Belajar dari Bimbo
Bimbo dan Taufik Ismail menghasilkan karya lagu yang selalu menyentuh hati. Semenjak era tahun 70-an telah terjalin kerjasama yang erat di antara keduanya. Kisah berawal ketika tahun 1973 Bimbo ditawari untuk pentas di Taman Ismail Marzuki. Lalu Bimbo memberi syarat agar diperbolehkan membawakan lagu yang liriknya ditulis oleh beberapa sastrawan Indonesia, diantaranya Taufik Ismail.
Sejak saat itu lagu-lagu Bimbo mulai banyak menggunakan lirik dari puisi Taufiq Ismail. Beberapa lagu seperti Sajadah Panjang, Bermata Tapi Tak Melihat, Tuhan, Anak Bertanya pada Bapak, Rindu Rasul, dan Setiap Habis Ramadhan melegenda hingga sekarang.
Satu lagu yang berkesan ketika diputar saat bulan Ramadhan, inilah liriknya :
Alangkah nikmat ibadah di bulan Ramadhan, sekeluarga sekampung senegara, kaum muslimin dan muslimat sedunia. Seluruhnya kukuh dipersatukan, dalam memohon ridha-Nya. Setiap habis Ramadhan, rindu hamba tak pernah menghilang. Mohon tambah umur setahun lagi, berilah hamba kesempatan.
Setelah Ramadhan datanglah hari raya Idul Fitri, Bimbo pun menghasilkan karya yang pas dengan suasana lebaran yang juga dinantikan dengan gembira oleh umat Islam. Lirik lagu Lebaran Sebentar Lagi sebagai berikut :
Berpuasa sekeluarga, sehari penuh yang sudah besar, setengah hari yang masih kecil. Alangkah asyik pergi ke mesjid, shalat Tarawih bersama-sama, lebaran sebentar lagi. Berpuasa dengan gembira, menahan lapar menahan nafsu, melatih diri sedari kecil. Membaca Qur’an, shalat Tarawih, melatih iman sedari kecil.
Sesudah saling bermaafan, dengan penuh keikhlasan. Ya Tuhan mohon keridhaan. Sepenuh kasih dan sayang. Lebaran sebentar lagi, tak ada miskin tak ada kaya, semua sama di depan Tuhan, yang berbeda cuma amalnya. Semua ingin Lailatul Qadar, semoga kita mendapatkannya.
Masyaallah … Lirik yang sangat menyentuh dan penuh makna. Tak salah bila aku memilih lagu Bimbo sebagai lagu Ramadhan favorit. Tentu dengan tetap prioritas adalah tilawah Al Quran dan Tarawih, juga ibadah sunnah lainnya.
Dalam rangka memperingati 101 tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) pada 3 Juli 2021 nanti, Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menyelenggarakan beberapa rangkaian acara secara virtual dari mulai tanggal 1-4 Juli 2021.
Rangkaian acara tersebut meliputi seminar virtual dengan tema “ITB untuk Transformasi Digital Indonesia” pada 1 Juli, pameran virtual exhibition pada 1-4 Juli, dilanjutkan dengan Pagelaran Musik dan Budaya tanggal 3 Juli, kemudian ITB 101 Virtual Run dan acara puncaknya yaitu Sidang Terbuka 101 Tahun PTTI di Aula Barat ITB pada 3 Juli 2021.
Pemberian gelar Doktor Kehormatan tersebut diberikan kepada seseorang yang dinilai telah menunjukkan karya nyata yang mengandung nilai inovatif dalam pemikiran, gagasan atau penelitian, dan pengembangan konsep-konsep orisinal yang terbukti bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, perkembangan kebudayaan bangsa dan kemanusian, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pemberian gelar Doktor Kehormatan tersebut diberikan kepada Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah (atau Sam Bimbo) menerima Doktor HC dalam bidang Seni dan Religiositas. Sam Bimbo telah menghasilkan karya yang patut dibanggakan, bahkan telah mendulang berbagai penghargaan tingkat nasional maupun internasional.
Sam Bimbo menyamapaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang berjasa dalam perjalanan karirnya di bidang seni. Judul orasi ilmiah yang sederhana namun sarat makna dipilih oleh Sam Bimbo, Cinta 5.0.
1.0 Cinta keluarga, dari ayah dan ibu tertanam sikap hidup dalam berkeluarga. Cinta diikat dengan tali persaudaraan, kasih sayang, dan terutama doa ayah dan ibu.
