Berlatih membangun kebiasaan istimewa di keluarga perlu terus menerus dilakukan. Tidak bisa sekali jadi … Pasti ada trial and error, butuh kesabaran tingkat tinggi dan semangat pantang menyerah. Begitu juga dengan kegiatan silaturahim yang diajarkan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam akan memperpanjang umur dan menambah rezeki.
Jangan sampai kita memutuskan silaturahim, seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah, “Tidak ada dosa yang Allah SWT lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi,” (HR Tirmidzi).
Pengalamanku dengan Kaka, Mas, dan Teteh sebagai anak ‘kota’ yang menurut penelitian kecerdasan sosial (SQ) pada diri anak-anak yang tinggal di kota besar cenderung rendah. Ternyata ada benarnya loh! Hal ini terbukti dari nilai/skor kecerdasan majemuk mereka. Menurutku ini bukan berita buruk, tapi sebuah trigger/pemicu semangat untuk bersama-sama meningkatkan kecerdasan sosial. Aku memilih kegiatan memperbanyak silaturahim, berkunjung ke tempat yang membutuhkan komunikasi antarpersonal, seperti mengunjungi rumah kerabat atau sahabat. Aku juga ajak mereka menghadiri undangan pernikahan, kepindahan rumah, aqiqah, atau syukuran umroh/haji, dan ulangtahun. Aku ajak juga menjenguk kerabat atau sahabat yang sedang sakit dan takziah kepada yang meninggal dunia.
Orang Tua Adalah Teladan Bagi Anak-Anaknya
Sejatinya orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya dengan berusaha terlebih dahulu melakukan apa yang ingin anak-anaknya kelak juga lakukan. Contohnya saat silaturahim aku memberikan senyum, menyapa, memberi salam, berjabat tangan (bila dengan keluarga berpelukan), membawa buah tangan / kado / hadiah, lalu kami mengobrol. Bila menjenguk orang sakit, aku mengajak anak-anak juga mendoakannya agar segera pulih dan sehat kembali. Sedangkan ketika mengunjungi orang yang wafat, aku ajarkan untuk mendoakan dan kalau memungkinkan ikut menyolatkan jenazah.
Mulanya anak-anakku bila bertemu orang yang baru saja dikenal mereka cenderung malu-malu, bahkan anak bungsuku, Teteh seringkali tak mau menyambut tangan orang yang mengajaknya bersalaman. Pengalaman heboh sering terjadi, mereka resah dan gelisah, lalu rewel, atau marah minta segera pulang. Namun, lama kelamaan sejalan makin intensif program ini berjalan, Alhamdulillah mereka makin enjoy dan bisa menikmati suasana bila diajak bersilaturahim.
Oya … Anak-anakku memang cenderung lebih senang bila silaturahimnya itu ke rumah kerabat dekat (Mamah Tuti, Eyang Sirriyah, dan Pade-Bude, Om-Tante, serta para sepupu). Ikatan kekerabatan yang dekat ini memang membuat suasana lebih nyaman, cair, dan menyenangkan. Mereka bisa bermain dan berkomunikasi lebih intensif apalagi ada sepupu yang usianya berdekatan.
Saat liburan sekolah atau hari raya Idul Fitri sebisa mungkin aku ajak anak-anak untuk silaturahim. Selain perjalanan / safar keluar kota itu sendiri membutuhkan persiapan fisik dan mental yang baik, tentu saja ketika berjumpa dengan kerabat di luar kota juga harus dalam suasana yang menyenangkan. Aku ajak anak-anak ikut mempersiapkan bekal perjalanan dan mengajak mereka memohon kemudahan dan kelancaran serta kesehatan kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia. Diingat juga bila silaturahim ini tujuannya mendapatkan ridho-Nya dan semoga memperoleh pahala surga-Nya aamiin.
Beberapa foto kenangan Kaka, Mas, dan Teteh saat silaturahim:
Senang sekali mereka bila diajak berjalan-jalan mengunjungi tempat wisata di seputar Kota Solo, seperti keraton, kebun binatang, dan toko buku. Sepanjang perjalanan mereka bisa bercanda dan saling bertukar cerita. Cerita lucu mengalir deras, tawa ceria pun terdengar tiada henti. Aku pikir Insya Allah satu-dua digit nilai / skor SQ mereka pasti meningkat.
Ibu mertuaku seorang dokter spesialis penyakit dalam yang hingga usianya 79 tahun masih melaksanakan tugas sebagai dokter juga mengelola majelis taklim. Anak-anakku sejak kecil senang sekali bersilaturahim dengan Eyang Sirriyah di Kota Solo.Jaman Kaka dan Mas cilik nih … Silaturahim bersama para sepupu dan tafakur alam di air terjun Jumog kaki gunung Lawu.Teteh dan para sepupu di Musafir Guest House (MGH) Solo yang semula adalah rumah keluarga Eyang Sirriyah. Setelah membeli buku, mereka asyik ngobrol dan membaca bersama. Seru sekali! Kadang diselingi juga main petak umpet dan tebak-tebakan kata. Oya … Cerita MGH lengkapnya ada di sini: https://dewilailypurnamasari.wordpress.com/2020/11/24/menginap-di-musafir-guest-house-berasa-kembali-ke-rumah-eyang/Kaka dan Mas bersama para sepupu sedang tracking di kawasan Kota Batu Malang. Silaturahim plus merawat sehat dan meningkatkan kebugaran di sela kegiatan belajar dan kuliah yang padat. Mereka semua pernah sekolah di pesantren tentu sedikit punya waktu dengan keluarga. Nah … kegiatan silaturahim ini sebagai ajang pelepas kangen juga. Barakallah …Biasanya malam hari saat kumpul bareng para sepupu, Kaka dan Mas akan ngobrol santai berbagi cerita dan ini sangat membahagiakan … Pastinya kangen untuk kembali berkumpul.Teteh dan para sepupu jalan-jalan keliling Keraton Kasunanan Surakarta dan memberi makan kebo bule, asyik banget ya … Sempat juga mampir ke Kebun Binatang Jurug Solo.Teteh dan para sepupu shalat berjamaah di rumah Eyang Solo.Kompakan kostum Teteh bareng para sepupu bersilaturahim di hotel daerah Rawa Pening Semarang.Kendaraan yang gak ada di Jakarta nih … He3 senangnya bisa naik becak keliling Kota Solo.Saat pandemi masih berkesempatan kumpul keluarga di kawasan gunung Bunder Bogor. Tetap menjaga prokes ya … Semoga pandemi lekas berlalu dan bisa berkumpul lagi sekeluarga besar di Solo.Senangnya bisa berkumpul lengkap bersama keluarga Solo.
Keluarga Cirebon
Silaturahim dengan kerabat di Kota Cirebon juga dilakukan oleh anak-anakku. Mamah dan Bapa tinggal di Kota Cirebon, jadi sebisa mungkin aku menyempatkan waktu untuk mengunjungi mereka, sekaligus memberikan contoh birul walidain kepada Kaka, Mas, dan Teteh.
Mamahku diusianya yang ke-72 masih aktif di kantor pengacara setelah purna tugas di kampus sebagai dosen. Anak-anakku berlebaran bersama Mamah Tuti dan para sepupu. https://dewilailypurnamasari.wordpress.com/2020/11/28/barakallah-mamahku-diusia-70-tahun-awet-cantik/Lagi-lagi ke toko buku he3 … Teteh bersilaturahim dengan para sepupu dari keluarga Cirebon. https://dewilailypurnamasari.wordpress.com/2021/03/04/membangun-budaya-literasi-sejak-dini/Teteh dan sepupunya bersemangat menyelusuri jalan setapak di kaki gunung Ciremai. Sekaligus ini meningkatkatkan kecerdasan naturalisnya dan belajar ayat-ayat kauniah penciptaan langit dan bumi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.Kaka dan Mas bersama dua sepupu kesayangan berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon, dilanjutkan main di pantai Kejawanan naik perahu ke tengah laut. Waahhh … seru sekali kegiatan silaturahimnya.Aku dan tiga orang adik perempuan di acara halal bihalal keluarga besar dari Mamahku.Kaka, Mas, dan Teteh senangnya bisa berkumpul dengan para sepupu dan adik laki-lakiku di Kota Bogor.Mamahku sedang berkunjung ke rumahku di Jakarta. Alhamdulillah …Teteh bersilaturahim ke rumah omnya di Depok yang baru selesai operasi mata. Sebelum pandemi Kaka dan Mas silaturahim ke rumah Mamah Tuti di Cirebon. Peluk-peluk … Jadi teringat jaman mereka balita kalau ditanya mau ikut Ibu ke kampus atau ikut Mamah? Lebih sering mereka milih ikut Mamah ha3 … Waaaahhhh … Cucu kesayangan ini ya Mah.Teteh juga sayang Mamah Tuti, senang sekali bisa serasi nih kostumnya merah ceria he3 …Aku bersama Mamah dan adik-adik perempuanku senangnya bisa berjumpa di tengah masa pandemi.Bersyukur masih diberikan kesempatan mengajak Kaka, Mas, dan Teteh untuk silaturahim ke rumah Mamah Tuti di Kota Cirebon. Jadwal kuliah Kaka dan Mas serta pesantren Teteh memang padat merayap he3 … Namun Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemurah memudahkan kami untuk bisa silaturahim dalam keadaan sehat dan bahagia. Alhamdulillah …
Di antara nikmat Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji adalah diberikan-Nya kepada kita nikmat islam, iman, rizki, harta, umur, waktu luang, dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah Yang Maha suci lagi Maha Perkasa dengan benar dan untuk menyambung tali silaturahim. Dengan senantiasa memohon limpahan karunia dan ampunan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Bijaksana, aku dan suami terus berusaha untuk memberikan semangat kepada anak-anak agar menjadi ahli silaturahim. Barakallah… Semoga pengalaman ini memberikan inspirasi bagi keluarga lain.
Silaturahim Dengan Kerabat Dekat
Keluarga Besar Warganda
Keluarga Besar Sumawikarta
Keluarga Besar Tafsir Anom V
Keluarga Besar Rongkah Sastrasuwita
Tetap Terhubung di Masa Pandemi
Aku ingin berbagi pengalaman tetap terhubung dengan keluarga walau tidak bisa mudik saat lebaran. Sedih pastinya … Dua anakku, Kaka dan Mas yang tinggal di Bandung tak bisa pulang ke Jakarta. Selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri pada tahun 2020 dan 2021 mereka tetap berada di Bandung. Untunglah setelah pembatasan berakhir mereka bisa mudik ke Jakarta. Aku bersyukur masih bisa berkunjung ke Bandung pada waktu yang lain untuk berkumpul bersama mereka.
