Jadi Orangtua Perlu Megaskill Leadership

Standar

Wahai para orangtua (baik Ibu maupun Ayah) adalah pemimpin di dalam keluarga) tidaklah pantas kita menjadi orangtua asal-asalan, apalagi jadi-jadian (sekedar asal jadi, cuma karena punya anak).

Sejenak rehat mengisi akhir pekan bersama Kaka dan Mas di Hotel Sangkuriang Bandung. Kaka dan Mas sedang kuliah di ITB, sedangkan aku dan suami alumni ITB. Barakallah …

“Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyaatina qurrota a’yuni waj ‘alna lil muttaqiina imamaa.” artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

(QS Al-Furqon: 74).
Bersama Teteh, sejenak menikmati akhir pekan dengan tafakur alam di Siti Patenggang Ciwidey Bandung.

Menjadi pemimpin keluarga sudah seharusnya memiliki apa yang disebut ‘Megaskills of Leadership’ yang dikemukakan oleh Burt Nanus (baca buku The Leader’s Edge karya Burt Nanus). Lalu sifat dasar kepemimpinan juga perlu dimiliki (baca buku On Becomming a Leader karya Warren Bennis).

Ada tujuh keterampilan yang harus dimiliki menurut Burt Nanus adalah berpandangan jauh ke depan; menguasai perubahan; disain organisasi; pempelajaran antisipatoris; inisiatif; penguasaan interdependensi; standar integritas yang tinggi. Mari kita jabarkan satu persatu:

  1. Berpandangan jauh ke depan adalah mata orangtua terus memandang horizon yang jauh, meskipun kaki kita sedang melangkah ke arahnya;
  2. Menguasai perubahan adalah orangtua mengatur kecepatan, arah, dan irama perubahan dalam keluarga sehingga pertumbuhan dan evolusinya seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungan (lokal, nasional, maupun global).
  3. Disain keluarga adalah orangtua sebagai pembangun keluarga yang mempunyai wewenang dan mampu memujudkan visi keluarga yang diinginkan.
  4. Pembelajar antisipatoris adalah orangtua pembelajar seumur hidup yang berkomitmen untuk mempromosikan pembelajaran di dalam keluarga.
  5. Inisiatif adalah orangtua mendemonstrasikan kemampuan untuk membuat berbagai hal menjadi kenyataan.
  6. Penguasaan interdependensi adalah orangtua menginspirasi seluruh anggota krluarga untuk saling berbagi gagasan dan kepercayaan untuk berkomunikasi dengan baik dan rutin, serta mencari pemecahan masalah secara kolaboratif.
  7. Standar integritas yang tinggi adalah orangtua bersikap fair, jujur, toleran, terpecaya, peduli, terbuka, loyal.

Sedangkan enam sifat yang harus dimiliki menurut Warren Bennis yaitu visioner; berkemauan kuat; integritas; amanah; rasa ingin tahu; berani). Penjabarannya adalah sebagai berikut:

  1. Visioner adalah orangtua mempunyai ide yang jelas tentang apa yang keluarga inginkan -baik masing-masing pribadi maupun bersama- dan memiliki kekuatan untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalan.
  2. Berkemauan kuat adalah orangtua mencintai apa yang dikerjakan dan kesungguhan yang luar biasa dalam menjalani hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja menjalani profesi (berkarya di luar rumah).
  3. Integritas adalah orangtua tahu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, namun tetap teguh memegang prinsip dan belajar dari pengalaman bagaimana belajar dari dan bekerjasama dengan sesama anggota keluarga.
  4. Amanah adalah orangtua memperoleh kepercayaan dari anggota keluarga.
  5. Rasa ingin tahu adalah orangtua ingin selalu belajar sebanyak mungkin agar tahu segala hal yang berguna bagi keluarga.
  6. Berani adalah orangtua berani mengambil resiko, bereksperimen, dan mencoba hal-hal baru.

