Ka’bah di sisi Hijir Ismail, terhadap talang berwarna emas. Dahulu, istri Nabi Ibrahim as dan anaknya, Nabi Ismail as pernah tinggal di area di bawah talang emas ini. Berdoa di bawah talang emas ini juga diyakini lebih cepat diijabah. Saat Mekkah diguyur hujan, para jamaah biasanya akan berebut di bawah talang emas untuk mengambil air yang jatuh dari talang tersebut.

Belakang Maqam Ibrahim

Di belakang Maqam Ibrahim diyakini sebagai tempat mustajab untuk memanjatkan doa. Para jamaah biasanya akan berdoa di sini setalah melakukan thawaf sebanyak tujuh kali. Dalam sebuah kitab, Dr. Abla Muhammad Al-Kahlawi mengatakan bahwa di antara fadhilah Maqam Ibrahim, salah satunya adalah dikabulkannya setiap doa yang dipanjatkan di sana.

Melangitkan doa-doa terbaik di tempat mustajab tentu menjadi dambaan setiap hamba Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji. Saat berada di sekitar Baitullah maka perbanyaklah doa-doa indah yang dipanjatkan. Semoga keberkahan dari tempat-tempat ini dapat menjadikan terkabulnya doa-doa kita oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi Karunia, aamiin …

Suamiku sudah lebih dari 2 pekan berada di bawah naungan langit tanah suci. Tentu saja saat lebaran kemarin terbersit rasa rindu ingin jumpa, shalat Id bersama, dan sungkem juga berfoto sekeluarga. Kaka, Mas, dan Teteh juga pastinya kangen kepada Bapa. Tapi tak perlu bersedih … Mari kita manfaatkan koneksi paling canggih yang telah Allah siapkan untuk hamba-Nya yang yakin akan terkabulkannya doa-doa ini.

Teringat pesan Imam Syafii yang menyebutkan, “Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang siapa yang merasa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua urusan, niscaya ia akan selamat. Barang siapa yang membenarkan janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh musibah. Dan barang siapa yang berharap kepada Allah, maka akan terjadilah seperti apa yang diharapkan.”

Doa-doa yang telah tertulis dalam Al-Qur’an dapat menjadi acuan kita agar mendapatkan pertolongan dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa) : ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya; Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah 2 : 286). 

Bulan Ramadhan 1444 Hijriyah, alhamdulillah Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah memberikan kesempatan kepada suamiku untuk melaksanan umroh. Selain itu, sungguh patut disyukuri mendapat waktu 20 hari di tanah suci, sehingga bisa menjalankan itikaf full 10 hari terakhir di Masjidil Haram.

Ijinkan aku menuliskan kembali apa yang telah diceritakan beliau lewat percakapan di chat WhatsApp. 

Semalam setelah melaksanakan umroh aku keluar di belakang  arah istana raja di atas bukit itu. Lalu aku bertanya kepada petugas dan disuruh ke arah gang yang dulu sering kita lewati kalau pulang menuju hotel. Tapi aku tanya lagi kepada petugas yang selanjutmya suruh balik lagi ke arah berlawanan. Jadinya memang capek banget. Ok ini mau istirahat dulu ya … Doakan agar aku  kuat, sehat dan segar kembali, aamiin.

Bersyukur bisa qiyamul lail itikaf dengan imam Syaikh As-Sudais. Sesuatu yang sangat luar biasa bagiku. Sangat berterima kasih kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji telah memberi ijin kepadaku menikmati jamuan-Nya, walau harus menjalani perjuangan dan pengorbanan yang sangat panjang.

Di mana aku harus sakit, dioperasi, dan dirawat selama 15 hari, hingga di sini pun pada awal kedatangan juga masih berat rasa sakitnya. Atas karunia Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, alhamdulillah kondisi perutku semakin membaik, rasa sakit yang sangat itu telah Allah sembuhkan. Semoga aku bisa terus bersyukur atas nikmat sehat ini selamanya.

Bu … Aku dapat cobaan lagi nih. Akhirnya demam. Sebelumnya hidung meler,  tadi sahur minum Tuzalos. Habis subuh tidur. Cuman memang cuaca di sini kalau malam sampai subuh itu berangin dingin. Aku tidur sudah pakai jaket, tapi rasanya anginnya tetap masuk dari celah-celah jaket. Di sisi lain setelah bangun, bersegera cek koper ke hotel dan cuci baju. Alhamdulillah berhasil cuci dan ditunggu selama 2 jam sampai kering sambil tidur. Sayangnya kamar ternyata terlalu dingin.