2.0 Cinta seni lukis. Seni dapat dengan 5 panca indera dapat melahirkan cinta. Dengan mata kita bisa melihat, maka lahirlah seni lukis. Sam Bimbo adalah alumi FSRD ITB tahun 1968.
3.0 Cinta musik religi. Kenangan yang tak terlupakan saat menunaikan shalat Jumat di Masjid Salman. Khatib mengajak para jamaah dalam khutbahnya, “Marilah kita bersama-sama tunjukan keimanan kita kepada Allah dengan berbuat kebajikan. Maka lahirlah syair lagu dengan judul Tuhan pada tahun 1972 bersama Taufik Ismail.
TuhanTempat aku berteduhDi mana aku mengeluhDengan segala peluh. TuhanTuhan Yang Maha EsaTempat aku memujaDengan segala do`a. Aku jauh, engkau jauhAku dekat, engkau dekatHati adalah cerminTempat pahala dosa bertaruh.
4.0 Cinta dalam kemanusian. Memahami kemanusiaan dan lingkungan. Lahirlah lagu berjudul Surat untuk Tuan Reagen dan tuan Andropov, hingga mendapat penghargaan dari dua negara.
Yang Mulia, tuan Reagen dan tuan Andropov, diri anda berdua orang tua terhebat di dunia, dan hanya dengan satu kata dari anda berdua, dunia bisa berobah, ooh ho..ho.. Yang Mulia, tuan Reagen dan tuan Andropov, mata anda berdua menembus seluruh dunia, dan bahkan keluar angkasa raya, Bionik dan Supermen oh kecil dibanding anda, Ho.. ho.ho.. hoo..
Bersama surat ini kami ingin usul, sebelum perang dunia ketiga, berikan pengumuman terlebih dahulu agar orang-orang bisa berfoto, membuat kenang-kenangan untuk mengenang mereka, di masa yang akan datang dan juga mengenang anda, ooh.. Yang Mulia, tuan Reagen dan tuan Andropov, anda berdua damai, seluruh dunia ikut gembira, pabila anda berdua marah, sungguh kami tak suka, tetapi mungkinkah itu, ooh.. ho.ho.. ooh..
Sekian surat kami, maaf bila ada yang salah. Hormat kami, Bimbo…
Saat Menteri Lingkungan HIdup dijabat Prof. Emil Salim, lahirlah lagu berjudul Kalpataru yang isinya mengajak menyintai lingkungan. Selain itu Sam Bimbo juga menjadi tokoh yang gigih memperjuangkan perlindungan hak cipta dalam menghadapi tantangan berat melawan pembajakan sehingga ada cukai kaset.
5.0 Cinta Illahi. Pengalaman yang panjang dalam berkarya membuat Sam Bimbo makin memahami makna hablul minnanas dan hablul minallah, Hingga saat ini Sam Bimbo lebih memilih untuk berkarya dalam bidang seni lukis dengan kaligrafi dan dalam bidang musik dengan lagu religi.
Belajar dari Chrisye
Suasana pagi kala perlahan surya naik sepenggalahan. Semburat hangatnya menembus sela dedaunan kembang kamboja. Tampak sisa embun dan tetes hujan semalam masih ada di kelopak bunga. Rupanya belum rela beranjak menguap terbang ke langit. Kicau burung di pucuk pohon tanjung masih ramai saja bersahutan riang.
Selepas menuntaskan tilawah Al-Qur’an surat Yasin, aku beranjak untuk shalat dhuha. Hari-hari di bulan Ramadhan memang istimewa. Rasa ingin berdekatan dengan kitab suci yang mulia begitu menggelora. Semangat. Beda sekali dengan hari-hari di bulan lain. Inilah berkah Ramadan yang telah Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia tetapkan untuk kita hamba-Nya.
Aku buka kembali Al-Qur’an untuk membaca terjemahan surat ke-36 yang pastinya teman-teman K-Ners juga sering membacanya. “Yaa Siin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah.” (QS. Yasin 36: 1-2).
Terngiang lagu Chrisye yang berjudul ‘Ketika Tangan dan Kaki Berkata’. Konon dari kisah yang aku baca, Chrisye ketika menggubah lagu ini mendapatkan pengalaman spiritual yang luar biasa. Penyair Taufik Ismail yang dikenal juga sebagai tokoh kebudayaan dengan kedalaman ilmu agama Islam pernah bertemu dengan Chrisye pada tahun 1997. Pada pertemuan itu Chrisye mengatakan, “Bang … Saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menulis kata-katanya, tetapi saya tidak puas. Bisakah Abang coba tuliskan liriknya?”