(diadaptasi dari buku Muhammad SAW The Super Leader – Super Manager karya Nio Gwan Chung)

Kesuksesan orangtua dalam memimpin keluarga tidaklah terjadi begitu saja. Apalagi tak ada sekolah formal menjadi orangtua bukan? Memimpin oranglain haruslah dimulai dari memimpin diri sendiri. Walau kini telah berkembang teori tentang kepemimpinan dan cara menjadi orangtua yang baik telah banyak dibukukan juga diseminarkan. Bahkan, kini banyak pelatihan menjadi orangtua efektif, orangtua cerdas, orangtua shalih dan sebagainya. Namun, masih banyak ditemukan ketidakharmonisan keluarga, anak-anak teraniaya, istri disakiti, suami depresi, perselingkuhan, remaja pengguna narkoba, pergaulan seks bebas, perceraian, dan sebagainya.

Ada apa gerangan? Sebenarnya hal ini lebih merupakan puncak gunung dari krisis keberanian (courage) ketimbang krisis ‘teori atau metode’ tentang keluarga sakinah, mawahdah, wa rahmah. Keberanian untuk mewujudkan pengetahuan tersebut dalam bentuk nyata (actual performance) itulah yang kurang. Keberanian harus didukung oleh konsekuensi tingkat kesadaran (consciousness) seseorang. Di sinilah pentingnya kemampuan memimpin diri sendiri sebagai orangtua. Intinya dalah kemampuan diri dalam mengendalikan hawa nafsu.

Pimpinlah nafsu diri sendiri, atau nafsu itu yang akan memimpin keseluruhan hidup kita! Orangtua harus mampu menegakkan disiplin atas diri sendiri sebelum menerapkannya pada anggota keluarga. Maka, perlu kiranya orangtua belajar pengenalan diri yang lebih tinggi sehingga tidak lagi bersikap reaktif namun menjadi proaktif dan kreatif.

Memang tidak mudah! Namun percayalah … semua itu akan kita peroleh sekali lagi dengan keberanian mengaktualisasikan pengetahuan yang telah kita miliki. Sintesa antara kecerdasan intelektual, intuitif dan emosi akan mewarnai kepemimpinan orangtua di dalam keluarga. Hal ini akan memungkinkan orangtua untuk mampu mengelola hubungan dengan anggota keluarga, peristiwa, dan gagasan dalam keluarganya. Sehingga keluarga sakinah, mawahdah, wa rahmah akan terwujud.

Ijinkan aku berbagi pengalaman menerapkan Megaskill Leadership ini dalam mengasuh Kaka, Mas, dan Teteh. Mungkin saja tidak semua cocok untuk setiap keluarga. Namun barangkali ada yang pas satu atau dua contoh ini … Semoga bermanfaat.

Kaka, Mas, dan Teteh.

Cerita Kaka

Anak sulungku, Kaka alumni Peternakan Unpad dan pernah belajar di sekolah berasrama, Insan Cendikia SK SMA IBS. Selama SMA, Kaka sering menjadi ketua panitia bakti sosial di sekolah dan menjadi panitia kegiatan OSIS. Kaka mewakili sekolah di ajang lomba olimpiade biologi dan astronomi. Pernah menjadi juara pertama lomba debat bahasa Inggris dan terpilih dalam kegiatan pelatihan wirausahawan muda.

Sejak semester dua saat kuliah, Kaka senang sekali mempraktekkan minat usahanya. Ini sepenggal cerita saat Kaka berjualan nasi uduk. Biasanya Kaka bangun pukul empat pagi. Diambilnya air wudhu untuk tahajud.Setelah itu Kaka mencuci dua gelas beras, lalu ditanak bersama santan dan bumbu-bumbu. Sambil menunggu nasi matang, Kaka membuat mie telur dadar.

Selesai shalat subuh, dilanjut menata sepuluh kotak nasi beserta lauknya. Kuliah pagi dimulai pukul setengah delapan dan Kaka sudah siap satu jam sebelumnya di kampus. Teman-temannya datang menghampiri dan membeli seharga Rp. 5.000,- perkotak.