Sementara itu harus segera ke masjid, cuaca panas terik. Aku istighfar  terus sambil berjalan agar diberi kemudahan lolos masuk naik ke Masjidil Haram (bagian dalam masjid). Alhamdulillah lolos last minutes. Menjelang dzuhur aku dibangunkan askar untuk siap-siap wudhu, namun badanku terasa panas. Waaahhh sepertinya aku demam. Semoga Allah lekas sembuh.

Alhamdulilah baru selesai qiyamul lail tahap 2 di Masjidil Haram yang penuh keberkahan. Senang rasanya bisa khusyuk beribadah dan tidak mengantuk. Tadi sewaktu tahap 1 aku malah mengantuk, subhanallah. Pada tahap 2 yang menjadi imam kedua, witir, dan qunut adalah Syaikh As-Sudais.  Imam favouritk, suaranya sangat merdu dan indah membuat jamaah banyak yang meneteskan air mata.

Aku shalat sambil berdoa, karena tidak tahu arti surah-surah panjang-panjangnya. Hanya bisa bersyukur, campur haru dan doa hingga bercucuran air mata. Aku berdoa juga semoga kita bisa berbahasa Arab / bahasa Al-Qur’an, sehingga lebih khusyuk lagi dalam mengikuti bacaan imam, khutbah dan doa-doanya, serta mungkin juga untuk komunikasi sehari-hari dengan para askar, petugas, dll.

Alhamdulillah hari ini aku tidak ada serangan nyeri perut hebat  lagi seperti 3 hari kemarin. Tapi masih ada nyeri dalam skala lebih rendah. Semoga Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemurah sehatkan dan kuatkan aku untuk menyelesaikan ibadah itikaf ini dengan sukses dan selamat serta berkah, aamiin …

Aku berdoa sambil menangis, mendoakan keluarga kita yang telah mendahului, yang kini sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka hanya bisa mengharapkan doa dan amal ibadah anak-anak dan kerabatnya. Aku doakan semoga anak-anaknya menjadi anak-anak shalih yang dapat terus mengirimkan doa, sedekah, dan ibadah lainnya yang bisa dikirimkan kepada almarhum/ almarhumah.

Jumatan masih pukul 12.21 waktu Saudi, tapi ini pukul 09.00 sudah penuh sesak. Untunglah tadi aku masih sempat pulang ke hotel buat mandi, lanjut jalan lagi ke Masjidil Haram. Tadinya mau jumatan di deket Ka’bah ternyata sudah susah keluar masuk.

Di sini pukul 24.00 waktu Saudi baru selesai makan malam dan siap-siap qiyamul lail dari pukul 01.00-02.00. Tidurnya kepotong-potong deh he3 … Oya, aku makannya nasi mandi terus nih. Beli di warung-warung adanya seperti itu. Sedangkan di hotel ada katering dan pesen menu Indonesia, yang melayani juga orang Indonesia. 

Ternyata pukul 03.00 dikasih makan sahur lagi. Tapi memang  menunya nasi mandi / gurih seperti nasi liwet. Kayaknya berlemak ya? Makan malam lauknya ayam rebus enak. Sahur dapat menu kambing rebus. Aku agak takut-takut makanmya. Jadi makan dikit-dikit aja he3 … Semoga Allah memberkahi. 

Tadi aku pakai ihram dan sempat berada di belakang Maqam Ibrahim berdoa agak lama. Tadinya mau sampai dhuhur.  namun ternyata aku daapt serangan strum perut beberapa kali. Mungkin gak boleh lama-lama di situ harus gantian dengan yang lain. Akhirnya mencari tempat lain. Tadinya mau ke arah masjid bangunan baru, namun astaghfirullah aku nyasar-nyasar. Masuk area sa’i dan ternyata tidak ada akses ke dalam area Ka’bah lagi.

Terpaksa aku keliling area sa’i, akhirnya harus keluar masjid dan masuk lagi. Masyaallah semuanya jauh-jauh, muter-muter, dan padat-padat. Alhamdulillah akhirnya bisa nemukan area masjid yang ada karpet, termyata muter-muter untuk masuk dan ternyata sudah diblokir dan jamaah disuruh keluar.  Akhirnya istirahat aku di sembarang tempat tanpa karpet. Cobaannya sungguh luar biasa.