Pengalaman menarik pada saat di rumah saja, aku jadi lebih sering melakukan video call dengan Kaka dan Mas. Selepas tarawih dan waktu sahur dipilih agar terasa tetap berkumpul walau berada di kota yang berbeda. Begitupun dengan Mamah dan keluarga besar di berbagai kota bahkan berbeda negara, aku melakukan hal yang sama.
Kami juga memanfaatkan WhatsApp Group untuk saling berkirim kabar kepada keluarga besar. Sepupuku yang tinggal di Paris Perancis dan Perth Australia juga bisa ikut dalam acara bukbervirtual. Saat lebaran kami mengadakan silaturahim menggunakan aplikasi Zoom. Senang bisa melepas rindu, walau tak bisa berpelukan dan hanya menatap wajah serta mendengar suara mereka.
Oya … Ada satu grup WA yang baru dibuat pada saat pandemi, yaitu grup tahsin Alquran khusus akhwat beranggotakan keponakan, sepupu, kakak dan adikku. Masyaallah … Teknologi bisa menghubungkan kami yang tinggal berjauhan, ada yang tinggal di Gresik, Jakarta, Depok, Yogyakarta, Tangerang, Palangkaraya bahkan Brisbane Australia untuk bersilaturahim setiap hari ahad sore.
Mamah Tuti dan Ibunda Sirriyah telah menorehkan beragam teladan terutama bagiku.
Keteladanan orang tua adalah bagaimana cara orang tua memberikan contoh yang benar kepada putra putri anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan sehari-hari.
Orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi putra-putri kita. Keluarga adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan yang disaksikan, dialami oleh seorang anak dari orang tuanya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan terekam dalam fikiran bahkan sangat mungkin akan diikuti atau ditiru oleh anak-anaknya. Keluarga merupakan batu pondasi bangunan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan generasi islam yang berkualitas.
Ibunda Berkarya Hingga Akhir Hayat
Ibunda dr. Hj. Sirriyah Roosdi, Sp.PD memang hebat, masyaallah. Saat usia telah menjelang 80 tahun tetap puasa Ramadhan, puasa syawal pun beliau kuat. Belum lagi berusaha tetap mengaji Al-Qur’an sebelum dan setelah shalat. Tahajud dan dhuha sudah melekat. Silaturahim dan mencari ilmu bersama para sahabat. Aku saja yang setengah umur beliau tak selamanya semangat. Ah … malu hati ku jika sadar bisa saja ajal ku telah dekat. Lalu, apa yang akan jadi bekalku kelak di akhirat?
Sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan istri dari DR. H. Roosdi Ahmad Suhada seorang dosen di Universitas Sebelas Maret Solo, tentu Ibunda cukup mendalami tentang hakekat kesehatan adalah berkah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, Kesehatan adalah berkah yang sangat berharga. Beliau begitu menjaga kesehatannya. Aktivitasnya di Yayasan Kanker Indonesia juga cermin dari kepeduliannya terhadap sesama. Berbagi kasih dengan para penderita kanker dan mendoakan mereka agar sabar menghadapi sakitnya.
Ibunda pun menjadi bendahara Majelis Ulama Kota Surakarta mendampingi suami tercinta yang aktif sebagai sekretaris. Kolega dokter banyak yang menitipkan infak, shadaqah, dan zakat untuk kepentingan dakwah melalui Ibunda. Bahkan, salah seorang Ketua IDI Kota Surakarta sampai meneteskan airmata haru dan kagum, melihat semangat Ibunda, walau harus numpang becak untuk menjemput ke rumah para donatur. Sungguh semangatnya sangat menginspirasi.
Keempat anak lelaki Beliau sukses dalam menempuh pendidikan. Anak sulungnya adalah dosen lulusan sarjana Hubungan Internasional yang juga bergelar Magister Manajemen, dan kini telah menjad Doktor ilmu manajemen. Anak kedua berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Anak ketiganya, dia adalah suamiku, seorang arsitek yang juga bergelar Magister Manajemen. Anak bungsu Beliau seorang ahli geologi.
Pengajian rutin diadakan oleh Ibunda untuk memberikan wadah bagi para pencari ilmu. Ibu-ibu tua, muda, dari berbagai kalangan hadir dalam pengajian yang diadakan setiap minggu. Ibunda juga tak malu-malu tetap belajar tafsir Al-Qur’an, bahasa Arab, dan membaca buku agama yang beberapa kali minta aku membelinya di Jakarta. Pepatah bahwa mencari ilmu harus terus menerus hingga kelak masuk ke liang kubur, sungguh dijalankan dengan istiqamah oleh Ibunda.
Ketika liburan di Solo, aku kerap diminta mengantar Beliau menghadiri pengajian di beberapa tempat. Aku ingat pernah ke pengajian KH. Ali Darokah Ketua MUI Kota Surakarta (Beliau menjadi penceramah ketika aku ‘ngunduh mantu’), juga ke tempat Ngruki dekat pesantren Abu Bakar Ba’asyir. Pernah juga ke SMP Batik, di beberapa Pesantren dan rumah teman-teman Beliau. Saat Aku menyetir mobil, Ibunda akan bercerita sambil tertawa. Beliau memang ceria dan ramah.
Hari itu, di akhir bulan September 2010 hatiku sungguh terharu : ”Aku ingin ke ‘kolah’ sama mba Dewi.” di ucapkan saat terbaring lemah di ICU. Oh … aku sangat tersanjung dan berterima kasih telah jadi menantu. Dalam komunikasi sangat terbatas beliau ingat aku. Doa ku persembahkan : “Ya Allah … sayangilah Ibunda Siriyyah sebagaimana beliau menyayangiku.”
Mataku membasah, “Ya … Allah. Ampunilah segala kesalahannya dan terimalah segala kebaikannya. Kelak tempatkan beliau di keindahan surga-Mu.” Maafkan aku bila belum bisa berada di sana. Menemani berdzikir kepada Yang Maha Kuasa. Pemilik segala ketentuan bagi hamba-hamba-Nya. Namun, aku sangat yakin akan segala Kasih Sayang-Nya. Akan selalu dilimpahkan kepada Ibunda Siriyyah tercinta.
Siang ini matahari bersinar hangat. Menerangi kembali kenangan bersama Ibunda yang sangat melekat. Ibunda adalah mertua yang dihadiahkan Allah menjadi sahabat. Selama limabelas tahun aku merasa ikatan batin yang sangat dekat, sangat erat. Para pelayat tidak hanya para pejabat, kolega, dan kerabat.
Hatiku sangat terharu, ternyata di antara mereka ada anak yatim dan dhuafa. Mereka, setiap pekan mengaji dan menggali ilmu bersama. Kasih sayang Ibunda pada mereka dicurahkan lewat berbagi harta juga doa. Ibunda ingin kelak mereka hidup mulia. Ibunda ingin duduk dekat ’sebagaimana jari tengah dan jari telunjuk’ bersama Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam tercinta di surga-Nya, aamiin …
Pesan Ibunda, “Berbagi ilmu membuat kita lebih cerdas; Berbagi harta membuat kita lebih kaya; Berbagi bahagia membuat kita lebih mulia; Berbagi kemuliaan hati (cinta dan kasih sayang) pada sesama juga alam semesta membuat kita lebih disayang Allah. Teruslah memohon kebaikan kepada Yang Maha Baik lagi Maha Pemurah, walau tak diberi-Nya di dunia, pastilah di akhirat kelak kita terima.”
Perjuangan seorang Ibunda tiada henti. Terus berusaha memberi yang terbaik bagi lahirnya generasi unggul. Calon pemimpin di masa datang. Pemimpin yang rahmatan lil ‘alamin serta ber-akhlakul karimah. (pemimpin yang menjadi rahmat bagi manusia dan alam semesta, serta berkepribadian luhur).Hidup penuh inspirasi. Itulah kebahagian dalam menjalani hari-hari sepanjang hidup kita. Sebagaimana telah diwahyukan “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah : 269).
Inspirasi dalam hidup adalah mendapat al hikmah dari seluruh episode dalam hidup ini. Pasti ! tak selamanya rasa manis kita dapatkan. Walau demikian rasa pahit, asin, asam pun tentu kita butuhkan untuk menjadikan kita manusia berkualitas. Bersyukurlah kepada Allah yang telah memberikan kita kesenangan, kemakmuran, kecukupan, kesehatan, kesempatan, juga untuk pemberian-Nya berupa kesedihan, kesakitan, kekurangan, kesempitan. Karena dengan bersyukur itulah akan terbuka betapa benar Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup di dunia sampai di akhirat kelak. Bahwa kita tak akan merugi bila mampu mensyukuri seluruh apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Hari ini ingatan-ku menelusuri jejak detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun bersama ibunda. Kurasa betapa limpahan cinta, kasih, sayang, perhatian, pengorbanan, dan segala yang terbaik telah aku terima darimu adalah cermin cinta Illahi. Tak pernah pamrih, tak minta dibalas, tak perlu imbalan. Maafkan daku Ibunda. Bila waktuku tak memenuhi ruang kerinduanmu. Bila ragaku tak kuasa memenuhi segala keperluanmu. Bila ucap kataku tak menggembirakanmu. Bila kini Ibunda telah berada dalam rengkuhan Cinta Illahi di surga-Nya yang terindah,
Lalu, apa yang dapat daku berikan pada-mu Ibunda? Do’a ini daku panjatkan sepenuh jiwa : ‘Ya Allah … Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … Ampunilah dosa hamba dan dosa orang tua hamba. Limpahilah mereka dengan Kasih dan Sayang-Mu di dunia dan di akhirat kelak. Sungguh kasih dan sayang mereka kepada hamba tiada terkira’. Amin Ya Rabbal ‘alamin …
Mamah Awet Cantik dan Sehat
Mamah Hj. Tuti Sulastri, SH. MH. adalah teladan bagi keluarga, sebagai istri yang sangat dicintai suami, sebagai ibu yang sangat sayangi anak-anak, sebagai dosen yang dihormati para mahasiswa, sebagai perempuan yang diakui prestasinya oleh masyarakat, dan semoga Mamah Tuti juga dimuliakan Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemberi Karunia di dunia dan di akhirat kelak, aamiin …
Mamah berprofesi sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Unswagati Cirebon dan aktif di organisasi Ikatan Istri Dokter Indonesia cabang Kota Cirebon, menjadikan Mamah teladan bagi perempuan di Kota Cirebon, juga bagi perempuan di manapun berada. Barakallah …
Keteladanan perempuan dalam kehidupan sangatlah diperlukan. Betapa banyak jejak langkah perempuan yang tercatat tinta emas dalam lubuk hatiku. Mamah adalah salah satu perempuan sumber inspirasi dan teladan sangat aku sayangi. Istri dari dr. H. Surachman, Sp.KK setia mendampingi suami hingga 30 tahun pernikahan. Suami tercinta berpulang kerahmatullah disaat Bunda Tuti masih menempuh akhir pendidikan sarjananya di usia 48 tahun.
