Monthly Archives: Agustus 2022

Mengajak Anak Mencintai Pohon Sebagai Sumber Kehidupan

Standar

Apa jadinya bila rumah kecilku tak berpohon? Ugh … Udara Jakarta yang sumpek, penuh polusi kendaraan bahkan asap pembakaran kayu untuk mengolah jengkol dari pasar di balik tembok pagar perumahan itu pasti perlahan akan membuat paru-paru keluargaku sesak. Usaha pengolahan jengkol yang dimulai sejak pukul delapan malam menghasilkan bau menyengat dan asap yang serta merta akan masuk ke dalam perumahan. Untung saja sejak pindah empat tahun lalu, kami sudah menabung pohon.

Anak-anak jaman sekarang (terutama yang tinggal di kota besar) sangat jarang bersentuhan dengan pohon. Apakah mereka tahu bahwa kertas berasal dari pohon, pinsil pun demikian, apalagi meja dan kursi kayu tentulah berasal dari pohon.

Adakah keinginan mereka untuk menanam pohon? Adakah empati mereka untuk ikut menentang penebangan pohon di hutan? Apakah kita sebagai orangtua sudah mengajak mereka untuk lebih mencintai pohon?

Ya … We love the trees

Di rumahku yang tak seberapa luas tumbuh pohon beragam jenis. Pohon tanjung, mangga, kamboja, bintaro, soka, belimbing, palem juga beringin. Ah … walau belum tertata rapi, namun sudah terasa rimbun, sejuk, segar, hijau menyegarkan mata. Pagi hari saat matahari bersinar cerah, burung-burung berkicau di dahan pohon. Bila beruntung ada juga kupu-kupu hinggap dibunga yang sedang mekar.

Tak kenal maka tak sayang … Bukankah pepatah mengatakan demikian? Aku pun berusaha mengenalkan pohon kepada anak-anak agar mereka bisa mencintainya. Foto-foto di bawah ini mencerminkan ‘walau’ sedikit kecintaan mereka kepada pohon.

Teteh senang sekali saat menyirami tanaman di halaman depan rumah.

Teteh sangat antusias bertugas menyiram tanaman. Halaman rumah ditanami rumput dan bunga, sedangkan sisi jalan ditanami pohon berdaun rimbun seperti tanjung, kamboja, bintaro, mangga, belimbing dan beringin.

Anak-anak pun dilibatkan dalam proses penanaman pohon itu. Kaka anak sulungku membantu ayahnya menggali tanah, lalu Mas anak kedua memberi pupuk kompos dan pupuk kandang ke dalam lubang. Sedangkan si bungsu Teteh paling senang bila bertugas menyiram pohon. Kami bersama belajar mencintai pohon sebagai wujud rasa cinta kepada Allah Yang Maha Pemurah. Tentu kami sangat yakin suatu hari nanti investasi berharga ini akan menuai hasil.

Ya … Benar kami kini telah menuai hasilnya. Pohon tanjung yang berdaun rimbun tingginya sudah lebih dari lima meter. Berjajar berdampingan dengan pohon kamboja dan bintaro. Lalu ada pohon belimbing dan pohon mangga. Di sudut rumah ada pohon beringin yang tumbuh sendiri loh! Mungkin bijinya dibawa burung yang mampir di pepohonan kami.  Semuanya pohon berbatang keras dan berakar tunjang. Sedangkan di halaman dalam ada hamparan rumput gajah mini seluas 2×3 meter persegi yang dilengkapi dengan pot bunga adenium, kana, pisang-pisangan. Kami juga menanam jahe, lengkuas, kunyit, dan pandan,

Apa yang terjadi dengan udara di rumah kami? Malam hari terasa sekali fungsi dedaunan yang menyerap karbondioksida dan menangkal asap untuk masuk ke dalam rumah. Rumah kami menjadi satu-satunya rumah yang tidak begitu terganggu dengan bau jengkol he3 …

Tak hanya itu … Kami juga kedatangan burung-burung bersuara merdu dipagi hari. Ternyata pohon belimbing menarik minat mereka untuk mencicipi bunga-bunganya yang asam manis. Bunga tanjung yang harum pun mengundang banyak kupu-kupu cantik. Ada yang aneh … Kucing kampung yang biasa berkeliaran di perumahan kami kemudian melahirkan di halaman rumah dan anak-anaknya yang lucu senang sekali bermain di hamparan rumput atau bercanda di sela batang bunga. Dua ayam kate peliharan kami pun punya hobi bermain di bawah rindang pohon. Duh … Ini karunia yang tak terkira nikmatnya.

Kucing peliharaan Teteh bermain di taman. Namanya lucu-lucu deh! Pampa, Prairi, Stepa, dan Grassland.

Ayam kate bernama salju dan hujan sedang asyik ‘ngadem’ di bawah rindang pohon. Pampa, Prairi, Stepa dan Grassland kucing peliharaan kami sedang asyik sarapan di taman berhampar rumput gajah.

Tahu dan Tempe senang bermain di batang pohon bunga Kamboja. Kisah kucing-kucing kami ada di sini.

Kaka, Mas dan Teteh sangat mencintai pohon yang mereka tanam dan terus merawatnya dengan menyiram juga memberi pupuk secara rutin. Kegiatan kami di rumah ternyata di terapkan Mas saat ini di boarding school-nya. Mas bergabung dalam tim botanical garden yang mengelola sebuah taman berisi puluhan tanaman dan kolam ikan. Oya … Aku juga pernah ikut program sedekah pohon di kampus tempatku mengajar. Aku menanam lima pohon tanjung dan kini tingginya sudah lebih dari tiga meter. Di rumah orangtua, aku menyumbang dua pohon mangga dan kini sudah berbuah lebat. Ketika liburan ke Cirebon Kaka, Mas, dan Teteh bisa panen mangga deh!

Pohon mangga yang kami tanam di halaman rumah orangtua tengah berbuah lebat. Teteh senang sekali bisa ikut panen mangga.
Pohon dadap merah bisa dijadikan penyangga ayunan sederhana. Ini tempat main favorit Teteh.

Ada kejadian menarik saat musim kemarau panjang tahun lalu. Rumah kami tetap tak kesulitan air bersih. Air tanah tetap mengalir lancar. Rupanya akar pohon besar itu telah membuat jalan-jalan resapan air di bawah tanah dan air hujan yang tertampung di dalamnya dapat terus bertahan hingga musim kemarau tiba. Alhamdulillah … Puji syukur tiada terkira. Bukankah air sangat penting untuk kehidupan?

Agar lebih cinta pohon, kami sering mengujungi tempat rekreasi alam. Seperti air terjun Jumog di Tawangmangu yang masih alami dengan pohon-pohon besar yang rimbun. Kami juga belajar di Kebun Raya Bogor tentang beraneka ragam pohon dan keunikannya. Saat mengunjungi keluarga di Kuningan dan Wates, kami sempatkan bermain di sawah. Liburan di Bandung pun tak hanya di isi wisata kuliner, namun kami mampir di kebun teh Lembang. Inilah cara kami sekeluarga untuk lebih mencintai pohon.