“Ya Allah mohon kebaikan pada urusan agamaku karena itu adalah penjaga semua urusanku. Aku mohon kebaikan pada urusan duniaku karena itu tempat hidupku. Aku mohon kebaikan pada urusan akhiratku karena itu tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini tambahan kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematianku waktu istirahat bagiku dari segala keburukan,” (HR Muslim).

Menjelang malam 27 Ramadhan 1444 Hijriyah sejak shalat Ashar di sini sudah terasa semakin padat jamaahnya. Kabarnya harus menahan ke toilet dari pukul 17,00 sampai waktu shalat Subuh, karena akan sulit naik ke masjid kembali. Namun apa daya, akhirnya aku harus tetap ke toilet dan kisah perjuangannya akan diceritakan pada artikel berikutnya.

All About Dates, Food of The Prophets

Standar

Dates (kurma) … Buah kecoklatan nan manis itu biasanya tak begitu istimewa buat Teteh. Disantap saat sahur atau berbuka puasa di bulan Ramadhan.

Khusus tema hari ini, aku mau cerita tentang buah manis nan legit yang tidak hanya dikonsumsi saat berbuka puasa. Keluargaku suka sekali dengan buah kurma. Malah sudah jadi menu andalan dan tersaji setiap hari di meja makan. Suamiku jika sarapan selain makan buah segar dan oat, juga mengkonsumsi kurma. Anakku bungsu. Teteh juga mulai menyukai kurma, bahkan pernah jualan sukur-susu kurma. Laris manis dibeli teman-teman sekelasnya.

Aku suka kurma sukari, sedangkan kurma ajwa madinah adalah kesukaan suamiku. Teksturnya agak berbeda. Kurma sukari berwarna coklat muda, dagingnya lunak dengan rasa manis yang pas. Kurma ajwa kenyal tapi lembut dengan warna coklat tua. Susu kurma biasanya menggunakan kurma khalas karena lebih lembut, lebih manis, lengket seperti karamel.

Kurma Makanan Para Nabi

Kurma juga menjadi makanan utama para Nabi. Jika mereka adalah manusia pilihan dan memilih mengkonsumsi makanan istimewa, mengapa kita sebagai umatnya tidak meneladani jejak mereka? Sudah dipastikan kurma adalah makanan yang menyehatkan tubuh.

Ada tiga alasan memilih kurma sebagai hidangan utama saat berbuka puasa, yaitu:

Pertama, kurma bisa langsung memulihkan energi. Saat berpuasa tentu kita menahan lapar dan haus seharian. Kurma mudah dicerna dengan 100 gram kurma setara 277 kalori. 

Kedua, kandungan mineral yang melimpah dimiliki kurma. Mineral seperti mangan, kalsium, dan magnesium. Kita sangat membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, serta dibutuhkan tubuh untuk kontraksi otot. Mangan berguna sebagai kofaktor untuk enzim antioksidan. Sedangkan tembaga diperlukan untuk produksi sel darah merah, magnesium penting untuk pertumbuhan tulang 

Ketiga, kurma juga mengandung senyawa antioksidan polifenol flavonoid. Kandungan antioksidan berfungsi mencegah terjadinya infeksi dan peradangan di dalam tubuh akibat paparan radikal bebas.

Satu lagi khasiat kurma untuk pengobatan adalah menangkal sihir. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa makan beberapa kurma ajwa di setiap pagi hari, maka racun dan sihir tidak akan mendatangkan mudharat kepadanya pada hari itu hingga malam”, diriwayatkan oleh  Bukhari.  Kurma pun menjaga pemiliknya dari kelaparan dan memberikan kurma sebagai contoh kepada umatnya untuk memerintahkan dalam bersedekah. 

Kurma dan Pengalaman Umroh Teteh

Teteh bersyukur, alhamdulilah bisa menjalankan ibadah umroh pada usia 10 tahun. Sebelum umroh, kami beribadah di Masjid Nabawi Kota Madinah terlebih dahulu. Kurang lebih 3 hari kami berada di kota yang selalu membuat menggetarkan qalbu. Di sinilah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dimakamkan. Rasanya dekat sekali … Bagaikan shalat bersama Beliau dan para sahabat tercinta.