Mamah kelahiran Kuningan tahun 1950, seorang ibu dari empat anak perempuan dan satu anak laki-laki. Dua anak perempuannya bergelar magister manajemen, satu anak perempuannya seorang dokter sebentar lagi bergelar magister kesehatan masyarakat, anak bungsunya adalah sarjana ekonomi yang sedang menempuh program pascasarjana ilmu ekonomi, dan anak laki-lakinya juga telah menyelesaikan pendidikan doktor di bidang teknik lingkungan.
Menarik dan patut ditiru semangat Mamah untuk belajar, Beliau menempuh pendidikan sarjana pada usia 45 tahun dan lulus empat tahun kemudian. Berbekal hasil belajar yang baik, beliau menjadi asisten dosen di almamaternya. Hebatnya lagi, ketika telah berusia kepala lima, beliau melanjutkan kuliah pascasarjana dan kini telah menyelesaikan pendidikannya. Mamah menjadi dosen spesialisasi etika profesi hukum dan hukum adat.
Aku adalah anak pertama dari Mamah. Aku sangatlah bersyukur dianugerahi Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana seorang ibu yang begitu lembut, penuh kasih sayang, cinta tulus, perhatian, dan sangat mementingkan pendidikan bagi anak-anaknya. Walau Bapa tercinta telah berpulang. Saat itu masih ada anak yang kuliah dan baru satu saja yang menikah. Mamah tetap teguh dan bersemangat mengantar anak-anaknya menuntaskan pendidikan, menikahkan, bahkan sampai meraih gelar pascasarjana.
Di sela kesibukannya sebagai kepala bagian ekstrakulikuler kampusnya, Mamah masih sempat menemani para cucu dan mengikuti kegiatan sosial keagamaan. Bahkan silaturahim kepada karib kerabat kerap Beliau lakukan tanpa rasa lelah. Wah … salut loh! Mamah masih menyetir sendiri mobilnya bila pergi ke kampus untuk mengajar.
Rasa terharu dan airmata sering menetes atas segala kebaikan dan do’a beliau untukku. Setiap masa ujian aku ingat betul, beliau akan membacakan surat Yaasin dan do’a ’special’ untukku tepat pada jam ujian. Oh … sungguh indah ikatan batin ibu – anak yang terjalin melalui do’a yang dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi Yang Maha Mengatur segala sesuatu. Alhamdulillah, aku merasakan kemudahan dan kesuksesan dalam menempuh setiap ujian. Hal inilah yang kini aku lakukkan juga untuk anak-anaku. Setelah berusaha keras dengan belajar, maka do’aku untuk anak-anak adalah jembatan batin yang sangat indah. Ketenangan hati, kesabaran, dan kemudahan dalam melaksanakan ujian dapat dirasakan oleh mereka, aamiin …
Mamah sungguh paham benar bahwa mendidik anak perempuan harus sama baiknya dengan mendidik anak laki-laki. Hadits Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam dari Anas, Beliau bersabda : “Barangsiapa mengasuh dua orang anak perempuan sampai dewasa maka kelak pada hari kiamat aku dan dia seperti dua jari ini.” Beliau merapatkan jari jemari. (HR. Muslim). Semoga kelak Bunda Tuti mendapatkan pahala sebagaimana yang telah Allah Subhanahu wa ta’ala dan Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam janjikan. Suraga terindah dari-Nya atas segala kebaikan Bunda kepada kami anak-anaknya.
Perempuan harus berdaya, harus cerdas – pintar, harus mampu menjadi panutan, harus bisa menopang keluarga, harus menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya adalah pesan dari Mamah yang melekat erat dalam pikiran dan perasaanku hingga saat ini. Perempuan harus berprestasi … dan Mamah telah membuktikannya.
Masyaallah … Saat ini Mamah diusianya yang ke-73 tahun masih tetap aktif sebagai pengacara. Rasa kangenku kepada Mamah jelang hari ulang tahunnya. Alhamdulillah bisa terobati dengan silaturahim aku, suami, dan Teteh. Setelah menempuh perjalanan liburan selama 3 hari di Bandung bersama Kaka dan Mas.
Selama dua malam kami dapat berkumpul dan bercengkrama dengan Mamah. Hari pertama karena sudah sore, kami menikmati suasana rumah. Walau sekejap saja rasanya perjumpaan ini. Tak mengapa … Insyaallah di lain waktu kami bisa silaturahim kembali, aamiin …
Aku mau cerita tentang tips sehat dan cantik ala Mamah Tuti yang usianya menginjak 73 tahun lebih. Masyaallah … Semoga Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi Karunia senantiasa melimpahkan kasihsayang-Nya.
Mamahku adalah teladanku dalam menjaga kesehatan dan merawat kecantikan loh! Apa rahasianya? Hhhmmm … Sebagai anak sulung, aku berjarak usia 20 tahun dengan Mamah. Jadi sering sih ada yang bilang seperti kaka-adik saja he3 …
Semenjak muda Mamah adalah orang yang ketat dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Jarang sekali ia jajan sembarangan atau mengonsumsi gula dan garam berlebihan. Porsi makannya juga sedikit malah boleh dibilang cenderung sedikit. Sebelum kenyang sudah berhenti makan. Oya …Satu lagi nih Mamah makan sore bukan makan malam he3 … Kecuali di bulan Ramadhan ia makan sebelum isya. Setelah itu gak makan apa-apa lagi.
Mamah suka sekali makan sayuran dan buah-buahan. Sayur bening dan tumisan menjadi menu harian yang harus tersedia. Buah lokal setiap hari juga tersaji, seperti pisang, pepaya, jeruk, semangka, dan melon. Jika musim mangga senang sekali karena tiga pohon mangga di halaman rumah menghasilkan buah yang lebat. Waaahhh … Sampai bisa berbagi dengan tetangga dan kolega.
Ada lagi yang perlu ditiru dari kebiasan Mamah, yaitu minum air putih sekitar 1.500 ml perhari. Minuman manis, apalagi manis buatan, Mamah tidak suka. Anti banget deh! Tidak pernah minum teh manis. Beliau lebih memilih teh tawar panas.
Tips lain yang tak kalah penting untuk menjaga kesehatan ala Mamah adalah tidur cukup, tidak pernah bergadang hingga larut malam. Biasanya setelah shalat isya, Mamah bersiap untuk tidur. Dini hari sekitar jam 3-4 akan bangun untuk shalat tahajud sampai subuh. Lalu beraktivitas seperti membuat sarapan dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor.
Pengalaman dan hikmah menunaikan ibadah haji tentu saja sangat berkesan. Kenangan indah di tanah suci sering kali membuat seseorang ingin membagikan rasa bahagianya kepada kerabat dan sahabat. Begitu juga dengan Pade Abdul Hayi Adnan, yang biasa aku panggil Pade Hayi. Beliau tinggal di Yogyakarta.
Berikut adalah pengalaman beliau yang dituliskan dalam bentuk surat.
…
Kami mendaftarkan haji pada akhir bulan Ramadhan 1409 Hijriyah (1 Mei 1989) sesudah kami menerima persekot rumah Babadan. ONH dari Indonesia 1989 sebanyak Rp. 5.150.000. Menurut cerita orang yang sudah biasa ke luar negri ongkos sekian itu sangat mahal bila dibandingkan ongkos perjalanan biasa ke AS atau ke negeri lain. Belum lagi ada tambahan ongkos-ongkos pakaian seragam, penataran manasik haji, dll.
Kata orang lebih murah naik haji dari AS daripada dari Indonesia. Bagaimana pun kalau kenyataannya sudah begitu, dan sudah niat mau haji ya harus ditempuh. Rombongan haji DIY dan Klaten diberangkatkan ke Jakarta tanggal. 10-6-1989, dan bermalam di asrama haji Pondok Gede 2 hari.
Dinihari pukul 2.45 WIB, tanggal 12-6-1989 dengan pesawat Garuda Boeing 747 rombongan kloter V (DIY, Klaten, dan sebagian Jakarta) diberangkatkan ke Jeddah. Menurut keterangan, 1 kloter terdiri dari kurang lebih 500 orang. Saya tidak tahu apakah pesawat Boeing 747 jika dimuati 500 penumpang itu “overweight” atau tidak. Yang terang tempat duduknya sangat berdempetan. Tapi nampaknya Garuda berusaha melayani para haji itu dengan baik di bidang lain. Kami dibekali koper, tas tentengan, payung, dan semprotan sebelum berangkat, dan ternyata payung dan semprotan itu sangat berguna di Arab Saudi.
Tiba di Bandara Jeddah Menuju Kota Madinah
Akhirnya, pesawat mendarat di King Abdul Aziz airport pukul 9.00 waktu setempat pada hari yang sama. Di bandara ini kami harus menunggu datangnya bus yang akan mengangkut kami ke Madinah selama 6 jam. Selama menanti, kami duduk-duduk, berbaring di atas babut yang disediakan Pem. Arab Saudi, dan pada waktunya sholat kami sholat jamaah di tempat yang disediakan. Tempat tunggu itu semacam kemah besar dan tinggi serta terbuka. Karena itu, mulailah terasa angin panas yang bertiup sepoi-sepoi kering ke dalam tenda. Baru kira-kira pk. 16.30 kami diberangkatkan ke Madinah.
Tiba di Madinah 13-6-1989 pukul 4.00 dinihari. Sebenarnya Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Arab Saudi sudah berusaha meningkatkan pelayanan Jamaah Haji, namun sering jamaah itu sendiri tidak sabar. Ini nampak ketika bus berhenti di tempat pemondokan dan ketika panitia sedang berusaha mengatur penempatan jamaah di kamar-kamar, para jamaah sudah lari menyerbu kamar-kamar pondokan untuk mencari tempat yang dianggapnya paling baik. Di sinilah saya terpaksa dengan nafas terengah-engah menaiki tangga ke kamar di lantai 4 (tidak ada elevator) dan sebelum sampai sudah tidak kuat, ndheprok di lantai 2. Sesudah itu terpaksa harus istirahat beberapa hari.