Teteh berlibur ke Kebun Raya Cibodas. Simak di sini artikel lengkapnya.
Mas berkunjung ke Kebun Raya Bogor.

Rekreasi alam sambil belajar mencintai pohon di air terjun Jumog Tawangmangu. Teteh mendapat pengetahuan berharga bahwa kita harus menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menebang pohon sembarangan dan ikut menanam pohon. Pengalaman kami mengunjungi Kebun Raya Bogor ada di sini.

Memang benar teladan itu jauh lebih efektif dari sekedar bicara. Yuk! Sebagai orangtua mari ajak anak cinta pohon sebagai investasi berharga bagi masa depan bumi tercinta.

Silakan mampir di artikel menarik lainnya

Ajarkan Kejujuran Kepada Anak

Standar

Nak … Jujur itu keren!

Nasihat untuk anak-anakku.

Bersama Kaka dan Mas.

Prinsipku dalam mendidik anak adalah bahwa proses jauh lebih penting dijalankan dengan sebaik-baiknya. Potensi bakat dan minat anak haruslah berkembang dengan optimal, Bukahkah kecerdasan anak tidak sama rata? Ketahuilah masing-masing anak adalah unik dan memiliki versi terbaiknya yang sangat spesial. 

Bukti nyata aku alami bersama Kaka dan Mas, alhamdulillah … berkat karunia dan kasih sayang Allah Yang Mahabaik lagi Mahamulia, terbukti bahwa prestasi adalah sebuah akibat dari kerja cerdas dan ikhtiar keras. Belajar penuh semangat. Doa terus dipanjatkan. Bila nilai didapat dengan kejujuran, rasa syukur sungguh akan terpancar indah. Namun, nilai tinggi pun bila diperoleh dengan kecurangan, rasa apakah yang akan muncul dari lubuk hati terdalam? Harusnya malu … Sejatinya dengan mengingat Illahi Rabbi Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar maka tak akan ada ketidakjujuran.

Korupsi dan Ketidakjujuran

Aku teringat saat menemani Kaka mencari ide untuk membuat poster dengan tema ‘Anti Korupsi’ untuk pelajaran bahasa Indonesia. Kaka mengatakan, “Koruptor?!  Ah …  Sebut saja mereka itu perampok, maling, atau penjahat. Biar malu dan kapok, gitu loh!” Saat itu aku sedang membaca koran tentang kasus korupsi. He3 … Tak disangka padahal usianya baru 13 tahun.

Poster karya Kaka tahun 2009 saat duduk di bangku SMP Islam PB. Sudiman.

Poster karya Kaka ini mempersepsikan koruptor sebagai tikus yang memakan uang. Lalu, polisi dan KPK ‘hanya’ berperan sebagai buaya dan cicak yang meneropong dari jauh saja. Mungkin Kaka membaca koran tentang perseteruan buaya dan cicak. Di bagian bawah gambar tikus yang gemuk itu ada rangkaian tulisan rakyat dan kata ‘bencana’. Sepertinya Kaka ingin menyampaikan bahwa rakyat menjadi sengsara tertimpa bencana, namun tikus tetap rakus memangsa uang yang sebenarnya bukan makannya hiiiksss … 

Tak disangka loh! Ternyata bisa juga anak-anak mempelajari situasi negara lewat media cetak. Aku memang berlangganan koran Republika dan sesekali membeli majalah Tempo. Kasus cicak versus buaya pertama kali terjadi pada Juli 2009. Perseteruan tersebut berawal dari isu yang beredar tentang adanya penyadapan oleh KPK terhadap Komjen Susno Duadji sebangai Kabareskrim Mabes Polri saat itu. Susno dituduh terlibat pencairan dana dari nasabah Bank Century, Boedi Sampoerna. Susnolah orang yang pertama kali menyodorkan analogi cicak versus buaya. KPK diibaratkan cicak yang kecil, sedangkan Polri adalah buaya karena besar.

Puisi Anti Korupsi

Puisi karya Kaka saat masih kelas 4 SD Islam Al-Falah.

Puisi karya Kaka ini telah dibacakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pesantren Babakan Kabupaten Cirebon saat kegiatan bedah buku ‘Bukan Kota Wali : Relasi Rakyat Negara dalam Kebijakan Pemerintah Kota’ karya Dewi Laily Purnamasari bersama Faqihuddin Abdul Kodir, Ipah Jahrotunnasipah, dan Obeng Nur Rosyid. 

Buku berjudul Bukan Kota Wali yang aku tulis bersama 3 orang sahabatku.

Inilah pembelajaran penting bagi generasi penerus. Bait-bait puisi karya Kaka memberikan semangat: sudah seharusnya gerakan anti korupsi menjadi tekad kita orangtua, juga guru dan para pemimpin bangsa. Agar kelak generasi masa depan tak lagi tergiur melakukan korupsi. Seperti janji dalam bait terakhir puisi ini : ‘Aku janji sampai mati tak akan korupsi; Agar masa depan kami lebih baik dari saat ini’.

Semangat Jujur di Pesantren Mas

Sekolah tempat Mas belajar, SMP IBS Al-Binaa, tidak melulu berorientasi asal lulus UN. Beberapa pertemuan antara manajemen sekolah yang diwakili kepala sekolah bersama orangtua, sangat ditekankan bahwa pendidikan adalah sebuah proses. Nilai akademik bukan satu-satunya ukuran keberhasilan. Para pelajar dibimbing agar mampu menjadi manusia cerdas yang berakhlak mulia. Berbagai program disusun agar mereka memiliki keimanan, ketaqwaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkelindan tak terpisahkan.

Senang sekali mendengar dan mendapatkan informasi demikian. Saat dibanyak tempat nilai adalah satu-satunya tujuan. Lalu kejujuran diabaikan dan di pojokkan di ruang berdebu. Kecuranganpun diambil sebagai jalan pintas agar nampak keberhasilan semu.  Apakah harus begitu?

Berkunjung ke Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Standar

Woowww …

Di manakah gerangan perpustakaan tertinggi di dunia berada?

Aku main tebak-tebakan nih bersama Teteh saat pertama kali akan mengajaknya berkunjung ke sebuah perpustakaan di pusat kota Jakarta. Persisnya di sisi selatan Monumen Nasional (Monas).

Teteh berpose di halaman dalam Perpusnas dengan latar gedung 27 lantai.

Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Seru sekali dan sangat membanggakan loh! Indonesia ternyata juga memiliki perpustakaan nasional, yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI). Uniknya, Perpusnas ini menjadi gedung perpustakaan tertinggi di dunia loh! Gedung utama Perpusnas setinggi 126.3 meter dengan total ruang adalah 27 lantai dan 3 lantai bawah tanah.

Bangunan lawas tetap dipertahankan dan menjadi ruang penerima pertama sebelum memasuki gedung baru.