Nah … Di Masjid Nabawi ini kurma menjadi pangkal kisah luarbiasa. Suatu waktu Teteh minta agar shalat maghrib di pelataran saja. “Baiklah kita di shalat di shaf dekat menara ujung kanan,” kataku. Kami mendapatkan lokasi yang masih kosong dan bisa duduk manis di dekat kumpulan ibu-ibu. Mereka berbalut gamis dan jilbab hitam dengan warna kulit lebih gelap dari kulit Teteh yang kecoklatan seperti kurma (manis dong ya Teteh kesayangan Ibu he3 …).

Ramainya suasana karena mereka datang sekitar 10 orang bersama bayi, balita, dan anak-anak seumuran Teteh. Suasana ceria khas anak-anak he3 … Sesekali terdengar juga tangisan yang kemudian berhenti dan bersambung lagi. Sungguh pengalaman baru buat Teteh. Tiba-tiba Teteh disodori kurma dan kami pun menerima pemberian muslimah berparas cantik yang juga berkeliling memberi kurma kepada sekumpulan ibu dan anak-anaknya di sisi lain dengan garis wajah khas Eropa -mungkin dari Turki.

Esok harinya Teteh aku ajak untuk gantian membagi kurma kepada saudari muslimah didekat tempat duduk kami. Kurma satu toples kecil belum habis juga. Kami pun keluar masjid tiba-tiba ada muslimah Pakistan melambaikan tangan dan meminta kurma beserta tempatnya. Masyaallah … Bersyukur kurma kami akhirnya tandas dalam sekejap. Keesokan harinya Teteh minta lagi dibawakan kurma ke masjid saat shalat dhuha ternyata masjid agak sepi, kami tawarkan kurma kepada beberapa kumpulan muslimah di dalam masjid.

Kurma kami belum habis juga. Saat melintas di pelataran kami tawarkan kurma lagi kepada muslimah Pakistan dengan ciri pakaian dan selendang panjang warna-warninya. Apa yang terjadi? Kurma pun berpindah tangan sekaligus dengan wadahnyahe3 … Mereka sekitar 4-6 orang berucap, “Alhamdulillah … Alhamdulillah …” sambil tersenyum lebar penuh syukur. Teteh pun ikut tersenyum lebar dan berkata, “Alhamdulillah laku juga kurma ku hari ini.”

Berbagi itu menyenangkan dan hanya Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Pemurah akan memberikan balasan terbaiknya insyaallah. Oya … Berkumpul dengan saudara muslim seantero dunia juga sangat membahagiakan dan ternyata semuanya suka kurma. Barakallah …

Teteh Berkunjung Ke Kebun dan Pasar Kurma di Kota Madinah.

Teteh senang sekali karena baru pertama melihat pohon kurma yang sesungguhnya -bukan di gambar he3 … Saat di pasar kurma, penjualnya menawarkan kurma maryam. Aaaiiihhhh … Teteh senyum-senyum gitu mengetahui namanya jadi nama kurma. Akhirnya aku membeli kurma maryam dan bilang kepada penjualnya, “Ini anakku namanya Maryam.” Supraise … Penjualnya tampak gembira dan langsung memberi hadiah buat Teteh, permen coklat berisi kurma dan kacang almond satu kantong. “Untuk Maryam … Halal!”. Alhamdulillah …

Kurma maryam memang spesial, karena kisah Maryam, ibunda Nabi Isa ini terdapat dalam Al-Qur’an. Ketika Maryam menahan kesakitan hendak melahirkan, Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemurah, mengutus malaikat Jibril untuk menghiburnya. Maryam bersandar di pokok pangkal pohon kurma. Ia diperintahkan untuk digoyangkan agar jatuh buahnya yang masak. Lalu di bawah kakinya ada mengalir sungai kecil dengan air jernih untuk minum. Kurma dan air jernih itu adalah isyarat untuk menggembirakan hati Maryam, agar tak bersedih lagi menanggung beban masa melahirkan dan menyusui bayi.