Kerja kami di Madinah berusaha sebanyak mungkin untuk dapat berjamaah sholat fardhu 5x setiap hari, bahkan kebanyakan orang berusaha untuk mencapai 40x jamaah (sholat arba’in). Saya tidak bisa mencapai itu karena kesehatan yang tidak mengizinkan. Di samping itu, waktu-waktu diisi dengan zikir, berdoa dan nderes Quran. Tentu saja ketika pertama kali masuk Masjid Nabawi kami berziarah ke makam Nabi s.a.w. dan ke Raudhah (maqam mustajab, yakni bagian masjid, yang kalau kita mau berdoa di situ mudah dikabulkan Allah).
Kami sangat terharu ketika pertama kali masuk Masjid Nabawi, tidak terasa air mata meleleh bercucuran, terbayang bagaimana perjuangan rasul ketika tiba berhijrah di Madinah, mendapat sambutan yang baik sekali dari kaum Anshar. Dari hari ke hari makin banyak jamaah dari berbagai penjuru dunia yang datang sehingga masjid pun makin hari makin berdesakan ketika berjamaah. Jika kita ingin sholat shubuh, dan ingin mendapat tempat yang baik di dalam masjid (sampai ke raudah) kita harus datang awal-awal kira-kira pukul 2.00 (pagi). Kalau ngepas hanya akan kebagian tempat di luar.
Pada suatu hari kami mendapat kesempatan untuk berziarah ke tempat-tempat bersejarah: Masjid Quba (masjid yang pertama kali didirikan ketika Nabi tiba di Madinah), Masjid Qiblatain (beralihnya qiblat dari Baitulmaqdis ke Makkah), Bukit Uhud, dll.
Menuju Kota Makkah
Setelah 9 hari di Madinah, kami diberangkatkan lagi ke Makkah pada tanggal 22-6-1989 pukul + 01.00, dan tiba di Makkah pukul 08.00 pagi. Sopir Arab itu serba “baksis” (tip), tanpa baksis bus akan selalu mogok. Busnya memang baik, ber-AC, dan jumlahnya cukup untuk menampung para hujjaj, tetapi toh orang-orang itu selalu berebut dan tidak sabar. Dari Madinah kami sudah memakai pakaian ihram meskipun sebenarnya miqatnya dari Bir Ali (10 km dari Madinah). Sebetulnya di Bir Ali jamaah harus turun, mulai niat ihram, umrah dan mulai ihram. Namun, berpakaian ihram sudah dimulai dari Madinah untuk menjaga mungkin sopirnya tidak mau berhenti di Bir Ali. Betul juga, bus tidak berhenti di situ karena merasa rugi kalau harus belok dari jalan tol.
Suasana di pelataran Ka’bah Masjidl Haram.
Tiba di Makkah kami harus berebut kamar lagi. Sebelum diizinkan masuk pondokan kami harus menunggu + 1 jam. Di muka pondokan kami ditemui oleh Dik Asbari (Asngadi putra almarhum Pak Badjuri Tegalsari). Dia bekerja di Riyadh, tetapi selama musim haji memang aktif membantu jamaah haji. Kami bahkan diberi minuman dan buah-buahan sebelum masuk pondokan (saya terpaksa harus doyan buah-buahan: apel dan jeruk sunkis kebanyakan).
Memang di sini kita perlu banyak minum dan makan buah-buahan demi kesehatan fisik. Akhirnya kami pun mendapat kamar di lantai 5 (alhamdulillah pondokan ber-AC dan ber-elevator) , tetapi kami 1 regu dipisah (ibu-ibu, termasuk Yu Dah di lantai 2, dan bapak-bapak di lantai 5). Luas kamar 4×5 meter diisi 5 orang, sedang Yu Dah luas kamarnya 4 x 4 meter diisi 6 orang. Di Madinah kamarnya 2x luas kamar di Makkah sehingga regu kami 11 orang dapat masuk dalam satu kamar. Semua tidur di atas kasur busa yang tipis. Untuk makan setiap hari kami masak sendiri (dimasakkah oleh ibu-ibu), biaya ditanggung bersama secara beriur. Namun, ketika kami pertama kali tiba di Madinah kami diberi jatah oleh Panitia berupa bahan makanan: beras, supermi, garam, gula, kopi, teh.
Persediaan air di Arab Saudi cukup melimpah. Sore hari setelah tiba di Makkah kami menuju Masjidil Haram untuk melakukan tawaf dan Sai dalam rangka umrah sebagai bagian dari ibadah haji, dengan pemandu dik Asbari dkk. Selesai itu kami bercukur (tahallul), dan setelah sholat Magrib kami pulang ke pondokan dan menanggalkan pakaian ihram, kembali dengan pakaian biasa. Acara kami sehari-hari hampir sama dengan acara di Madinah. Hanya saja di Makkah ada tambahan kegiatan umrah sunnah, sekiranya badan kuat. Di Madinah ketika kami tiba panasnya antara 48-50 derajat Celsius. Awal di Makkah masih sama, tetapi sedikit demi sedikit panas mulai naik, dan sampai puncaknya di Arafah dan Mina, panas mencapai 56-58 derajat Celcius.
Pemondokan jamaah haji Indonesia sekarang diurusi oleh muassasah, yakni asosiati para syeikh. Demikian juga pengaturan perjalanan selama di Arab Saudi, sedangkan masalah ke dalam dan ibadah diurusi oleh TPHI (Tim Pembimbing Jamaah Haji), TKHI (Tim Kesehatan), TPIH (Tim Pembina Ibadah Haji) tingkat Pusat dan Daerah. Kerja Tim itu yang kami nilai paling baik ialah TKHI. TPHI-nya dalam saat-saat jamaah memerlukan bimbingan sering kebingungan, sedang TPIH-nya dalam memberi penerangan manasik haji nampak kurang koordinasi sehingga kadang-kadang keterangan yang diberikan A berlawanan dengan yang diberikan B. Ini dapat membingungkan jamaah dalam menentukan pelaksanaan ibadah. Namun, dibandingkan dengan sistem Syeikh dulu, yang ini sudah lebih baik, kata mereka yang pernah haji 2-3 kali.
Berangkat Ke Arafah Untuk Wukuf
Kami diberangkatkan ke Arafah tanggal 8 Dzulhijah, bermalam di Arafah 1 malam, sedangkan esoknya tanggal 9 Dzulhijjah wuquf di Arafat, berhenti di Arafah sesudah zawal (waktu dhuhur), tafakkur, zikir, dan berdoa. Tempat ini juga merupakan maqam mustajab. Di sini saya juga mendoakan Pak Nur dan saudara-saudara yang lain, semoga mereka kelak dapat juga datang ke tempat ini (Tanah Suci) untuk melaksanakan rukun Islam yang ke-5.
Malamnya (sudah masuk tanggal 10 Dzulhijah) kami diberangkatkan lagi ke Muzdalifah, mabit dan mengambil krikil untuk lempar jumrah. Baru + 1/2 km meninggalkan Muzdalifah bus yang kami tumpangi mogok. Di sinilah kami merasa sangat lelah, kemrungsung karena sudah menunggu 2 jam busnya belum jalan, bahkan sopirnya menghilang sehingga kami pun terpaksa menumpang bus Turki yang kebetulan lewat, dan biayanya sampai ke Mina 10 riyal seorang.
Kegiatan Lempar Jumrah Di Mina
Tiba di Mina sudah pukul 9.00 pagi, dan panasnya mulai menyengat tubuh. Kami masih harus mencari kemah Indonesia, dan masih harus berjalan kaki 1,5 kilometer lagi. Akhirnya sesudah tanya sana sini ketemulah kemah kami Maktab V. Namun badan kami sudah sangat lelah dan panas badan sudah 39 derajat Celcius. Ketika saya akan jatuh, Yu Dah berteriak-teriak memanggil dokter sehingga hampir semua dokter yang ada di sana datang untuk menolong, dan menyemprot saya dengan air dingin. Saya lihat di sebelah saya Pak Prof. Zamzawi Suyuti (sudah kenal Dik Nur) baru saja sadar sehabis kena heat stroke seperti saya. Dengan demikian, lempar jumrah Aqabah terpaksa kami mintakan orang lain untuk melakukannya a.n. saya. Esoknya tgl. 11 Zulh. kami kembali ke Makkah istirahat bersama 4 orang kawan.
Sorenya Yu Dah bersama kawan-kawan berangkat lagi ke Mina untuk lempar jumrah lagi sampai selesai dan melemparkan juga untuk saya. Tanggal 13 Dzulhijah. semuanya sudah selesai, dan semua kembali ke Makkah untuk melaksanakan tawaf ifadah dan sai. Tanggal 16 Dzulhijah. kami tawaf wada’, kemudian sorenya diberangkatkan ke Madinatul Hujjaj di Jeddah, menginap satu malam.
Tanggal 17 Dzulhijah keliling kota Jeddah, dan akhirnya kembali ke tanah air dengan selamat tanggal 18 Dzulhijah. Di Jakarta menginap di rumah Iwang. Hari Ahad, tanggal 20 Dzulhijah (22-7-1989) pertemuan di rumah Mas Kewus dengan para keluarga Jakarta: Dik Hadi, Najib, dik Harjono/Marti, mas Ki dan saudara-saudaranya. Tanggal 24 Juli 1989 kembali ke Yogya dengan kereta BIMA, dan tiba di Yogyakarta dengan selamat dijemput anak-anak dan adik-adik. Inilah cerita haji kami yang kami usaha pendek, tapi kok ya masih panjang. Mudah-mudahan Dik Nur sempat untuk membacanya.
Wassalam,
Kanda tercinta
Abdul Hayi Adnan
(Catatan: Ketika kemarin bongkar-bongkar dokumentasi, saya menemukan surat Mas Hayi almarhum, yang menceritakan pengalaman beliau ketika menunaikan ibadah haji pada akhir tahun 80-an. Para ahli waris tentunya sudah mendapat cerita ini secara lisan, tapi tidak secara tertulis. Mudah-mudahan salinan surat beliau ini bermanfaat, tidak saja bagi para ahli waris, tetapi bagi kita semua. Amin. –ana) Abdul Nur Adnan.
Beberapa kisah nyata untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) / World No Tobacco Day tahun 2023.
Cerita Kaka Dengan Para Perokok
“Ka, temani Ibu yuk! ke BSM mau bayar-bayar nih …” ajak Ibu suatu pagi saat aku libur sekolah.
“Bu … Dekat bank ada rumah sakit tempat aku dilahirkan ya? Nanti kita mampir yah!” tanyaku pada Ibu.
“Kaka mau nostalgia?” canda Ibu sambil mengucek rambutku.
“Aku ingin lihat kamar nomor lima,” lanjutku.