Perpustakaan ini berdiri di area seluas 11.975 meter persegi dengan luas bangunan 50.917 meter persegi. Gedung perpustakaan ini dirancang dengan konsep green building. Setiap lantai gedung menyimpan koleksi buku yang berbeda. Ruang baca anak ada di lantai 7. Sedangkan lantai14 menyimpan koleksi buku langka, lantai 21 hingga 24 menyimpan berbagai buku umum. Pada lantai teratas atau lantai 24 terdapat executive lounge serta menjadi tempat ideal untuk melihat panorama area Monas.

Lobby utama dengan interior yang modern dengan material stainless steel bernuansa warna silver.

Gedung Perpusnas dekat dengan halte Transjakarta Balaikota DKI Jakarta. Seperti biasa, kami lebih senang jalan-jalan menuju pusat kota Jakarta menggunakan moda transportasi publik yang nyaman, aman, bersih, murah, dan anti macet. Slogan itu menjadi andalanku agar Teteh senang memanfaatkan fasilitas umum ini. Sekitar satu jam perjalanan dari halte PGC Cililitan menuju halte Harmoni. Selanjutnya berganti arah ke Pulogadung. Tidak lebih dari 10 menit saja kami sudah sampai di depan gedung yang indah ini. Sekarang ada rute baru yang lebih mudah, yaitu halte PGC Cililitan menuju Monas dan melewati halte Balaikota DKI. Aku bilang ke Teteh, “Kayaknya ini rute dibuat agar Teteh makin senang main ke Perpusnas nih … he3 …”

Bangunan kolonial yang dipertahankan biasanya digunakan untuk pameran instalasi. Teteh mencoba sepeda onthel dan menikmati suasana jadul di sini.
Ada kursi dan hiasan dinding yang menambah kesan otentik heritage buildingnya. Jendela, pintu, dan langit-langit yang tinggi membuat ruangan di sini terasa sejuk.

Bangunan depan Perpusnas adalah bangunan bergaya kolonial yang tetap dirawat dan dipertahankan keasliannya. Tiang besar dan tinggi menyambut kami. Di ruang pertama ada meja kursi antik yang boleh diduduki oleh pengunjung. Kami berjalan menuju koridor yang di kiri kanannya ada ruang pameran instalasi. 

Ruang baca anak di lantai 7 dengan dekorasi yang seru. Teteh betah banget berlama-lama membaca buku favoritnya.

Selain ruang koleksi buku, ini nih yang bikin Teteh betah … Perpusnas melengkapi fasilitasnya dengan kantin dengan menu lengkap, enak dan murah. Tak sulit bila lapar dan haus melanda silahkan memesan kepada kasir. Mezanin kantin adalah tempat favorit karena ada bantal-bantal besa dan empuk untuk lesehan. Teteh suka sekali menu nasi goreng dan es teh manisnya. Aku pasti pesan kopi dan pisang goreng maakkknyuuuussss. Mushola juga bersih dan nyaman. Jadi saat kami berada di sini sejak pukul 10.00 wib hingg pukul 16.00 wib bisa melaksanakan shalat dzuhur dan ashar tepat waktu.

Ya aaampuuun … Saking nyamannya he3 … Teteh leyeh-leyeh dulu nunggu pesanan makanan dan minuman datang di kantin Perpusnas.

Aku meminta ijin kepada petugas untuk masuk ke ruang khusus di lantai paling atas. Dari balik dinding kaca, aku bisa melihat Monas menjulang tinggi di tengah lapangan luas. Ada juga Masjid Istiqlal di sebelah kanan dan beberapa gedung pencakar langit di sekeliling Monas.

Aku memotret Monas dari lantai tertinggi Perpusnas.

Perpustakaan Tertinggi di Dunia Kedua dan Ketiga

Shanghai library atau Bibliotheca Zi-Ka-Wei. (sumber gambar: wikipedia)

Perpustakaan Shanghai, yang juga menampung Institut Informasi Ilmiah dan Teknologi Shanghai, adalah perpustakaan kota Shanghai, Cina. Ini adalah perpustakaan terbesar kedua di Cina setelah Perpustakaan Nasional di Beijing. Perpus ini memiliki tinggi 106 meter dan terdiri dari 24 lantai.

W.E.B Du Bois library. (sumber gambar wikipedia)

Perpustakaan W. E. B. Du Bois adalah salah satu dari tiga perpustakaan Universitas Massachusetts Amherst, Amherst, Massachusetts, yang lainnya adalah Perpustakaan Sains dan Teknik, dan Perpustakaan Wadsworth di Kampus Mount Ida. Perpus ini memiliki 28 lantai dengan total ketinggian 90.4 meter.

Mengajak Anak Cinta Membaca

Jaman sekarang, anak-anak tuh sulit sekali jauh dari gadget. Main game menghabiskan waktu. Namun … Hobi membaca pastilah bisa menjadi alternatif yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Buku adalah jendela dunia. Insya Allah dengan senang membaca akan meluaskan wawasan, memperdalam pemahaman, dan memperkuat ingatan.

Allah SWT berfirman, “(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar Rahman 55 : 1-4). “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al Alaq 96 : 1-5).

Firman ini seharusnya memberikan motivasi kuat kepada orangtua agar memfasilitasi anak-anaknya cinta membaca. Aku pernah menuliskannya di sini.

Bukankah buku telah membuka cakrawala dan cara pandang mereka menjadi lebih luas? Kosa kata dan tata bahasa mereka dengan sendirinya terbentuk daan menjadi lebih baik dibanding anak seusianya, tak heran bila mereka mampu membaca buku dalam durasi yang panjang, menyusun cerita, membuat komik, menulis puisi, dan berpidato atau sekedar ‘ngobrol’ dengan orang yang lebih tua usianya.

Tafsir Ilmiah Ayat Al-Qur’an Tentang Litosfer

Standar

Seorang muslim tentu meyakini bahwa kitab suci Al-Qur’an senantiasa relevan untuk dibaca dalam segala konteks waktu dan tempat. Namun, dalam praktiknya, meyakini hal tersebut bukanlah persoalan sederhana. Membaca, dalam arti memaknai pesan sebuah teks, selalu melibatkan penafsiran. Apalagi teks sekaliber Al-Qur’an tentunya menghasilkan beragam tafsiran.

Bandung dilingkung gunung. Pemandangan indah dari halaman rumahku.

Al-Qur’an yang tidak hanya berisi pesan sosial-politik-kemasyarakatan, tetapi juga kaya dengan ayat-ayat yang membicarakan alam raya, dari makrokosmos hingga mikrokosmos. Kurangnya penafsiran mengenai isyarat-isyarat alam ini telah mempersulit banyak saintis da teknologiawan Muslim untuk memaknai kitab sucinya sendiri, apalagi untuk mengajarkan dan menyebarluaskan pesan-pesannya bagi masyarakat luas.