Kemudian dengan tengat waktu sebulan, Taufik Ismail mencoba menuliskan liriknya. Namun, macet. Tidak ada ide. Hingga suatu hari beliau tilawah Al-Qur’an surat Yasin dan membaca terjemahan ayat ke-65 yang berbunyi, “Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Lirik lagu itu dikirimkan kepada Chrisye tanpa diberitahu asal-usul dari mana mendapatkan inspirasinya. Masyaallah … Kejadian berikutnya sangat mengharukan. Chrisye tiada henti menangis setiap kali menyanyikan bait demi bait. Tubuhnya bergetar, begitu pun jiwanya seakan tiada mampu menahan kekuatan misterius. Liriknya mencekam. Setiap kali dua baris itu dinyanyikan berhenti lagi karena menangis. Istri Chrisye sampai syok dan bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan lirik yang dibuat oleh Taufik Ismail tersebut?
Chrisye akhirnya menelpon Taufik Ismail untuk menceritakan kejadian tersebut. Lalu diberi tahu bahwa lirik tersebut berasal dari surat Yasin ayat ke-65. Ternyata Chrisye tetap saja kesulitan untuk menyanyikan lirik tersebut, hingga Erwin Gutawa sempat senewen. Suatu hari menjelang keberangkatan yang mepet ke Australia, istri Chrisye turut mendampingi di studio. Dia shalat khusus mendoakan agar suaminya bisa menyelesaikan rekaman dengan lirik yang sungguh berat tersebut. Alhamdulillah … Dengan rahmat dan kasih sayang Allah Yang Maha Agung lagi Maha Terpuji, tanpa take ulang! Akhirnya lagu dengan lirik yang diilhami ayat ke-65 surat Yasin itu bisa kita dengarkan hingga kini.
Lagu dengan getaran autentik dari Chrisye yang juga selalu membuatku turut menangis. Barakallah …
Inilah lirik lagu yang berjudul ‘Ketika Tangan dan Kaki Berkata’:
Akan datang hari, mulut dikunci, kata tak ada lagi. Akan tiba masa, tak ada suara, dari mulut kita. Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita, kemana saja dia melangkahnya. Tidak tahu kita, bila harinya, tanggung jawab tiba. Rabbana, tangan kami, kaki kami, mulut kami, mata hati kami, luruskanlah, kukuhkanlah, di jalan cahaya sempurna. Mohon karunia, kepada kami, hamba-Mu yang hina.
Selain lagu ini, aku juga suka dengan lagu berjudul ‘Lirih’ yang merupakan karya terakhir Chrisye sebelum wafat pada tanggal 30 Maret 2007. Sehari lagi 17 tahun sudah Chrisye meninggalkan dunia fana ini, tetapi karya-karya indah dan inspiratif yang digubahnya terus melekat di hati kita. Chrisye mengindap kanker paru-paru di akhir hayatnya. Namun, kecintaannya pada dunia seni tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya. Lagu ini dirilis justru setelah Chrisye tiada. Sungguh mengharukan. Artis yang menjadi model dalam klip video juga menyatakan hal yang sama. Mereka terharu dan sekaligus bangga bisa menjadi bagian dari karya seorang legenda musik Indonesia, Chrisye.
Selama berkaris solo, Chrisye telah menghasilkan 31 album sejak 1970 hingga tahun 2000-an. Waaahhh … Pas sekali dengan tahun kelahiranku. Sebagai bagian dari Gen-X sungguh aku adalah penikmat lagu karya Chrisye. Apalagi pamanku yang sering main ke rumah sewaktu aku kecil juga sering menyetel kaset yang berisi lagu Chrisye selain lagu Ebiet G Ade dan Iwan Fals. Begitu juga saat aku main ke rumah Nenek dan Kakek di kaki Gunung Ciremai, pamanku juga menyetel kaset dengan lagu-lagu koleksinya itu. Ha3 … Semacam terkena virus, aku jadi suka juga deh!
Baca artikel terkait : Ramadhan Penuh Keajaiban di Kaki Gunung Ciremai Era 80-an yang telah tayang di Kompasiana dengan viewrs lebih dari 1500.
Mumpung bulan Ramadan, mari kita simak terjemahan Al-Qur’an surat Yasin ayat ke-51 sampai ayat ke-67.