Sewaktu aku tanya apakah Kaka kekurangan uang saku ? Tidak! jawabnya. Kaka berjualan karena ingin menolong teman-teman yang mungkin tidak sempat sarapan karena kuliah pagi. Sambil tersenyum Kaka bilang, “Aku suka masak he3 … Masak bisa menghilangkan stress dan bikin happy“.

Kaka beternak ayam kampung di sela kegiatan kuliah dan menjadi juara pertama lomba Business Model Canvas mahasiswa tingkat nasional, Juga mendapat hibah dari Kementan program penumbuhan wirausahawan muda pertanian (PWMP). Insya Allah, tahun ini akan melanjutkan kuliah S2 Entrepreneur di SBM ITB. Saat ini sedang mengembangkan karya inovasi MagFire kompor surya dan mengikuti beberapa lomba StarUp.

Cerita Mas

Bahagia itu sederhana saja. Saat aku menjenguk Mas, di papan pengumuman terpampang namanya sebagai juara 2 lomba kultum. Anak keduaku ini bersekolah di Pesantren Al-Binaa SMP IBS. Tak ku sangka, Mas memberiku buku berjudul ‘Semulia Akhlak Nabi’ karya Amru Khalid (seorang dai muda Mesir yang tinggal di Birmingham, Inggris). Ternyata buku ini adalah hadiah kejuaraannya. Mas juga terpilih menjadi ketua kelas, ketua kamar, dan manajer tim olahraga. Juga menjadi bagian dari tim olimpiade sains di sekolah.

Oya … Waktu SD, Mas mendapat nilai Ujian Nasional (UN) 100 untuk mata pelajaran matematika. Barakallah …

Saat sekolah di SMAN 14 Jakarta, Mas menjabat ketua Rohis. Beragam kegiatan keagamaan menjadi tanggungjawabnya. Seringkali rumahku menjadi base camp rapat panitia. Mereka bersemangat dakwah agama Islam dengan cara yang fun dan cocok untuk anak muda. Ada bukber Ramadhan, tebar qurban, lomba MHQ/MTQ, mabit dan outbond di Puncak, kajian tematik, dan mentoring. Mas dan teman-temannya mengumpulkan dana dengan berjualan makanan dan bazar pakaian. Selain kuliah, Mas aktif di BP-HMP Pangripta Loka ITB dan panitia berbagai kegiatan di kampus. Mas sayang semoga Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana senantiasa menjagamu dalam rahmat-Nya

Cerita Teteh

Menabung sabar sejak awal tahun. Teteh menjalani murokkaz Al-Qur’an selama sebulan, melampaui target dan bahagia menjalaninya. Barakallah … Teteh kesayangan Ibu, semoga terus semangat murojaah dan menjadi pencinta-penjaga Al-Qur’an yang mutqin-muttaqin. Hadiah sebagai bentuk penghargaan dan suntikan semangat buat Teteh. Namun rahmat dan karunia Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pemurah adalah harapan utama.

Behind the scene menemani Teteh belajar Al-Qur’an. Hingga telah menyetorkan ziyadah hafalan 30 juz. Saat ini sedang mengikuti program itqon dan tasmi.

Derai air mata, naik turun semangat, rasa kantuk dan malas, juga kekhawatiran dan ketakutan kadang mendera. Rasa itu menghampiri kita dalam mencintai Al-Qur’an, membaca, menghafal, memahami, dan menjalankannya. Sekali lagi hanya karena kasih sayang Allah-lah selalu ada kekuatan untuk kembali istiqamah menjalani hari-hari bersama Al-Qur’an

Di tengah siang yang terik aku bilang, ‘Terimakasih Teteh sayang …’ Dia bingung sambil sedikit manyun. ‘Terimakasih untuk apa Bu?’ tanyanya sambil melirikku yang asyik menyetir, ‘Ibu bahagia, Teteh istiqamah belajar Al-Qur’an.’ ujarku sambil tersenyum … Kulihat Teteh juga balas tersenyum. Teteh sayang semoga Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Terpuji selalu memuliakan dirimu dan melimpahkan kasih sayang-Nya.

Tinggalkan komentar