“Oke … Kita mampir sambil beli ketoprak di depan rumah sakit,” kata Ibu.
Aku masa kecil bersama Ibu.
Di perjalanan menuju bank, Ibu bercerita tentang pengalamannya hamil tiga anak beserta suka dukanya masing-masing. Ibu mengandung sembilan bulan lebih. Makin hari makin berat kandungannya. Bayi dalam perutnya dibawa kemanapun Ibu pergi. Ketika Ibu bekerja sebagai arsitek di sebuah konsultan ternyata para juru gambar di kantor itu semuanya perokok. Ruang gambar penuh asap rokok dari pagi hingga malam hari. Namun ruang kerja arsitek bebas asap rokok. Peraturan itu ditegakkan dengan susah payah. Tetapi, Ibu tetap terkena polusi asap rokok karena harus masuk ke ruang juru gambar untuk mengecek hasil gambar mereka. Setiap hari Ibu menjadi perokok pasif. Ibu merasa sedih karena pastinya sebagai perokok pasif juga akan menanggung akibat yang fatal bagi diri sendiri maupun bayi yang sedang dikandungnya.
Ibu juga sangat benci asapnya. Ibu pernah bilang, “Kunyah saja rokok-mu! atau merokoklah dalam ruang kedap udara untuk dirimu sendiri. Ha … ha … ha … apa ada yang mau?”
Para perokok memang kejam! Mereka tidak berperikemanusiaan. Sudah tahu rokok berbahaya bagi diri sendiri. Tetap saja barang haram itu dihisap. Lebih jahat lagi perilaku mereka karena tak menghiraukan orang lain. Perokok pasif lebih rugi karena terpaksa menghirup racun. Ibu sangat kecewa.
Sejak kecil aku sering batuk dan pilek. Di usia empat tahun aku terdeteksi mengidap asma. Beberapa kali aku harus melakukan inhalasi di UGD. Nafasku berbunyi ‘nggiikk … nggiikk … pada malam hari. Batukku ‘ggrrookk .. ggrrookk … pada pagi hari. Selama satu tahun aku menjalani pengobatan flek paru-paru. Minum obat tak boleh putus setiap hari.
Setelah sembuh, dokter menganjurkan agar aku rajin berenang dan menghindari pencetus alergi. Paru-paru dan saluran pernafasanku perlu perhatian lebih. Bronkhitis akut juga pernah aku alami. Dokter memberiku obat semprot. Minuman dingin dan bersoda tak boleh aku konsumsi. Makanan berpenyedap rasa akan memicu batuk. Debu membuatku bersin.
Ibu dan adikku saat masih batita, saat itu aku sudah kelas 1 SD. Alhamdulillah … Keadaan ini tak membuatku gentar. Aku yakin tak akan diberi ujian melebihi kemampuan. Justru aku jadi termotivasi belajar masak. Kok masak? Teman-teman pasti heran. Anak laki-laki senang masak memang tak umum. Mau tahu kenapa?
Waktu Ibu mengandung anak ketiga sering di pagi hari tak sempat memasak sarapan. Ibu mual dan pusing. Kami tak memiliki pembantu yang menginap. Pembantu kami datang pagi hari dan pulang siang hari. Jadi kalau mau tetap sarapan harus ada yang bertugas memasak. Aku dengan senang hati melakukan tugas itu.
Nasi goreng telur parut wortel, dadar telur, goreng nugget, telur mata sapi, roti oles mentega mesis, mie goreng, susu sereal, dan teh manis aku bisa buat. Menurut Bapak nasi goreng terenak adalah buatanku. Wow … jadi tambah semangat nih! Kata adikku Dimas (anak kedua Ibu) telur dadar buatanku membuatnya tambah nafsu makan. Ibu bilang mie gorengku tak kalah dengan hasil koki restoran.
Nah … Pendapatku “Kalau tak mau kelaparan. Belajarlah masak.”
“Huk … huk … huk…hhaacchhiimm…” aku terbatuk dan bersin.
Di depanku seorang pembeli ketoprak dengan tenangnya merokok. Huh! Rasanya aku ingin mengeluarkan satu dua jurus karate. Ibu menutup hidung dengan ujung kerudung. Perokok itu tak bergeming.
“Pak maaf. Bisa dimatikan rokoknya!” pinta Ibu.
Perokok itu bukannya mematikan rokoknya malah menghisapnya makin dalam dan menghembuskan asapnya ke arah aku dan Ibu. Matanya mendelik. Mukanya masam. Ibu segera membayar ketoprak dan mengajakku pergi. Ah … sayang ketoprakku belum habis. Sungguh! Aku janji tak akan merokok sampai mati. Bukankah rokok banyak mengandung zat yang mematikan? Coba rokok dikunyah saja! Hi … hi … hi … tentu aku dan Ibu tak perlu marah. Hah … buang energi saja!
Pengalamanku Terpapar Asap Rokok
Aku lebih memilih mengungkapkan pengalamanku terpapar asap rokok saat kehamilan anak pertama. Sebagai arsitek, aku harus bekerja bersama para juru gambar (yang hampir sebagian besar perokok). Mereka merokok di ruang gambar sambil mengerjakan tugas-tugas dari arsitek. Tak terkecuali, aku pun harus berada di ruang tersebut untuk memberikan tugas atau mengecek gambar dan memberikan arahan bila terjadi kekeliruan.
Akibatnya … Fatal! Aku menjadi seorang ibu hamil perokok pasif. Sedih sekali karena selama kehamilan aku mengalami batuk berkepanjangan sampai terasa sakit perut karena terguncang-guncang. Dadaku sesak dan dahak sesekali berwarna kuning kehijauan.
Konsultasi ke dokter kandungan pun dilakukan tidak hanya memeriksakan kesehatan janin, namun kesehatanku juga butuh perhatian. Aku masih bersyukur ruang arsitek telah ditetapkan sebagai ruang bebas asap rokok. Aman dan nyaman. Atasanku memberi kelonggaran kepadaku agar tak terlalu sering masuk ke ruang gambar. Jadi juru gambarnya yang datang ke ruanganku.
Di akhir kehamilan aku menjadi lebih sehat karena frekuensi terpapar asap rokok menjadi berkurang. Bayi kecilku akhirnya lahir, sehat. Aku agak heran ?! Dan ini awal perjuanganku menemani anak pertamaku yang ternyata terdeteksi kelainan paru-paru (asma dan bronkhitis akut). Walaupun dokter anak tak mengatakan secara pasti penyebab lemahnya paru-paru anakku, aku sedikit berkeyakinan saat masih janin anakku telah terpapar asap rokok.
Kandungan zat berbahaya (mungkin juga mematikan) telah aku hirup berjam-jam, selama sembilan bulan dan pasti juga masuk ke dalam tubuh janin di dalam kandunganku. Alhamdulillah … Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa telah memberikan kesembuhan kepada anakku.
Olahraga renang dan makanan sehat membuat tubuhnya lebih kuat. Sesekali (biasanya pagi hari atau di tempat yang berpolusi) dia akan batuk-batuk atau mengeluarkan lendir. He3 … aku suka menggodanya dengan memberi hadiah segepok tissue. Yah … juga menghiburnya agar tak terlalu risau dengan kondisi paru-parunya. Sebuah pelajaran berharga : anakku (janinku) memang diberi umur oleh Allah sampai hari ini.
Tapi aku akan terus berjuang agar asap rokok dapat dienyahkan dari sekeliling perempuan terutama ibu hamil dan anak-anak. Asap rokok juga dienyahkan dari tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, kendaraan umum, pusat perbelanjaan, kantor, halte, dan rumah tempat tinggal kita. Bila ingin ber-asap rokok : silahkan pilih tempat yang tak mengganggu oranglain bahkan menyebarkan penyakit serta kematian kepada orang lain.
Oya … Saat aku menjadi pemimpin di sebuah akademi, aku membuat tata tertib tentang lingkungan kampus bebas asap rokok. Begitupun di LSM tempatku bekerja sebagai wakil Direktur. Aku tetapkan ruangan khusus untuk membuat asap rokok. Intinya melarang merokok mungkin belum berhasil, namun usaha melindungi orang-orang yang tidak merokok dari asap rokok adalah kewajiban bagi para pengambil kebijakan. Tentu tantangan dan hambatan selalu ada. Nikmati saja sebagai perjuangan mengisi kehidupan ini dengan kebaikan. Selamat hari tanpa asap rokok!
Dampak Tembakau Terhadap Kesehatan
Dikutip dari detik.com, baik dihisap atau dikunyah, tembakau berbahaya bagi kesehatan. Produk tembakau mengandung zat yang tidak aman, mulai dari aseton, tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat yang terhirup dapat memengaruhi paru-paru dan organ lain di tubuh penggunanya.
Bahan kimia dalam asap tembakau dapat merusak tubuh dengan berbagai cara, antara lain:
Nikotin akan mempersempit pembuluh darah dan arteri. Nikotin merusak jantung dengan memaksanya bekerja lebih cepat dan keras, memperlambat darah, dan mengurangi oksigen ke kaki dan tangan.
Karbon monoksida dapat menghilangkan oksigen yang dibutuhkan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Seiring waktu, saluran udara membengkak dan membiarkan lebih sedikit udara masuk ke paru-paru.
Tar adalah zat lengket yang melapisi paru-paru. Kita tahu tar ini seperti aspal.
Fenol dapat melumpuhkan dan membunuh sel-sel seperti rambut di saluran udara. Fungsi sel-sel ini adalah membersihkan lapisan saluran udara dan melindunginya dari infeksi. Bila lumpuh maka saluran udara akan kotor.
Partikel kecil dalam asap tembakau mengiritasi tenggorokan dan paru-paru, serta menyebabkan orang menghasilkan lebih banyak lendir dan merusak jaringan paru-paru. Biasanya akan menimbulkan efek batuk karena paru-paru mengandung lendir.
Amonia dan formaldehida mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan.
Bahan kimia penyebab kanker membuat sel tumbuh terlalu cepat atau tidak normal. Penggunaan tembakau merupakan salah satu penyebab utama berbagai jenis kanker, seperti paru-paru, laring mulut, kerongkongan, tenggorokan, kandung kemih, ginjal, hati, lambung, pankreas, usus besar dan leher rahim, serta leukemia myeloid akut.