Bila kita menelaah pesan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam dalam haditsnya, “Permudahlah dan jangan kalian persulit. Gembirakanlah, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.” (HR. Al-Bukhari no. 69). Hal ini seharusnya menyuntikkan semangat akan pintu ijtihad untuk memahami dan menafsirkan isyarat-isyarat alam raya dalam Al-Qur’an. Hal ini harus terus dibuka. Tanpa pemaknaan yang segar, kekinian, dan kontekstual atas isyarat-isyarat tersebut, tidak mustahil generasi masa depan akan melihat Al-Qur’an sebagai kitab usang yang sulit dipahami. Sedihnya lagi … Al-Qur’an akan ditinggalkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104).

Ilmuwan dan Al-Qur’an

Seringkali kita menyaksikan kritik terhadap pembuat tafsir ‘ilmi di masa kini. Ada pandangan seolah-olah para ilmuwan Muslim mencari-cari kebenaran sains modern di dalam Al-Qur’an dalam rangka menunjukkan keunggulan Islam sebagai kompensasi apologetis terhadap rasa rendah diri mereka akan ketertinggalan umat Islam di bidang sains dan teknologi dari dunia Barat yang beratus tahun telah menjajah sebagian besar dari kita negara yang mayoritas Muslim seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, Palestina, Irak, Iran, Suriah, Libya, Yordania, Sudan, Turki, dan sebagainya.

Sebenarnya, sains modern itu justru berakar pada keilmuan dan filsafat Islam yang lebih menyeluruh yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu keagamaan. Namun sayangnya mereka melepaskan keterkaitan itu. Sebagai akibat terlepasnya sains dari landasan spiritual agama, teknologi sebagai penerapan sains menjadi liar, berdampak pada lingkungan hidup, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kejiwaan.

Sejatinya sains bergerak maju menuju keseluruhan pengetahuan. Oleh karena itu kesesuaian antara Al-Qur’an dan sains tak akan berubah dengan perkembangan sains. Tafsir sains terbatas untuk menjelaskan deskripsi-deskripsi Al-Qur’an tentang alam fisik atau alam dunia menurut peristilahan Al-Qur’an. Kita tidak boleh menjelaskan fenomena-fenomena alam metafisik dalam Al-Qur’an seperti alam akhirat dengan teori-teori sains modern yang bersifat objektif empiris menyangkus aspek fisik jagat raya.

Tafsir Ilmiah Atas Juz’Amma karya tim ilmuwan dan ahli tafsir Masjid Salman ITB.

Al-Qur’an mendorong dan menggalakkan sikap ilmiah secara konsisten. Kita tahu bahwa Al-Qur’an memerintahkan untuk membaca, menulis, mengamati, meneliti, mengobservasi, dan menyingkap kebenaran yang tergelar dalam ayat-ayat kauniah. Isyarat-isyarat ilmiah dalam ayat-ayat Al-Qur’an hendaknya menjadikannya sebagai hudan (petunjuk), furqan (pembeda), dan marja’ (rujukan kebenaran) sepanjang jaman.

Berita Besar Tentang Alam

Surat An-Naba’ adalah surah ke-78 dalam Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah. Ayat 6-8 menunjukkan isyarat ilmiah mencakup masalah penghamparan litosfer lewat proses teknonik lempeng, sejarah kehidupan dan fenomena sistem yang berpasangan di alam yang ditinjau dari sudut pandang geologi, biologi, dan fisika.

Danau Toba adalah bukti tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemurah.

Pergerakan litosfer bukan pergerakan horizontal yang kaku, melainkan pergerakan yang berayun-ayun atau mahd. Gerakan berayun-ayun ini membentuk struktur antiklinal dan sinklinal yang di permukaan bumi tampak sebagai gunung dan lembah. Kejadian gunung dan lembah itu sangat perlahan berdasarkan ‘juklak’ (petunjuk pelaksanaan) Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa agar manusia tidak merasakannya.

Hal tersebut membuat banyak orang bahkan tidak percaya bahwa gunung dan pulau sesungguhnya bergerak sebagaimana awan. Di dalam surah An.Naml 27 : 88 disebutkan : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kukuh tiap-tiap sesuatu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Berjalanlah di Muka Bumi untuk Meningkatkan Ketakwaan

Aku senang sekali bila diberikan kesempatan untuk menjelajah alam Indonesia. Dari ujung barat hingga ujung timur, juga menjejak di laut, pantai, gunung, lembah, danau, air terjun, sungai, pedesaan, dan perkotaan. Semuanya itu adalah tanda syukur atas karunia Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Terpuji dan caraku belajar untuk semakin mencintai Illahi Rabbi Allah Tuhan Semesta Alam.

Gunung Lawu menjadi latar nan indah saat aku dan suami tafakur alam di kawasan Tawangmangu.

Baca juga artikel menarik lainnya di sini:

Jadi Orangtua Perlu Megaskill Leadership

Standar

Wahai para orangtua (baik Ibu maupun Ayah) adalah pemimpin di dalam keluarga) tidaklah pantas kita menjadi orangtua asal-asalan, apalagi jadi-jadian (sekedar asal jadi, cuma karena punya anak).

Sejenak rehat mengisi akhir pekan bersama Kaka dan Mas di Hotel Sangkuriang Bandung. Kaka dan Mas sedang kuliah di ITB, sedangkan aku dan suami alumni ITB. Barakallah …

“Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyaatina qurrota a’yuni waj ‘alna lil muttaqiina imamaa.” artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

(QS Al-Furqon: 74).
Bersama Teteh, sejenak menikmati akhir pekan dengan tafakur alam di Siti Patenggang Ciwidey Bandung.

Menjadi pemimpin keluarga sudah seharusnya memiliki apa yang disebut ‘Megaskills of Leadership’ yang dikemukakan oleh Burt Nanus (baca buku The Leader’s Edge karya Burt Nanus). Lalu sifat dasar kepemimpinan juga perlu dimiliki (baca buku On Becomming a Leader karya Warren Bennis).

Ada tujuh keterampilan yang harus dimiliki menurut Burt Nanus adalah berpandangan jauh ke depan; menguasai perubahan; disain organisasi; pempelajaran antisipatoris; inisiatif; penguasaan interdependensi; standar integritas yang tinggi. Mari kita jabarkan satu persatu:

  1. Berpandangan jauh ke depan adalah mata orangtua terus memandang horizon yang jauh, meskipun kaki kita sedang melangkah ke arahnya;
  2. Menguasai perubahan adalah orangtua mengatur kecepatan, arah, dan irama perubahan dalam keluarga sehingga pertumbuhan dan evolusinya seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungan (lokal, nasional, maupun global).
  3. Disain keluarga adalah orangtua sebagai pembangun keluarga yang mempunyai wewenang dan mampu memujudkan visi keluarga yang diinginkan.
  4. Pembelajar antisipatoris adalah orangtua pembelajar seumur hidup yang berkomitmen untuk mempromosikan pembelajaran di dalam keluarga.
  5. Inisiatif adalah orangtua mendemonstrasikan kemampuan untuk membuat berbagai hal menjadi kenyataan.
  6. Penguasaan interdependensi adalah orangtua menginspirasi seluruh anggota krluarga untuk saling berbagi gagasan dan kepercayaan untuk berkomunikasi dengan baik dan rutin, serta mencari pemecahan masalah secara kolaboratif.
  7. Standar integritas yang tinggi adalah orangtua bersikap fair, jujur, toleran, terpecaya, peduli, terbuka, loyal.