“Sangkakala pun ditiup dan seketika itu mereka bergerak cepat dari kuburnya menuju kepada Tuhannya. Mereka berkata, ‘Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?’ (Lalu, dikatakan kepada mereka,) ‘Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya)’. Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab). Pada hari itu tidak ada sama sekali orang yang dirugikan sedikit pun. Kamu tidak akan diberi balasan, kecuali atas apa yang telah kamu kerjakan.
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi mereka bersenang-senang. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh sambil berbaring di atas ranjang berkelambu. Di (surga) itu mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan. (Kepada mereka dikatakan,) ‘Salam sejahtera’ sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
(Dikatakan kepada orang-orang kafir,) ‘Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai para pendurhaka! Bukankah Aku telah berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh wahai anak cucu Adam, bahwa janganlah kamu menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu. (Begitu juga bahwa) sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus’. Sungguh, ia (setan itu) benar-benar telah menyesatkan sangat banyak orang dari kamu. Maka, apakah kamu tidak mengerti?
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu kamu mengingkarinya. Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan menghapus penglihatan (membutakan) mereka sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan (selamat). Maka, bagaimana mungkin mereka dapat melihat? Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan mengubah bentuk mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup meneruskan perjalanan dan juga tidak sanggup pulang kembali.”
Sungguh Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana telah memberikan pengajaran-Nya kepada kita dengan teladan dari Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam betapa dahsyat pengadilan akhir kelak. Sangat disayangkan jika jiwa kita tidak bergetar ketika membaca surat Yasin ini. Apakah kelak kita akan selamat? Apakah kita akan menjadi hamba-Nya yang diberi ucapan “Salam sejahtera” dari Allah Rabbal’alamin? Apakah kita bersama keluarga akan menempati surga-Nya yang penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi? Atau malah sebaliknya …
Ya Allah … Janganlah hukum kami atas segala kesalahan dan dosa yang telah dikerjakan. Ampuni kami ya Allah ..
Belajar dari Taufik Ismail
Taufik Ismail merupakan seorang sastrawan senior Indonesia yang dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan. Ada hal menarik yang aku catat dari pengalaman hidupnya yaitu, sejak kecil sangat suka membaca. Ketika SMA beliau memiliki ciri-cita sebagai sastrawan. Sajak pertamanya bahkan berhasil dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Sampai saat ini, Taufik Ismail telah menghasilkan puluhan sajak dan puisi, serta beberapa karya terjemahan. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, misalnya Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis.
Sebagai penyair, Taufik Ismail telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Jerih payahnya dalam dunia sastra telah menjadikannya penerima berbagai penghargaan, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Taufik Ismail sering mendapatkan penghargaan baik dari dalam negeri hingga luar negeri. Ia pernah mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994).
Selain itu, sudah dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993). Kemudian pada tahun 2003, Taufik Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Aku suka dengan satu dari puluhan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul ‘Mencari Sebuah Masjid’. Puisi ini dibuat pada bulan Januari tahun 1988.
Jeddah, 30 Januari 1988
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur’an
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan¡
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran.
Sungguh, puisi karya Taufik Ismail ini sangat menginspirasiku tentang mencintai masjid. Beberapa artikelku yang mengupas tentang masjid, bukan hanya dari sisi arsitektur, tetapi juga tentang kesan mendalam beserta pengalaman spiritualnya.
Inilah beberapa artikelku tentang masjid:
- Masjid Unik Nan Menarik di Tol Trans Jawa dibaca oleh 2.300 pembaca Kompasiana
- Bertandang dari Masjid ke Masjid
- Uniknya Masjid Al Safar KM 88 Cipularang dibaca oleh 3.760 pembaca Kompasiana
- Masjid Baiturrahman dan Masjid Rahmatullah, Saksi Kekuasaan Allah dibaca oleh 636 pembaca Kompasiana
- Bertandang ke Masjid Raya Sumatera Barat di Padang
- Get My Target: Shalat Tarawih di 10 Masjid (Part 1) dan (Part 2) telah dibaca oleh 414 pembaca Kompasiana
- Keunikan Masjid Menara Kudus dan Masjid Agung Demak
- Masjid Kubah Emas Depok Nan Megah telah dibaca oleh 833 pembaca Kompasiana
- Masjid Salman, Kucing, dan Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma
- Kenangan Indah di Masjid Al-Azhar Jakarta
- Kenangan Indah di Masjid Istiqlal
- Uni Nyali Nyupir 10 Hari Keliling Jawa