Kampanye Global Hari Tanpa Tembakau
Pada tanggal 31 Mei 2023, WHO dan para tenaga kesehatan masyarakat di seluruh dunia akan berkumpul untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Tema tahun ini adalah “Kita butuh makanan, bukan tembakau”. Kampanye global 2023 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang peluang produksi dan pemasaran tanaman alternatif bagi petani tembakau dan mendorong mereka untuk menanam tanaman yang berkelanjutan dan bergizi. Hal ini bertujuan untuk mengekspos upaya industri tembakau untuk mengganggu upaya mengganti penanaman tembakau dengan tanaman yang berkelanjutan, sehingga berkontribusi terhadap krisis pangan global. Pertumbuhan dan produksi tembakau memperburuk kerawanan pangan.
Tujuan kampanye
Memobilisasi pemerintah untuk mengakhiri subsidi pada penanaman tembakau dan penggunaan tabungan untuk program substitusi tanaman yang mendukung petani untuk beralih dan meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Meningkatkan kesadaran masyarakat petani tembakau tentang manfaat beralih dari tembakau dan menanam tanaman yang berkelanjutan;
Mendukung upaya memerangi penggurunan dan degradasi lingkungan dengan mengurangi pertanian tembakau;
Mengekspos upaya industri untuk menghalangi pekerjaan penghidupan berkelanjutan.
Menilik peringatan Hari Tanpa Tembakau pada tahun 2022 yang mengampanyekan “Protect the Environment” berfokus pada dampak tembakau terhadap lingkungan. Tujuan tema ini untuk mengekspos upaya perusahaan tembakau dalam greenwashing reputasi dengan memasarkan produk “ramah lingkungan”. Greenwashing sendiri merupakan praktik tipuan pemasaran melalui pencitraan palsu tentang bagaimana produk diklaim ramah lingkungan.
Tema tersebut berawal dari pembuangan putung rokok sembarangan. Menurut UICC, putung rokok merupakan sumber polusi plastik pertama di dunia. Tidak hanya itu, penggunaan pestisida untuk menanam tanaman tembakau, penggundulan lahan, serta penggunaan air dalam jumlah besar juga merusak ekosistem dan mengurangi ketahanan iklim.
Jadi tema pada tahun 2023 ini adalah keberlanjutan dari kerja-kerja pada tahun 2022.
Sejarah Hari Tanpa Tembakau
Dilansir dari laman WHO, negara-negara anggota WHO yang awalnya mengusung lahirnya Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tahun1987. Tahun yang sama, World Health Assembly atau Majelis Kesehatan Dunia mengeluarkan Resolusi WHA40.38, yang menyerukan mulai 7 April 1988 sebagai Hari Tanpa Rokok Sedunia.
Pada tahun 1988, mereka kembali mengesahkan Resolusi WHA42.19 sebagai penetapan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia setiap tahun pada tanggal 31 Mei. Mereka menginginkan perhatian global tertarik sepenuhnya pada epidemi tembakau dan kematian yang disebabkan oleh tembakau. Pada tanggal 31 Mei juga digunakan untuk menarik perhatian pada praktik bisnis perusahaan tembakau dalam memerangkap konsumen. Serta, campur tangan mereka dalam keputusan kebijakan yang merusak pengendalian tembakau yang efektif.
Adapun menurut catatan WHO, industri tembakau membawa dampak yang begitu besar terhadap lingkungan, antara lain: 600 juta pohon ditebang untuk membuat rokok. 84 juta ton emisi karbondioksida lepas ke udara, yang meningkatkan suhu global. Ada kebutuhan 22 miliar ton air yang digunakan untuk membuat rokok. Tembakau membunuh lebih dari 8 juta jiwa setiap tahun Selain itu, WHO juga menuliskan bahwa tembakau membahayakan kesehatan melalui penanaman, produksi, distribusi, konsumsi, dan limbah pasca-konsumsi.
“Alhamdulillah … Selamat dari musibah crane yang tumbang di Masjidil Haram,” Berita ini disampaikan adikku kemarin lewat status Facebooknya.
Kisah Adikku Dokter TKHI
Adikku tersayang dr Dewi Nurul sedang diperjalankan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Adil ke tanah suci . Berkunjung ke baitullah, bertugas sebagai dokter TKHI kloter 38 Jawa Barat pada tahun 2015.
Adikku yang mungil namun tekun dan selalu berkemauan kuat akan suatu cita-cita : semoga segala keberkahan dilimpahkan, kemudahan dalam bertugas, kesehatan selama menjalan ibadah dan menjadi haji mabrur, aamiin …
Kami sekeluarga sempat khawatir dengan berita musibah jatuhnya crane di Masjidil Haram. Bersyukur jamaah kloter 38 seluruhnya sehat dan selamat. Doa kami untuk para korban semoga khusnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Bukankah segala sesuatu kejadian pastilah ada hikmah baik di dalamnya. Sesungguhnya bila ada musibah menimpa ucapkanlah innalillahi wa innailaihi rojiun, segalanya milik Allah Azza wa Jalla dan akan kembali kepada-Nya.
Petugas TKHI di embarkasi Bekasi sebelum keberangkata ke Bandara Halim Perdana Kusuma.
Setelah sampai di Jeddah melanjutkan perjalanan menuju pemondokan.
Suasana Masjidil Haram dilihat dari lantai dua. Hampir di sekeliling masjid tampak crane menjulang. Proses pembangunan sedang berlangsung di tengah suasana padat jamaah haji yang beribadah.
Rapat koordinasi para petugas TKHI untuk safari wukuf Arafah sektor 4 Makkah. Kabarnya saat itu cuaca sering turun secara drastis di sore hari. Hujan selalu mengguyur kota Makkah di sore menjelang malam hari. Jamaah haji diharapkan agar mewaspadai dan menahan diri agar tidak bepergian ketika kondisi tidak kondusif. Hujan disertai angin kencang, guntur, guruh, dan petir.
Selain itu jamaah juga diminta untuk berhati-hati terhadap badai debu. Penggunaan masker menjadi keharusan agar meminimalisir terjadinya infeksi saluran pernafasan atas.
Kisahku Delay 24 Jam
Hampir semua calon penumpang pesawat akan gundah gulana bila pesawat yang akan membawa mereka harus menunda keberangkatannya. ‘Delay’adalah kosa kata yang paling dihindari. Namun, bagi kami kloter 77 calon jamaah haji merasakan betul bahwa tertundanya keberangkatan kami membawa hikmah yang sangat banyak.
Kami sudah tiba di bandara tepat waktu. Pesawat kami pun sudah ‘nongkrong’ di landasan. Hati kami berbunga-bunga … Insya Allah, tidak lebih dari satu jam lagi kami akan terbang menuju tanah suci. Kami sudah tak sabar melantunkan doa : labaik … allahumma … labaik … sambil bertawaf mengelilingi ka’bah. Pakaian ihram kami pun sudah siap karena kami akan miqat di atas pesawat. Tak dinyana … inilah arti sesungguhnya dari kalimat Insya Allah … bahwa manusia boleh berencana, sedangkan ketentuan ada pada kuasa dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.
Subhanallah, dua jam sudah berlalu … Hhhmmm … Sudah tiga jam kami mulai bertanya-tanya pada ketua rombongan. “Ada apa mas? kok belum naik pesawat juga!” Ketua rombongan menjawab sambil tersenyum “Sabar ya bu … Insya Allah kita akan berangkat beberapa saat lagi”.
Wah … sekarang sudah empat jam menunggu. Kloter berikutnya sudah datang. Alhamdulillah … itu kloternya Aa Gym dan Teh Ninih. Wajah calon jamaah haji yang tadi terlihat kusut sekarang berubah ceria. Kami mencoba mendekati Teteh dan ‘curhat’. “Teh … kami ‘delay’ sudah empat jam’. Teh Ninih yang cantik dan baik hati itu juga tersenyum. “Ibu-ibu yang baik dan tentu disayang Allah … pasti kejadian ini ada hikmahnya.” Salah seorang ibu menjawab “Iya … betul Teh. Kalau tidak ‘delay’ kita tidak bertemu Teteh.”
Sebagai pelipur lara. Teteh dan Aa mau berfoto bersama kami dengan pose-pose yang cukup lucu. Sampai-sampai … Teteh mau kami rangkul dan kami cium tangan dan pipinya. Aa berpesan agar kami terus membawa bekal 3S ini sampai nanti di tanah suci. Sabar … Sabar … Sabar …
Hari sudah berganti malam. Kami belum juga diberangkatkan. Pilot pesawat lalu diminta menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Ketua kloter kami yang lulusan Syria dan mahir berbahasa Arab kemudian menterjemahkan penjelasan pilot tersebut.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, ternyata pesawat yang seharusnya kami tumpangi sudah berangkat! Loh kok bisa? Ya … pesawat kami digunakan oleh kloter sebelum kami yang pesawatnya mengalami kerusakan. Pesawat yang rusak itu sempat terbang sekitar satu jam. Kira-kira sudah hampir sampai Singapura. Resiko besar jika pesawat dipaksa terbang terus. Akhirnya mereka kembali ke bandara dan bertukar pesawat dengan pesawat kami.
Nah … pesawat yang rusak itu setelah di cek oleh para mekanik ternyata harus diganti suku cadangnya. Suku cadangnya harus didatangkan dari Saudi Arabia dengan menggunakan pesawat yang kembali dari sana. Ya Allah … kami diminta menunggu sekitar dua belas jam lagi. Ketua Kloter kemudian mengajak kami untuk tetap menikmati kejadian ini. Pertama kami melaksanakan shalat taubat. Lalu mendengarkan tausiah tentang ujian kesabaran Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Sarah. Tak lupa ada sesi tanya jawab tentang ibadah haji.
Kami sangat bersyukur waktu menunggu tidaklah sia-sia. Bahkan, saya bisa lebih mengenal teman satu kelompok. Saya rasakan persahabatan dan kasih sayang sesama calon jamaah haji semakin kental.
Buah kesabaran adalah kasih sayang Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah. Alhamdulillah … setelah 24 jam tertunda, kami pun berangkat. Pesawat kami sangat nyaman.
Penerbangan lancar. Di Jeddah lancar. Sampai di Mekkah kami mendapat pondokan yang bagus. Air hangat selalu tersedia. Dapur bersih. Tempat menjemur pakaian luas. Kamar bersih. Ada lift dan penjaga pondokan yang ramah. Penjual makanan dan barang-barang kebutuhan harian tepat berada di depan pondokan. Jarak ke Masjidil Haram dua kilometer saja. Bisa kami tempuh berjalan kaki.
Saat di Mina dan Arafah kami mendapat tenda yang bagus. Makanan dan air cukup tersedia. Walaupun tahun itu terjadi keterlambatan pasokan makanan. Kami tak mengalaminya. Bahkan kami mendapat kemudahan saat wukuf boleh bergabung dengan kloter Aa Gym dan Teh Ninih.