Sedangkan enam sifat yang harus dimiliki menurut Warren Bennis yaitu visioner; berkemauan kuat; integritas; amanah; rasa ingin tahu; berani). Penjabarannya adalah sebagai berikut:

  1. Visioner adalah orangtua mempunyai ide yang jelas tentang apa yang keluarga inginkan -baik masing-masing pribadi maupun bersama- dan memiliki kekuatan untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalan.
  2. Berkemauan kuat adalah orangtua mencintai apa yang dikerjakan dan kesungguhan yang luar biasa dalam menjalani hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja menjalani profesi (berkarya di luar rumah).
  3. Integritas adalah orangtua tahu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, namun tetap teguh memegang prinsip dan belajar dari pengalaman bagaimana belajar dari dan bekerjasama dengan sesama anggota keluarga.
  4. Amanah adalah orangtua memperoleh kepercayaan dari anggota keluarga.
  5. Rasa ingin tahu adalah orangtua ingin selalu belajar sebanyak mungkin agar tahu segala hal yang berguna bagi keluarga.
  6. Berani adalah orangtua berani mengambil resiko, bereksperimen, dan mencoba hal-hal baru.

(diadaptasi dari buku Muhammad SAW The Super Leader – Super Manager karya Nio Gwan Chung)

Kesuksesan orangtua dalam memimpin keluarga tidaklah terjadi begitu saja. Apalagi tak ada sekolah formal menjadi orangtua bukan? Memimpin oranglain haruslah dimulai dari memimpin diri sendiri. Walau kini telah berkembang teori tentang kepemimpinan dan cara menjadi orangtua yang baik telah banyak dibukukan juga diseminarkan. Bahkan, kini banyak pelatihan menjadi orangtua efektif, orangtua cerdas, orangtua shalih dan sebagainya. Namun, masih banyak ditemukan ketidakharmonisan keluarga, anak-anak teraniaya, istri disakiti, suami depresi, perselingkuhan, remaja pengguna narkoba, pergaulan seks bebas, perceraian, dan sebagainya.

Ada apa gerangan? Sebenarnya hal ini lebih merupakan puncak gunung dari krisis keberanian (courage) ketimbang krisis ‘teori atau metode’ tentang keluarga sakinah, mawahdah, wa rahmah. Keberanian untuk mewujudkan pengetahuan tersebut dalam bentuk nyata (actual performance) itulah yang kurang. Keberanian harus didukung oleh konsekuensi tingkat kesadaran (consciousness) seseorang. Di sinilah pentingnya kemampuan memimpin diri sendiri sebagai orangtua. Intinya dalah kemampuan diri dalam mengendalikan hawa nafsu.

Pimpinlah nafsu diri sendiri, atau nafsu itu yang akan memimpin keseluruhan hidup kita! Orangtua harus mampu menegakkan disiplin atas diri sendiri sebelum menerapkannya pada anggota keluarga. Maka, perlu kiranya orangtua belajar pengenalan diri yang lebih tinggi sehingga tidak lagi bersikap reaktif namun menjadi proaktif dan kreatif.

Memang tidak mudah! Namun percayalah … semua itu akan kita peroleh sekali lagi dengan keberanian mengaktualisasikan pengetahuan yang telah kita miliki. Sintesa antara kecerdasan intelektual, intuitif dan emosi akan mewarnai kepemimpinan orangtua di dalam keluarga. Hal ini akan memungkinkan orangtua untuk mampu mengelola hubungan dengan anggota keluarga, peristiwa, dan gagasan dalam keluarganya. Sehingga keluarga sakinah, mawahdah, wa rahmah akan terwujud.

Ijinkan aku berbagi pengalaman menerapkan Megaskill Leadership ini dalam mengasuh Kaka, Mas, dan Teteh. Mungkin saja tidak semua cocok untuk setiap keluarga. Namun barangkali ada yang pas satu atau dua contoh ini … Semoga bermanfaat.

Kaka, Mas, dan Teteh.

Cerita Kaka

Anak sulungku, Kaka alumni Peternakan Unpad dan pernah belajar di sekolah berasrama, Insan Cendikia SK SMA IBS. Selama SMA, Kaka sering menjadi ketua panitia bakti sosial di sekolah dan menjadi panitia kegiatan OSIS. Kaka mewakili sekolah di ajang lomba olimpiade biologi dan astronomi. Pernah menjadi juara pertama lomba debat bahasa Inggris dan terpilih dalam kegiatan pelatihan wirausahawan muda.

Sejak semester dua saat kuliah, Kaka senang sekali mempraktekkan minat usahanya. Ini sepenggal cerita saat Kaka berjualan nasi uduk. Biasanya Kaka bangun pukul empat pagi. Diambilnya air wudhu untuk tahajud.Setelah itu Kaka mencuci dua gelas beras, lalu ditanak bersama santan dan bumbu-bumbu. Sambil menunggu nasi matang, Kaka membuat mie telur dadar.

Selesai shalat subuh, dilanjut menata sepuluh kotak nasi beserta lauknya. Kuliah pagi dimulai pukul setengah delapan dan Kaka sudah siap satu jam sebelumnya di kampus. Teman-temannya datang menghampiri dan membeli seharga Rp. 5.000,- perkotak.

Sewaktu aku tanya apakah Kaka kekurangan uang saku ? Tidak! jawabnya. Kaka berjualan karena ingin menolong teman-teman yang mungkin tidak sempat sarapan karena kuliah pagi. Sambil tersenyum Kaka bilang, “Aku suka masak he3 … Masak bisa menghilangkan stress dan bikin happy“.

Kaka beternak ayam kampung di sela kegiatan kuliah dan menjadi juara pertama lomba Business Model Canvas mahasiswa tingkat nasional, Juga mendapat hibah dari Kementan program penumbuhan wirausahawan muda pertanian (PWMP). Insya Allah, tahun ini akan melanjutkan kuliah S2 Entrepreneur di SBM ITB. Saat ini sedang mengembangkan karya inovasi MagFire kompor surya dan mengikuti beberapa lomba StarUp.

Cerita Mas

Bahagia itu sederhana saja. Saat aku menjenguk Mas, di papan pengumuman terpampang namanya sebagai juara 2 lomba kultum. Anak keduaku ini bersekolah di Pesantren Al-Binaa SMP IBS. Tak ku sangka, Mas memberiku buku berjudul ‘Semulia Akhlak Nabi’ karya Amru Khalid (seorang dai muda Mesir yang tinggal di Birmingham, Inggris). Ternyata buku ini adalah hadiah kejuaraannya. Mas juga terpilih menjadi ketua kelas, ketua kamar, dan manajer tim olahraga. Juga menjadi bagian dari tim olimpiade sains di sekolah.