Masyaallah … Sungguh Allah Maha Terpuji lagi Maha Bijaksana inilah bentuk kasih sayang-Nya rahmat-Nya, dan penghiburan-Nya kepada hamba-Nya yang terpilih Maryam. Skenario untuk Maryam dengan bergerak dan berikhtiar mengerahkan daya upaya menggapai karunia-Nya. Itulah sejatinya apa yang disebut sabar. Maryam bersabar saat kesakitan dan dalam mengemban risalah mulia melahirkan bayi yang menjadi tanda kebesaran Illahi Rabbi. Jibril berkata menghibur Maryam, “Makan, minum, dan bersenanghatilah engkau.” 

Lalu … Apalah diri ini, rasanya tak patutlah berkeluh kesah -galau bahkan menyalahkan Allah Yang Maha Benar lagi Maha Adil bila hidup dilanda masalah dan diberikan ujian. Insyaallah semua masalah ada jawabannya dan semua ujian ada kelulusannya. Tinggal kembali kepada diri sendiri agar senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa dengan sabar dan shalat.

Sekali lagi … Mari belajar kepada Maryam dengan membaca Al-Qur’an surat Maryam (surat ke-19) ayat 16-40. Barakallah … Teteh senang sekali membaca surat Maryam karena dari sanalah namanya kami sematkan dan satu-satunya nama perempuan yang dijadikan nama surat di dalam Al-Qur’an.

Kebun Kurma Terbesar di Dunia

Menurut Guinness World Records di tahun 2016, kebun kurma terbesar di dunia terletak di Provinsi Al-Qasim, Arab Saudi yang merupakan milik Sulaiman Al-Rajhi, pendiri Bank Al-Rajhi bank Islam terbesar di dunia.

Kebun kurma ini memiliki luas sekitar 5.000 hektar dan ditumbuhi 200.000 pohon kurma dari 45 jenis kurma. Ternyata kebun kurma ini diwakafkan oleh Al Rajhi untuk kepentingan Islam. Hasil panennya dibagikan kepada lembaga-lembaga amal dan Haramain yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi setiap bulan Ramadhan untuk buka bersama. Inilah yang tercatat sebagai wakaf terbesar di dunia.

Bukan hanya kebun kurma, Sulaiman Al-Rajhi dikenal sebagai sosok dermawan dan senang menginfakkan hartanya untuk orang yang membutuhkan. Beliau mendirian universitas dari uangnya sendiri dan memilih untuk hidup miskin dengan memberikan seluruh asetnya senilai 7 miliar dolar. Untuk menghargai jasa-jasanya Al-Rajhi dipilih untuk menerima anugerah Raja Faisal dari Kerajaan Arab Saudi. Beliau adalah legenda hidup bagi kita semua, ia menyadari bahwa harta ini adalah titipan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mewarisi dan tak segan untuk menyerahkannya kembali bagi kepentingan Islam.

Kisah Kurma Berubah Jadi Kecoa

Kejadian ini menimpa suami pada suatu hari di bulan Ramadhan 20 tahun silam. Saat itu ia sedang menyelesaikan tesis pascasarjana di MBA ITB. Kurma yang akan dimakan saat sahur ternyata berubah (lebih tepatnya berganti) jadi kecoa. Ceritanya begini …

Adzan maghrib dari masjid dekat tempat indekos berkumandang. Waktu berbuka yang dinantikan telah tiba. Kebiasaan suami adalah minum air putih beberapa teguk lalu menyantap kurma tiga buah bersama teman-teman kosnya. Entah mengapa? Tetiba suamiku berkomentar, “Kurmanya kok kayak kecoa ya?” Tentu komentar humor itu menjadikan gelak tawa seisi ruangan. Komentar lain pun bermunculan seputar makanan dan minuman. Dan lagi-lagi lelucon itu pun memancing gelak tawa.

Selepas shalat tarawih, suami masih harus menyelesaikan berbagai tugas kuliah. Tidur pun saat malam sudah sangat larut. Akibatnya saat sahur, suamiku bangun mepet waktu subuh. Tinggal beberapa menit saja. Pilihan menu sahur paling praktis adalah minum air putih dan makan kurma. Sepiring kurma masih ada di meja makan. Masih terbawa kantuk, tangan suami mengambil satu kurma. Lalu, kurma kedua. “Kok agak beda ya?” batinnya. Penasaran dong! Di dekatkan kurma itu agar terlihat jelas. Agak berbulu dan … Loh kok! Ada kaki dan sayapnya. “Kecoa!” pekik suamiku.