Allahu Akbar … kami sangat terharu mendapat hadiah tak disangka-sangka ini. Kami bisa mendengarkan khutbah yang sangat menyentuh hati. Kami menangis.
Kisah Indah di Tanah Suci
Perjalanan ibadah haji adalah perjalanan spritual yang sangat menakjubkan. Perjalanan yang menggambarkan dengan gamblang betapa Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana sangat menyayangi hamba-Nya. Ketundukan kepada segala perintah-Nya serta upaya menjauhi segala larangan-Nya terbayar tunai di sana. Itulah yang aku dan suami ambil hikmahnya selama hampir 40 hari berada di tanah suci, Kota Makkah dan Kota Madinah.
Kerinduan kembali menjalankan ibadah haji senantiasa bergema dalam hati. Allah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kaya hanya kepada-Mu lah hamba berharap.
Menapaki jejak Rasulullah yang berjalan kaki ketika hendak wukuf di Arafah. Rute yang kami tempuh adalah Makkah – Mina (mabit satu malam)- Arafah (wukuf) – Mudzdalifah (mabit satu malam sekaligus mengambil batu untuk jumrah) – Mina (jumrah aqabah : tahalul) – Makkah (tawaf : tahalul) – Mina (jumrah aqabah-wustu-ula dan mabit tiga malam) – Makkah.
Sepanjang jalan menuju Mina dari Makkah terdapat banyak keran air zamzam seperti ini. Segar. Insya Allah tidak akan kehausan. Sesampai di Mina suasana masih sepi. Karena tidak semua jamaah haji melakukan perjalanan menuju Arafah dengan berjalan kaki dan mabis satu malam dahulu di Mina. Tenda putih bagai lautan dan siap menyambut jamaah haji selepas wukuf esok hari.
Selepas shalat subuh kami bergerak menuju arah matahari terbit. Di ufuk Timur nun jauh di sana kami hendak menyungkur sujud kehadirat Illahi Rabbi. Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan segala kuasa-Nya menuntun kami hingga tiba di Arafah dengan sehat dan selamat.
Arafah start here! Papan besar berwarna kuning menjadi petunjuk bahwa inilah Arafah. Laksana padang mahsyar tempat berkumpulnya jutaan manusia dari ratusan negara. Semua berkain ihrom. Tiada identitas lain yang dapat dibanggakan di hadapan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia. Begitupun kelak di akhir masa, hanya amal kebajikan dan rahmat-Nya yang dapat menghantarkan kita ke dalam surga-Nya.
Mina bagaikan kota metropolitan yang berisi jutaan manusia dari segala penjuru dunia. Selama tiga hari kami di Mina hidup berdampingan tanpa ada kerusuhan, pertengkaran, keributan, saling dendam, benci atau semacamnya. Kami adalah saudara sesama muslim. Kami terikat dalam aqidah Islam yang menjadikan kami merasa saling menyangi, saling menghormati, saling menjaga, saling menolong, dan saling menghargai. Indahnya Islam tampak di Mina dan pengalaman ini membuatku sangat terkesan. Beginilah seharusnya kami sebagai umat Islam.
Pasukan dapur umum yang selalu siaga. Mereka memasak untuk jutaan jamaah haji. Pagi – siang- malam. Bayangkan saja panci dan kualinya sebesar itu? He3 … pastilah tenaga mereka juga sangat besar. Terimakasih kepada para petugas katering yang melayani kami selama di Mina.
Kami menuju Madinah setelah ibadah haji selesai. Di awal tahun (bulan Januari) suhu di sini cukup dingin. Selain menunaikan ibadah shalat di masjid Nabawi, kami di ajak untuk menikmati karunia Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Indah.
Berlatar kebun kurma tak afdol rasanya bila belum belanja kurma ajwa. Nabi Muhammad sangat menyukai kurma jenis ini, karena teksturnya lembut dan manisnya pas. Harganya lumayan mahal euy.
Kunjungan yang berkesan adalah di percetakan Al-Qur’an. Hampir 40 bahasa telah menjadi terjemahan Al Quran tanpa meninggalkan sedikitpun keaslian dari bahasa Al-Qur’an. Inilah bukti bahwa Al-Qur’an memang mukjizat dari Allah Yang Maha Cerdas lagi Maha Suci kepada Nabi Muhammad. Al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan umat Islam.
Masyaallah … Di bawah atap hijau itulah Rasulullah tercinta di makamkan. Di dekatnya ada raudah tempat yang sangat diinginkan oleh jamaah haji untuk dapat shalat karena suasananya memang sangat berkesan.
Sebuah kisah disampaikan tentu karena mengandung hikmah.
Bagaimana masa lalu berjumpa masa kini, juga menjadi masa depan? Bagaimana Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia memberikan jalan bagi sesiapa saja untuk mendapatkan hikmah dari sebuah perjumpaan?
Aku ingin berbagi cerita tentang bahagianya berjumpa dan menjadi bagian dari keluarga Bani Tafsir Anom V.
Kadang manusia tidak tahu, atau malah memang manusia itu makhluk lemah jadi ya sedikit saja pengtahuannya tentang bagaimana skenario dan episode hidupnya. Begitupun aku yang sangat bersyukur bisa berjumpa dan menjadi bagian dari keluarga Tafsir Anom V.
Apa istimewanya? Apa menariknya? Apa hikmah yang terkandung dalam perjumpaan itu? He3 … Tentu sebagai manusia biasa, aku hanya mampu menggali secuil dan menemukan tetes demi tetes kebajikan didalamnya. Semoga saja dengan dituliskan akan menjadi pelajaran penting bagi diri sendiri, kerabat, dan anak-cucu kelak. Aamiin …
…
Kenangan Masjid Agung Al Azhar
Masjid yang berdiri kokoh di daerah Kebayoran Jakarta ini menyimpan beragam kisah indah. Pada tahun 70-an saat aku bersekolah SD, seringkali Bapakku mengajak mampir shalat di sana. Senang sekali aku dengan bangunan masjid dengan kubah besar, tangga berumpak-umpak tinggi untuk sampai ke bagian utama ruang shalat yang dihiasi kaligrafi indah. Tiang dengan ornemen sederhana namun elegan. Lengkung bukaan jendela berderet-deret mengalirkan udara segar.
Kaki dan langkah kecilku tak surut menaiki satu demi satu anak tangga, walau begitu sampai terasnya nafasku tersengal. Ha3 … Paling Bapak bilang, ‘Ayo … Teh, semangat sedikit lagi sampai!’ Rasa senangku bertambah-tambah, karena Bapak akan mentraktir sate padang dan es kelapa muda. Hingga aku dewasa dan kini diusia golden age … alias setengah abad, 50 tahun, kenangan sate padang dan es kelapa muda itu selalu melekat.
Sebab itu pula di tahun 1994, setelah wisuda dari Teknik Arsitektur ITB aku kembali menjadi penghuni Ibukota Indonesia. Oya … Tahun 1984 kami sekeluarga pindah ke Cirebon, karena selesai sekolah dokter spesialis di Universitas Indoensia, Bapak ditugaskan di RS Gunung Jati Cirebon. Tentu aku sekolah pindah ke SMP dan SMA di Cirebon. Rasa kangenku menyantap sate padang dan es kelapa muda tak terelakan. Sepulang kantor mampirlah ke Masjid Agung Al Azhar Kebayoran.
Biasanya kalau bersama Bapak, kami shalat dulu. Tapi kali ini, aku makan dulu he3 … Karena waktu shalat maghrib masih sekitar 30 menit. Di pojok dekat gerbang belakang, duduk dibangku kayu beratap terpal. Harum asam sate padang …. Hhhhmmm … Aaahhh … Sedaplah pokoknya.
Entahlah mengapa? Sebelum naik ke lantai utama, aku melirik papan petunjuk di hampir di setiap ruangan bagian bawah yang aku lewati. Ada satu ruang di pojok kanan dekat pintu aula bertuliskan Kursus Kader Mubaligh Al Azhar. Menarik! Begitu batinku. Waktu kuliah aku kepingin sekali ikut kursus semacam ini. Namun belum kesampaian. Malah pernah guyonan dengan salah seorang sahabat kepingin mondok jadi santri di Pesantren Gontor. Lucu rasanya punya ide macam itu. Tapi begitulah obrolan bisa jadi doa.
Setelah shalat maghrib, aku mampir ke ruangan KMA. Berbincang sebentar dengan petugas admin tentang program kursus di sana, akupun mendaftar. Kilat ya … Begitulah. Aku terdaftar menjadi peserta KMA angkatan 17. Guru-guru yang mengajar sangat mumpuni dibidangnya. Sebut saja ada Afif Hamka dan Rusdi Hamka, putra dari Buya Hamka. Pengajar lainnya ada M. Zen Al-Hadi, Suharyadi Sumhudi (sekarang sudah profesor), M. Amien Rais dan Yusril Ihza Mahendra (sebagai dosen tamu), beberapa nama lain aku sudah lupa.
Alhamdulillah aku berhasil lulus kursus dan diwisuda untuk tahap pertama. Ada tahap lanjutan, aku pun mendaftar. Masih banyak waktu luang … lah wong masih jomlo ha3 … jadi ya memanfaatkan waktu selain kerja di konsultan arsitektur dan menjadi pengawas pembangunan apartemen.
Saat aku ikut kelas lanjutan, Tante, istri dari adik Mamahku menjadi peserta KMA angkatan 18. Jadi kami sering bersapa dan ngobrol sejenak sebelum atau sesudah kegiatan belajar. Suatu hari, Tante bilang, ‘Neng … Itu bapak yang itu (sambil menunjuk ke arah Pa Najib teman seangkataku di KMA-17) teman kelas Neng kah ?’. Aku mengiyakan. Tante tampak girang sekali. Waaahhhh … Kok senang ya ? Aku penasaran dong! ‘Eeehhh … Tante kenal ?’, tanyaku.
‘Itu wajah dan perawakannya persis seperti dosen Tante waktu kuliah di Muhammadiyah. Tapi beliau sudah wafat,’ ‘Ayo atuh kita tanya saja, barangkali saudaranya atau apanya gitu dengan dosen Tante’, ajakku saat itu juga. Jadilah kami menghampiri Pa Najib. Subhanallah … Ternyata dari bertanya sedikit-sedikit, (karena Tante agak segan takut salah bertanya), dan aku tahu Pa Najib ini pendiam namun murah senyum. Pembawaannya tenang. Pa Najib adalah adik Pa Bachit yang pernah menjadi dosen di tempat Tante kuliah.