Oya … Waktu SD, Mas mendapat nilai Ujian Nasional (UN) 100 untuk mata pelajaran matematika. Barakallah …

Saat sekolah di SMAN 14 Jakarta, Mas menjabat ketua Rohis. Beragam kegiatan keagamaan menjadi tanggungjawabnya. Seringkali rumahku menjadi base camp rapat panitia. Mereka bersemangat dakwah agama Islam dengan cara yang fun dan cocok untuk anak muda. Ada bukber Ramadhan, tebar qurban, lomba MHQ/MTQ, mabit dan outbond di Puncak, kajian tematik, dan mentoring. Mas dan teman-temannya mengumpulkan dana dengan berjualan makanan dan bazar pakaian. Selain kuliah, Mas aktif di BP-HMP Pangripta Loka ITB dan panitia berbagai kegiatan di kampus. Mas sayang semoga Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana senantiasa menjagamu dalam rahmat-Nya

Cerita Teteh

Menabung sabar sejak awal tahun. Teteh menjalani murokkaz Al-Qur’an selama sebulan, melampaui target dan bahagia menjalaninya. Barakallah … Teteh kesayangan Ibu, semoga terus semangat murojaah dan menjadi pencinta-penjaga Al-Qur’an yang mutqin-muttaqin. Hadiah sebagai bentuk penghargaan dan suntikan semangat buat Teteh. Namun rahmat dan karunia Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pemurah adalah harapan utama.

Behind the scene menemani Teteh belajar Al-Qur’an. Hingga telah menyetorkan ziyadah hafalan 30 juz. Saat ini sedang mengikuti program itqon dan tasmi.

Derai air mata, naik turun semangat, rasa kantuk dan malas, juga kekhawatiran dan ketakutan kadang mendera. Rasa itu menghampiri kita dalam mencintai Al-Qur’an, membaca, menghafal, memahami, dan menjalankannya. Sekali lagi hanya karena kasih sayang Allah-lah selalu ada kekuatan untuk kembali istiqamah menjalani hari-hari bersama Al-Qur’an

Di tengah siang yang terik aku bilang, ‘Terimakasih Teteh sayang …’ Dia bingung sambil sedikit manyun. ‘Terimakasih untuk apa Bu?’ tanyanya sambil melirikku yang asyik menyetir, ‘Ibu bahagia, Teteh istiqamah belajar Al-Qur’an.’ ujarku sambil tersenyum … Kulihat Teteh juga balas tersenyum. Teteh sayang semoga Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Terpuji selalu memuliakan dirimu dan melimpahkan kasih sayang-Nya.

Hikmah Tahun Baru Hijriyah

Standar

Saat datang pergantian tahun, 1 Muharram 1444 Hijriyah, kita sebagai umat Islam tentu berusaha untuk memperoleh hikmah. Hijrah bukan hanya bermakna menghindar dari siksaan, fitnah dan cacian belaka, namun juga merupakan suatu strategi untuk mendirikan masyarakat baru di dalam negeri yang aman. Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib yang kemudian berganti nama menjadi Al-Madinah Al-Munawwarah (kota yang bercahaya). Pergantian nama tersebut merupakan keputusan politik yang tepat, karena Madinah mempunyai akar kata yang sama dengan tamaddun (peradaban). Hal ini mencerminkan sutu visi politik tentang membangun satu kota sebagai salah satu pusat peradaban manusia yang baru.

Allah Yang Mahabesar lagi Mahatinggi yang menjadikan matahari bersinar.

‘Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu), Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.’ (QS. Yunus 10:5-6).

Saat kaum muslimin berada di Makkah kondisi yang dialami adalah : terpinggirkan, kehidupan ekonomi yang minim, terpencar-pencar, tertindas, sebagian miskin, tidak memiliki kekuasaan, dan dakwah diutamakan peletakan dasar-dasar tauhid serta akhlak mulia.

Saat di Madinah, kaum muslimin berada dalam kondisi : memimpin peradaban, kehidupan ekonomi yang lebih baik, bersatu, merdeka, kesejahteraan meningkat merata, memiliki sistem politik dan pemerintahan, dakwah berkembang keluar dari Madinah dan pengembangan akhlak mulia.

Pernyataan penting setelah menetap di Madinah, Nabi Muhammad sebagai pemimpin masyarakat sangat memperhatikan persoalan pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Beliau juga tidak membuang-buang kesempatan untuk mencerdaskan masyarakat Madinah. Rasulullah shalallaahu alaihi aassalaam sangat menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Ketika Perang Badar usai, ada 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan, masing-masing mereka diminta untuk mengajar 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Akhirnya 700 orang terbebas dari buta huruf. Lalu, masing-masing mereka pun diminta menjadi guru bagi orang lain yang belum mampu membaca dan menulis. Begitulah cara Nabi Muhammad memperhatikan pendidikan dan juga guru sebagai agen perubahan dan teladan utama untuk generasi emas di masa datang.

Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Nabi Muhammad adalah karena Beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah shalallaahu alaihi aassalaam adalah Al-Quran yang hidup (the living Quran). Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Saat itu, sistem pendidikan Rasulullah shalallaahu alaihi aassalaam mengeluarkan gelar atau ijazah, namun nilai terbaik dan tertinggi dari murid-murid Beliau terletak pada tingkat ketaqwaan. Implementasi nyata terletak pada akhlak dan amal shalih yang dilaksanakan oleh mereka. Proses pendidikan menghasilkan para sahabat yang langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat karena Allah Yang Mahakuasa lagi Maha Bijaksana bukan karena lainnya.

Suasana senja di pelataran Masjid Nabawi Madinah

‘Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia samapai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tanda yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.’ (QS. Yasin 36:37-40).

(sumber : Muhammad SAW The Super Leader Super Manager, Nio Gwan Chung)

Ditulis untuk anak-anakku:
Ibrahim, Muhammad, dan Maryam

Perjanjian yang Kukuh

Standar

Akhir pekan lalu media sosial ramai dengan ucapan selamat kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang menikahkan putri sulungnya. Mutiara dan Ali telah melangsungkan pernikahan, Jumat (29/7/2022). Berita bahagia itulah yang menginspirasiku untuk menuliskan kembali kenangan saat melangsungkan pernikahan pada bulan Mei tahun 1995.

Setiap kali datang undangan pernikahan, pasti hati ini ikut berdegup bahagia. Adik, kakak, keponakan, paman, pakde, atau kerabat dan sahabat yang melangsungkan ijab kabul senantiasi meluruhkan airmataku. Ya … Pastinya sangat terharu dan bersyukur telah berjodoh sepasang insan yang saling mencintai dan menyayangi dalam bahtera rumah tangga.

Pernikahan adalah sebuah perjanjian yang kukuh. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri.Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.