Jijik … Langsung dilempar kecoa yang sudah mati itu. Mual rasanya. Duh … Terbayang tadi kurma pertama yang dimakan bisa jadi sudah digerayangi kecoa. Hiii … Kurma berubah jadi kecoa? Tidak mungkin, bukan? Seketika tersadar, suamiku langsung membaca istighfar, ‘Astaghfirullah al’Adzim … Ampuni aku yang telah menghina kurma serupa kecoa.”

Adzan subuh pun berkumandang. Alhamdulillah … Suamiku tetap bisa sahur, walau hanya makan sebutir kurma dan beberapa teguk air putih. Akibat kejadian itu sempat membuat suami mogok makan kurma beberapa hari.

Hikmah kejadian tersebut adalah jangan pernah sekali pun menghina makanan. Tak elok pula bila makanan menjadi bahan olok-olok. Bila tak suka rasanya, janganlah mengatakan makanan ini tidak enak. Bisa jadi lidah dan selera kita saja yang tidak cocok. Toh … Ada orang lain yang suka dan mengatakannya lezat. Dan tentu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji telah menciptakan makanan dengan sempurna untuk kebaikan manusia. Subhanallah …

Ingatlah Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Pemberi Karunia telah berfirman, “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tamanan yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya), …” (QS. Al-An’am 6 : 141)

Ini cerita ramadhanku … Apa ceritamu ?

Berkaca Kepada Teladan Khalifah Umar bin Khatab. 

Suatu ketika Khalifah melakukan piket keliling malam untuk mengetahui bagaimana kondisi rakyat yang sesungguhnya. Umar bin Khatab bertemu dengan tenda yang dihuni seorang ibu dan anak-anaknya yang masih kecil. Terdengar tangisan memilukan. Ya … Anak-anak itu menangis karena lapar.

Saat Umar melihat ke dalam periuk yang di masak ternyata hanya berisi air dan batu. Ibunya berbuat demikian agar anak-anak bisa tidur. Ibu itu berkata, “Allah menjadikan kami saksi atas Umar.” Ibu itu tidak tahun kalau yang datang adalah Umar bin Khatab Sang Khalifah.

“Semoga Allah memberi rahmat kepadamu. Umar tidak mengatahui keadaan kalian.” jawab Umar. Ibu itu membalas dengan sedikit ketus, “Subhanallah … Dia sudah diamanahi mengurus kepentingan kami malah melalaikan nasib kami.”

Umar bergegas pergi ke Baitul Mal dan kembali ke tenda dengan mamanggul bahan makanan di antaranya adalah kurma dan gandum untuk ibu dan anak-anaknya. Lalu Umar bin Khatab memasakkan makanan untuk mereka. Anak-anak pun dibangunkan dan makan dengan lahap. Ia tidak meminta bantuan kepada pembantunya, karena sangat paham bahwa ini adalah amanah sebagai khalifah.

Kita pun adalah khalifah di muka bumi ini, maka tirulah perilaku mulia dari Umar bin Khatab. Bukankah setiap jiwa akan memikul apa yang dilakukannya semasa hidup. Kebajikan sebesar biji sawi pun ada perhitungannya. Begitu pun dengan keburukan yang kita lakukan. Ingatlah selalu Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.

Inovasi Kompor Surya Karya Mahasiswa SBM ITB

Standar

Ibrahim adalah mahasiswa pascasarjana Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB. Ia founder Mag Fire kompor surya  yang memiliki ketertarikan dan ingin berkontribusi positif terhadap program CSR – SUN.  Program yang memiliki semangat untuk menjadi pejuang lingkungan ini sebagai upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem darat dan laut yang terancam hilang serta pemeliharaan keberlangsungan air bersih, energi terbarukan, produk konsumsi, kebencanaan, zero emission, serta perubahan iklim (climate change, waste management, and circular economy).

Melalui program CSR – SUN  memberikan kesempatan kepada stakeholder Mag Fire untuk memberikan sumbangsih karya nyata di bidang sosial kemasyarakatan yang dikemas dalam bentuk karya pengabdian kepada masyarakat yang mengusung tema ‘Strength to Shine’ dengan membawa nilai ‘Embrace‘ sebagai aktualisasi eksternal gerakan ini. Embrace adalah gerakan memberdayakan sekitar (Empowering), berani mewujudkan (Brave), pencapaian nyata (Achievable), dan menjunjung kreativitas  (Creative).