(Q.S. An-Nisa 4:21)

Makna Mitsaan Ghalidzan

Frasa mitsaan ghalidzan disebut sebanyak tiga kali di dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surah An-Nisa ayat 21 dan 154 serta surah Al-Ahzab ayat 7. Menariknya, hanya pada surah An-Nisa ayat 21 Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan diksi mitsaqaan ghalizdhan (perjanjian yang agung). Sedangkan di dua tempat yang lain istilah tersebut dijadikan sebagai kata-kata terakhir saat mengisahkan perjuangan dakwah nabi dan rasul. Hal ini terjadi di bukit Tursina untuk menerima perjanjian dalam surah An-Nisa ayat 154 dan perjanjian yang teguh Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa putra Maryam dalam surah Al-Ahzab ayat 7.

Makna kata “mitsaq” dalam Bahasa Arab berarti janji atau piagam perjanjian sama seperti “wa’d”. Namun secara penekanan “mitsaq” lebih kuat ketimbang “wa’d”. Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menyebut “mitsaq” sebagai bentuk taukid penekanan/penguat/penegasan) dari sebuah janji. Sedangkan kata “ghalizha”berasal dari kata “ghilzh” yang berarti kuat, berat, tegas, kukuh, teguh.

Keluarga Sakinah, Mawahdah, Warahmah

Pernikahan memiliki tujuan mulia sebagaimana pandangan Al-Qur’an, yaitu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah antara suami, istri dan anak. Ketiga kata ini diambil dari Al-Qur’an yang berbunyi:

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia menciptakan untuk kamu pasangan dari jenis kamu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa nyaman dengan mereka, dan Dia telah menciptakan di antara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum 30:21)

Selain kedua mempelai tentu pernikahan juga memiliki hikmah mempererat tali kekerabatan. Salah satu rukun nikah dalam Islam adalah adanya wali, khususnya bagi mempelai perempuan. Dengan demikian, baik secara langsung atau tidak, sesungguhnya pernikahan dalam Islam tidak hanya melibatkan dua individu (mempelai laki-laki dan perempuan) saja, tapi juga keluarga besar dari yang bersangkutan. Setelah ada ikatan pernikahan, biasanya dua keluarga besar memiliki ikatan yang kukuh.

Bersama selama 27 tahun, barakallah …

Bulan Mei 2022 kami telah bersama 27 tahun dalam rahmat dan karunia Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Senantiasa saling mendukung dalam kebajikan agar dicintai Allah Yang Mahamulia lagi Maha Bijaksana. Bermohon hingga kelak selalu bersama di surga-Nya sekeluarga, berkumpul dengan Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wasallam, dan orang-orang shalih.

Tips Pernikahan yang Langgeng

Pernikahan dan perjalanan rumah tangga adalah proses tiada henti untuk senantiasa memperkukuh, merajut cinta dan merawatnya dengan bahagia. Senantiasa bersyukur, bersabar, dan bersemangat menjalaninya. Teruslah melangitkan doa-doa terbaik semoga bersama hingga ke surga-Nya kelak sekeluarga.

Berpasangan artinya saling, maka mencintai adalah saling menerima, saling memaafkan, dan saling membahagiakan. Hidup ini telah ditetapkan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi Karunia, maka menerima segala yang ada dalam dirinya. Pasangan hidup bukanlah manusia sempurna begitulah Allah Yang Mahakuasa lagi Mahateliti memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri dan memaafkan segala kesalahan dan kekurangan perilaku dirinya. Pasangan hidup adalah belahan jiwa, maka raihlah sakinah, mawahdah, warahmah bersama-sama dalam limpahan kasih sayang-Nya dengan senantiasa membahagiakan dirinya.

Senantiasa bergandeng tangan …

Romansa Kisah Cinta Nyai dan Ngkus

Standar

Menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, tentu kita sebagai anak bangsa kembali bersemangat menilik sejarah. Tahun ini aku tetiba teringat dengan kisah perjuangan seorang perempuan luar biasa. Dalam buku ‘Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah’ karya Mulyono, salah satu tokoh hebat itu bernama Inggit Garnasih yang dilahirkan pada 17 Februari 1888 di Desa Kamasan, Kabupaten Bandung.

Kisah cinta Nyai dan Ngkus juga patut dikenang sebagai cinta yang penuh pengorbanan, kesetiaan, dan puncaknya adalah keikhlasan, bahwa cinta tak selamanya harus memiliki.
Cinta sejati tak lekang oleh waktu.

Panggilan Cinta

Nyai adalah nama panggilan kesayangan dari Soekarno untuk perempuan yang dicintainya. Sedangkan Inggit memiliki panggilan sayang Kus atau Ngkus kepada suaminya yang memiliki nama kecil Kusno. Aku ingin menggabungkan kisah cinta, masa perjuangan kemerdekaan, dan ITB untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog (MGN). Bulan ini MGN mengajak Mamah semua untuk menulis tentang satu hal yang membuat Mamah bersemangat: Cerita Cinta.

Soekarno lahir 6 Juni 1901 di Peneleh Surabaya. Soekarno menjadi mahasiswa di THS tahun 1922.

Soekarno bertanya, “Sakit apa, Nyai?”
Inggit hanya menjawab singkat, ”Biasa Ngkus, penyakit rakyat”

Medio 1960 saat Inggit sakit.
Soekarno dan Inggit. Sumber: wikipedia.org

Inggit dan Soekarno pun menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Soekarno yang saat itu sedang studi di Technische Hoge School (THS) −saat ini adalah Institut Teknologi Bandung (ITB)−. Pada  surat pernikahan tersebut tertulis usia Soekarno adalah 24 tahun saat menikah dan Inggit 23 tahun. Padahal sebenarnya, Soekarno 22 tahun dan Inggit 35 tahun. 

Soekarno bersama teman akrab semasa menjadi mahasiswa di THS atau ITB tahun 1923.

Para Mamah kesayangan member of MGN tentu bisa merasakan bagaimana suka duka saat kuliah di ITB. Berat … bahkan berat sekali. Pada laman IG ITBreceh ada plesetan yang menyebutkan ITB adalah singkatan dari institut tidak bobo he3 … Saking banyaknya tugas hingga begadang adalah hal lumrah. Betapa nikmatnya setelah lulus bisa bobo 8 jam sehari karena waktu kuliah kadang tidak bobo sama sekali.

Rela Berkorban Demi Cinta

Merenungkan jejak kisah cinta Inggit pada Soekarno, bukan sekadar istri. Namun, lebih dari itu, dia menjelma sebagai sosok  ‘ibu’, kekasih, sekaligus sahabat terdekat dalam perjuangan. Perpaduan karakter perempuan hebat ini mencerminkan maternalitas dan feminitas. Inggit hadir pada saat-saat yang paling menentukan dan mampu menjadi tempat berbagi kala Soekarno dilanda kesulitan.

Kala Soekarno muda yang gigih mengemukakan pikiran-pikiran tentang nasionalisme dan kemerdekaan bangsa, Inggit menjadi tempat aman dan nyaman bagi Soekarno. Saat Soekarno didera kegelisahan, Inggit juga mampu meredakannya dengan kasih sayang dan kedewasaan.

Inggit yang menikahi seorang lelaki yang masih kuliah, tentu sadar betul bahwa suaminya tidak memiliki penghasilan. Meski Soekarno menerima kiriman uang dari orang tuanya setiap bulan. Uang tersebut hanya cukup untuk biaya kuliahnya. Inggit merasa berkewajiban ‘mengemong’ Soekarno supaya cepat meraih gelar sarjana. Salah satu kesulitan dan kegelisahan itu bermula saat Soekarno berjuang menamatkan kuliah di THS.

Kala itu Soekarno tak punya biaya yang cukup. Inggit berjuang dengan berjualan jamu untuk membiayai kuliah Soekarno hingga menyandang gelar insinyur. Saat itu, dengan bangga, Inggit mengatakan, ”Aku merasa, aku bukan perempuan sembarangan. Aku telah membuktikannya. Aku selamat mendampinginya sampai di tempat yang dituju. Tujuan yang pertama tercapai sudah. Dia lulus dengan membuat sebuah rencana pelabuhan dan meraih gelar insinyur sipil (Ramadhan K.H., 2002).”

Pada Dies ke-6 tanggal 3 Juli 1926, dari 22 orang kandidat insinyur yang lulus berjumlah 19 orang dengan 4 orang di antaranya adalah pribumi. Saat itulah untuk pertama kalinya THS menghasilkan insinyur orang Indonesia. Salah satu dari keempat orang itu adalah Soekarno: Bapak Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia.

Sejarah mencatat, tak bisa dibantah lagi bahwa keberhasilan Soekarno dalam meraih gelar insinyur tidak lepas dari jasa Inggit. Soekarno bahkan mengakui kalau ia berhutang budi kepada Inggit yang tak terlunaskan seumur hidupnya. Inggit adalah ratu di hati Soekarno. So sweet ya Mah …

Buku warisan dari Bapa berjudul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’.

Aku punya buku langka berjudul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ berisi puluhan artikel karya Soekarno. Beragam media massa seperti Suluh Indonesia Muda, Fikiran Ra’jat, Pandji Islam, Pemandangan, dan Pembangun telah menerbit karya tersebut dari tahun 1926 hingga tahun 1941. Masa itu tentu Soekarno dan Inggit sedang membina rumah tangga dan berjuang bersama-sama dalam masa penjajahan Belanda yang sulit. Masuk penjara dan pembuangan ke luar Jawa dijalani bersama dengan bekal cinta dan kesetiaan Inggit kepada Soekarno.

Salah satu karikatur di media massa Fikiran Ra’jat tahun 1932. Sepertinya gambar itu adalah Soekarno dan Inggit.

Kesetiaan Atas Nama Cinta

Pada tahun 1927, Inggit menjadikan rumahnya sebagai tempat deklarasi berdirinya organisasi politik Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Soekarno ditangkap polisi Belanda pada 29 Desember tahun yang sama dan dimasukkan ke penjara Banceuy Bandung. Dengan beragam taktik, Inggit berhasil masuk penjara untuk mengirimkan pesanan Soekarno seperti uang, makanan, koran, dan buku. Inggit rela berpuasa selama tiga hari agar bisa menyelipkan buku di dalam kain kebaya yang dikenakannya. Dari perjuangan itulah, lahir teks pidato Indonesia Menggugat.

Aku mengunjungi penjara Banceuy tempat Soekarno ditahan Belanda.

Atas putusan pengadilan, Soekarno dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Saat itu Inggit menyambung hidup dengan menjahit baju serta menjual kutang, bedak, rokok, sabun, dan cangkul. Selama Soekarno dibui, ia juga berperan sebagai perantara agar suaminya dapat terus berhubungan dengan para aktivis pergerakan nasional lainnya.

Soekarno setelah keluar dari penjara Sukamiskin Bandung tahun 1931.

Kesetiaan Inggit kepada Soekarno juga terbukti kala ia menjual segala miliknya, termasuk rumah keluarga dari ibunya, kala Soekarno diasingkan ke Ende Flores tahun 1933. Selama lima tahun, Soekarno bersama Inggit hidup dalam pembuangan. Pada tahun 1938, mereka pindah ke Bengkulu karena Soekarno terserang malaria. Inggit tetap setia mendampingi Soekarno.

Soekarno dan Inggit berangkat ke Ende Flores menjalankan masa pembuangan oleh Penjajah Belanda.
Foto kenangan di pembuangan Ende Flores tahun 1936.
Soekarno di pembuangan Bengkulu tahun 1939.

Cinta Telah Terkoyak

Selama 20 tahun, Inggit setia mendampingi Soekarno. Akhinya Inggit pun melepaskan Soekarno yang dicintainya kepada Fatmawati dan meminta untuk dipulangkan ke Bandung. Mereka resmi bercerai pada 29 Januari 1943 dengan perjanjian di bawahnya berupa jaminan hidup dan tunjangan yang disaksikan oleh Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H Mas Mansoer. Inggit berbesar hati melepas Soekarno yang ingin memperoleh keturunan untuk menikahi Fatmawati. Inggit tidak bersedia dimadu, begitu pula Fatmawati.

Bercerai adalah jalan pedih dan pahit tapi sekaligus solusi yang melegakan, meskipun Soekarno tidak menginginkannya. Inggit tetap teguh pada pendiriannya. Ia juga tak menikah lagi hingga akhir hayat.

Cinta Tak Harus Memiliki

Hikmah dari kisah cinta Nyai dan Ngkus adalah keikhlasan, bahwa cinta tak selamanya harus memiliki.
Cinta sejati tak lekang oleh waktu.

Hingga usia senja, Soekarno tetap mengingat Inggit. Bahkan, saat Inggit terbaring sakit, Soekarno datang mengunjungi. Kala itu Soekarno bertanya, ”Sakit apa, Nyai?” Inggit hanya menjawab singkat, ”Biasa Ngkus, penyakit rakyat” (Nuryanti, 2006).

Siapa sangka, pertemuan pada 1960 itu menjadi percakapan terakhir. Sepuluh tahun kemudian, pada 21 Juni 1970, Soekarno wafat. Dengan badan ringkih, Inggit datang ke Jakarta untuk melihat jasad Soekarno terakhir kalinya. Saat itu terdengar suara sayu Inggit, ”Ngkus, geuning Ngkus teh miheulaan, ku Nggit didoakeun…” (Nuryanti, 2008). Saat Fatmawati hadir melalui karangan bunga, Inggit datang dengan raga dan doa.

Terdengar suara sayu Inggit, “Geuning Ngkus teh miheulaan, ku Nggit didoakeun…”

Medio 1970 saat Soekarno wafat,

Inggit meninggal dunia pada 13 April 1984 pada usia 96 tahun dan dimakamkan di TPU Caringin, Bandung. Tugasnya menemani Soekarno dan baktinya untuk negaranya selesai hari itu. Di tengah kerimbunan pohon dan sejuknya Bandung, si geulis ini beristirahat selamanya. Selain itu, demi mengenang jasanya maka kediamannya dijadikan museum dan Jalan Ciateul diganti menjadi Jalan Inggit Garnasih.