Komunitas UMKM di Teras Hijau Project bersama Ibrahim melakukan demo penggunaan Mag Fire kompor surya yang lebih ramah lingkungan.

CSR – SUN berkolaborasi dengan Mag Fire, Universitas Catur Insan Cendikia (UCIC), dan  Yayasan Wangsakerta Cirebon. Tampak dalam foto Ibrahim bersama Ketua Prodi Manajemen Bisnis UCIC Amroni, SE.MM.

Ketua Yayasan Wangsakerta Farida Mahri, SH sedang menerima hibah Mag Fire kompor surya berkolaborasi dengan Universitas Catur Insan Cendikia (UCIC) Cirebon. Tampak dalam gambar kegiatan ini dihadiri juga oleh dosen program studi Manajemen Bisnis UCIC.

Komunitas pemuda penggerak UMKM bersama CSR – SUN di  Setupatok Cirebon. Hadir Ketua Himabis UCIC dan mahasiswa dari beberapa perguruaan tinggi yang sedang melakukan magang di Yayasan Wangsakerta.

Yayasan Wangsakerta yang berada di Kabupaten Cirebon merupakan sekelompok orang pembelajar yang peduli masalah – masalah sosial, meyakini dan memegang nilai-nilai kejujuran, kerja keras dan tanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat yang cukup pangan,cukup energi, cukup informasi, mampu menentukan diri sendiri dan diridhoi oleh Allah SWT.

Misi yang diperjuangkan oleh Yayasan Wangsakerta adalah:

  • Membangun kesadaran masyarakat mengenai jati diri dan potensi sumberdaya yang mereka miliki
  • Menghasilkan pengetahuan berbasis kearifan lokal yang berguna bagi kehidupan dan kemanusiaan
  • Membangun kapasitas kelompok-kelompok masyarakat dalam mengakses informasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memanfaatkannya untuk kemashlahatan bersama

Sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri dapat tercapai.

Video Liputan Tribun News JaBar

Bapaku Dokter Kusta

Standar

Senangnya dikaruniai berkah menjadi anak perempuan seorang dokter spesial kulit. Ya … Bapaku adalah dokter yang mengambil spesialis kulit waktu aku masih sekolah taman kanak-kanak. Sekolah spesialis di era-80 an itu sungguh penuh perjuangan. Apalagi Bapa saat itu telah berkeluarga dengan 4 orang anak. Aku anak sulung saja baru berusia 6 tahun.

Bapa belajar di Universitas Indonesia (UI) sambil tetap bekerja di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Salemba. Sore hari beliau praktek pribadi di rumah dan kadang harus menggantikan dokter senior di kawasan Grogol. Begitulah hari-hari perjuangan Bapa untuk menambah ilmu di bidang kesehatan kulit selama lebih dari 6 tahun. Saat aku kelas 6 sekolah dasar, Bapa dapat menyelesaikan proses belajarnya. 

Sering loh aku diajak ke RSCM untuk periksa gigi, lalu menunggu di ruang rapat para dokter. Sesekali aku ngelayap mencari Bapa di ruang prakteknya. Tapi entahlah … Aku tak berminat menjadi dokter he3 …

Mengapa Tertarik Kusta?

Ada kisah mengharukan yang selalu aku kenang hingga kini. Bapa mengambil tema karya tulis untuk program spesialisnya adalah penyakit kusta atau lepra. Tahukah teman-teman K-Ners apa itu penyakit kusta?

Leprosy atau kusta adalah salah satu masalah kulit yang dapat menyerang jaringan kulit, saraf tepi, hingga saluran pernapasan. Berbeda dengan cacar air dan herpes yang disebabkan oleh virus, kusta terjadi karena adanya infeksi bakteri, yaitu Mycobacterium leprae. Kusta adalah kondisi yang dapat menular melalui percikan ludah penderitanya, misal saat terbatuk atau bersin. Lantas, bagaimana cara mengenali kusta, dan bagaimana gejalanya?

Nah, artikel di bawah ini akan menjawab semuanya!

Oya … Bapa pernah bertugas di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Sitanala sebagai dokter umum. Ketertarikan beliau terhadap penyakit kusta berawal dari sana. Begitu banyak pasien kusta yang terlambat ditangani, bahkan hingga stadium lanjut yang parah sekali. 

Terlebih masih berkembang mitos tentang kusta yang dianggap penyakit kutukan. Penderita kusta sampai diasingkan bagai orang berdosa yang tak boleh disentuh. Kadang dipasung atau ‘dibuang’ di lokasi yang jauh dari pemukiman. Tidak dibawa berobat ke fasilitas kesehatan karena malu.

Apa Itu Penyakit Kusta?

Tahukah kita apa itu penyakit kusta? Apakah penyakit kusta merupakan penyakit keturunan dan akibat dari kutukan? Tentunya tidak. Meskipun masih ada masyarakat yang menganggap penyakit kusta sebagai penyakit yang diturunkan dan dikaitan dengan darah yang kotor atau najis sehingga orang yang terkena kusta sudah selayaknya dikucilkan dari masyarakat (Tosepu et al., 2018).

Seperti penjelasan Bapa saat aku menemaninya mengetik laporan ternyata bakteri kusta memerlukan waktu lama untuk berkembang biak. Gejala yang ditimbulkan biasanya tidak tampak jelas di awal dan akan terlihat secara perlahan.  Bahkan, dalam beberapa kasus, gejala kusta baru akan muncul setelah bakteri berkembang biak dalam tubuh pengidapnya selama bertahun-tahun. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus baru kusta setiap tahunnya. Hal ini menjadikan Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil sebagai negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa sebagian besar pasien kusta dengan kecacatan memiliki kesempatan yang sangat rendah untuk memperoleh pekerjaan, dikucilkan dari masyarakat sehingga pasien merasa malu mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan (Brouwers et al., 2011).

Selain itu, pasien kusta merasa malu, sedih, takut, dan bersalah karena menjadi beban bagi keluarga (Lusli et al., 2015). Aku diperlihatkan beberapa gambar hasil observasi Bapa terhadap pasiennya. Pengidap kusta biasanya memiliki gejala bercak putih di beberapa bagian tubuh yang sering dikira hanya panu, kurap, atau infeksi jamur saja.

Adapun gejala kusta adalah sebagai berikut:

  • Anhidrosis, yaitu kulit tidak mengeluarkan keringat
  • Luka pada telapak kaki tidak terasa nyeri
  • Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan, tekanan, suhu, bahkan rasa nyeri
  • Kulit terasa kering dan kaku
  • Saraf membesar, umumnya pada lutut dan siku
  • Alis dan bulu mata rontok permanen
  • Mengalami mimisan
  • Muncul bercak dengan warna lebih terang daripada kulit sekitarnya
  • Terdapat benjolan atau bengkak pada telinga dan wajah
  • Otot kaki dan tangan melemah
  • Mata jarang mengedip dan menjadi kering
  • Bapa mengembangkan pengobatan kusta yang kini terapkan di Indonesia secara  umum.  Metode Multidrug Therapy (MDT) menjadi pilihan terapi. MDT adalah prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih.

Apabila dibutuhkan penanganan lanjutan, biasanya akan dilakukan operasi dengan tujuan:

  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh
  • Menormalkan kembali saraf yang rusak
  • Memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan

Setelah lulus, Bapa dinas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Jati Cirebon. 

Bagaimana Mencegah Tertular Kusta?

Penderita kusta kebanyakan dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang kurang memahami pentingnya dari kebersihan lingkungan. Terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah kumuh dan terbatas akan fasilitas air bersih. Kebersihan lingkungan menjadi faktor lain penyebab kusta, selain kuman.

Kita dapat menghindari tertular kusta salah satunya menjaga kebersihan baik lingkungan maupun diri sendiri. Dengan memperhatikan kebersihan sehari-hari, membersihkan bak mandi setiap dua hari sekali, mencuci pakaian setiap habis dipakai dalam satu hari, pastikan rumah dan lingkungan sekitar anda bersih jauh dari risiko kuman bersarang. Sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun karena tangan merupakan tempat berpindahnya kuman.

Selanjutnya perhatikan jika bergaul dengan seseorang, karena kusta dalam jangka panjang dan lama, maka kuman bisa berpindah. Jika melihat tanda-tanda yang dimiliki oleh penderita kusta hendaknya anda memberi tahu untuk segera diobati. Jelaskan bahwa kusta bisa diobati dan bisa sembuh, kecuali jika sudah terjadi kecacatan tidak bisa diobati.