Menikah Dengan Cicit Tafsir Anom V
Nah … Aku belum tahu juga kalau Pa Najib ternyata ada hubungan kekerabatan dengan suamiku (waktu itu masih teman saja sesama alumni ITB, dia kakak kelasku). Duuuuhhhh … Kan sambung menyambung. Ya Allah … Ternyata dari pertemuan itu, tersambunglah sebuah ikatan lingkaran. Lahir, jodoh, mati adalah rahasia Allah Yang Maha Rahman dan Yang Maha Rahim.
Tahun 1995 aku menikah dengan keponakan Pa Najib ini. Di mana ternyata, ibu mertuaku, Bu Siriyyah adalah bersepupu dengan Pa Najib. Ayahnya Pa Najib dan ibunya Bu Siriyyah adalah kakak beradik. Masya Allah.
…
Masjid Agung Surakarta, tempat Tafsir Anom V bertugas sebagai imam dan penghulu.
Silsilah Keluarga Tafsir Anom V
Kalau di turut silsilahnya maka akan sampai pada Sultan Syah Alam Akbar III (R. Trenggono), sultan Demak terakhir. Adapun putra dan putri Kiai Tafsir Anom V (lima) berjumlah 10 orang yaitu:
1. Raden Ngabei Diprodipuro alias Muhammad Qomar. 2. Raden Ngabei Tondhodipuro (Raden Ketib Cendhono), alias Muhammad Ridwan. 3. Raden Nganten Mursoko alias Mardiyah. 4. Kiai Haji Raden Muhammad Adnan, alias Shauman. 5. Kiai Kanjeng Raden Tumenggung Pengulu Tafsir Anom VI. Sebelum bergelar Raden Ketib Winong, dan nama kecilnya Sahlan. 6. Raden Ngabei Darmosuroto alias Muhammad Thohar, nama kecilnya Muhammad Ishom. 7. Raden Nganten Maknawi. 8. Raden Nganten Sumodiharjo, alias Siti Maryam. 9. Raden Nganten Projowiyoto alias Marfu’ah. 10. Raden Nganten Condrodiprojo alias Marhamah.
Raden Ngabei Darmosuroto atau M. Ishom anak nomor 6 dari Tafsir Anom V adalah ayahnya Pa Najib. Sedangkan Raden Nganten Condrodiprojo atau Marhamah anak nomor 10 adalah ibunya Bu Siriyyah (suamiku yang biasa disapa Aziz adalah anak ketiga beliau).
Bila diurut dari Tafsir Anom V, berarti suamiku itu keturunan ke-3, Bu Siriyyah dan Pa Najib adalah keturunan ke-2. Sedangkan Pa Ishom dan Bu Marhamah adalah keturunan pertama dari Tafsir Anom V.
Siapakah Tafsir Anom V ini? Sebelumnya tertulis bila diurut hingga akan bertemu dengan sultan Demak terakhir yaitu Sultan Syah Alam Akbar III. Bagaimana urutannya ? Mari kita simak!
…
Sejarah Kerajaan Demak
Sultan Syah Alam Akbar III (Raden Trenggono), adalah Sultan Demak terakhir. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam yang berpusat di Jawa Tengah. Demak menjadikan dirinya sebagai tonggak perjuangan untuk menyebarkan agama Islam pada dasawarsa pertama abad ke-16. Bangunan penting bersejarah yang menjadi pusat kegiatan kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah ini adalah Masjid Demak.
Di sinilah markas para wali untuk bermusyawarah (sumber Ensiklopedi Islam, penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta). Keturunan ke-13 dari Sultan Demak terakhir adalah Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom V. Beliau wafat pada Kamis malam tanggal 30 Jumadil Awal 1864 atau tanggal 22 September 1933. Salah satu peranan KRP. Tafsir Anom V semasa hidupnya adalah ikut mendirikan dan mengembangkan Mambaul’ulum (yaitu pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan agama) di Keraton Kasunanan Surakarta pada tanggal 20 Juli 1905. Madrasah ini mempelopori diberikannya pelajaran ‘Barat’ dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Bentuk lain kepedulian Beliau terhadap pendidikan adalah membuka sekolah di pendopo rumahnya serta sekolah di sebelah Timur rumahnya (sekarang menjadi TK. MDN Kauman). Salah satu putra beliau yang terkenal sebagai cendekiawan muslim adalah Prof. KH. R. Muhammad Adnan (nama kecilnya Muhammad Sauman). Karya besar beliau adalah Tafsir Al Quran berbahasa Jawa pada tahun 1977. Beliau yang juga menantu KH. Ahmad Shofawi menajdi takmir masjid Tegalsari di Surakarta. Setelah diijinkan pihak Keraton Kasunanan Surakarta, masjid Tegalsari mulai menyelenggarakan shalat Jumat.
Foto acara halal bi halal, keluarga Tafsir Anam tahun 1385 Hijriyah atau 1965 Masehi.
Silsilah Tafsir Anom V yang berkaitan dengan Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
Sultan Syah Alam Akbar III atau Raden Trenggono, berputra Raden Prawoto, berputra :
Pangeran Hadipati Madepandan I, berputra Pangeran Djojoprono, berputra
Raden Djojoprono, berputra Raden Dadang Sumyang, berputra
Kyai Pengulu Tafsir Anom Hadiningrat I (Kanagjeng Kyai Djimat) Pengulu Dalem Susuhunan Pakubuwono IV, dimakamkan di Kutogedhe, berputra
Kanjeng Kyai Pengulu Tafsir Anom IV, dimakamkan di Pajang Saripan, berputra
Kangjeng Raden Pengulu Tafsir Anom V,
Jadi bila menurut silsilah, Bu Marhamah adalah keturunan urutan ke-10, Bu Siriyyah urutan ke-11, suamiku urutan ke-12, dan anakku urutan ke-13 dari sultan Demak terkakhir.
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, tepatnya terletak di Pantai Utara Jawa. Demak semula merupakan salah satu bagian penting dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak tercatat menjadi pelopor penyebaran Islam di Jawa, salah satunya melalui ulama yang kuat dalam tradisi Jawa yaitu Wali Songo.
Raden Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Padjadjaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), juga menaklukkan hampir seluruh Pasundan/Jawa Barat (1528 – 1540) serta wilayah-wilayah bekas Majapahit di Jawa Timur seperti Tuban (1527), Madura (1528), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527 – 1529), Kediri (1529), Malang (1529 – 1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1529 – 1546). Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan.
Anak Raden Trenggono yang bernama Raden Prawoto menggantikan sebentar saja karena terjadi kisruh perebutan kekuasaan oleh kakak Raden Trenggono yang bernama Sekar Seda. Namun Raden Prawoto membunuh Sekar Seda. Tak lama anak dari Sekar Seda yang bernama Arya Penangsang membunuh Raden Prawoto dan Hadiri yang merupakan suami dari Ratu Kalinyamat adik dari Raden Trenggono.
Ratu Kalinyamat bersama para adipati salah satunya bernama Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Atas bantuan Ki Ageng Pemanahan dan Sutawijaya, terbunuhlah Arya Penangsang. Setelah peristiwa itu Ki Ageng Pemanahan mendapat diberi wilayah Kota Gede. Sedangkan Sutawijaya dijakan anak angkat Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang.
…
Menjadi Anggota Keluarga Bani Tafsir Anom V
Begitulah sejarah telah tertulis. Kita membacanya, mempelajarinya, memahaminya, mengkritisinya, mengambil ibrah dan hikmahnya. Kita bukan pelaku sejarah masa lalu. Kita adalah pelaku sejarah masa kita sendiri. Keterikatan dan keterkaitan dengan masa lalu sejatinya adalah sekali lagi sebagai ibrah / hikmah agar dimasa kini dan masa depan yang buruk tinggalkan dan yang baik laksanakan.
Kembali kepada kisah berjumpa dengan keturunan Tafsir Anom V, beragam peristiwa menarik aku alami. Saat pernikahanku di Cirebon dihadiri oleh keluarga besar keturunan Tafsir Anom V. Mereka bersama keluarga inti suamiku menggunakan satu bis dari Solo. Sedangkan yang bermukim di Jakarta, mereka menggunakan moda transportasi kereta dan kendaraan pribadi.
Sebut saja ada Pa Abdul Hadi, Pa Abdul Basit (beliau menjadi wakil keluarga pada iacara perkenalan), Pa Abdul Latif, dan Bu Muhtaromah putra dari Pa M. Adnan putra ke-4 Tafsir Anom V. Pa Najid juga menghadiri pernikahanku. Bu Chusnul dan Pa Chusban putra dari Bu Marfuah putra ke-9 Tafsir Anom V. Pa Yusro dan Bu Sri adalah kakak dan adik dari Bu Siriyyah.
Suamiku , 4 bersaudara laki-laki semua. Bu Siriyyah dan Pa Roosdi tinggal di Solo. Aku pernah mendapat kisah menarik dari suami, sewaktu kecil sering digonceng sepeda ke masjid oleh Pa Condro, ayahnya Bu Siriyyah. Ternyata Pa Condro adalah keturunan dari Tafsir Anom IV. Waaaahhh … Bagaimana silsilahnya?
Baik … Mari kita simak ya! Pelan-pelan saja he3 … Mempelajari silsilah itu tidak mudah, kadang kita sampai lieeeurrr karena di sana-sini bertemu nama yang sama. Atau garis yang berkelindan -salingsilang. Naik turun sampai penyebutan pun kadang tak seragam tergantung dari mana garisnya. Bisa om bisa juga ternyata keponakan. Sepupuan ternyata itu kakak ipar, dan sebagainya. Intinya sih … Aku cukup tertarik belajar silsilah karena bagai matematika pohon atau kurva FPB dan KPK.
…
Tafsir Anom IV dan Tafsir Anom V itu kakak beradik
Pa Condro atau Condrodiprojo, ayahnya Bu Siriyyah adalah putra dari Bu Condropradoto (tahan … ini saja sudah bikin lieeeuuurr he3, nama anak dan mirip nama ibunya yang pada masa itu sering dipakaikan nama suami). Bu Condropradoto adalah anak pertama dari Bu Reksoniti.
Baik … Kita lanjut ya! Bu Reksoniti adalah anak ke-4 dari Tafsir Anom IV. Sedangkan Tafsir Anom V adalah anak ke-6 dari Tafsir Anom IV.
Oke … Mulai agak terang ya ? Masih semangat kan ? Yuuukkkk … Jadi Bu Marhamah dan ibunya Pa Condro itu sepupuan. Artinya Bu Marhamah menikah dengan keponakan, namun dengan usia diatasnya. Bu Marhamah lahir tahun 1906 dan wafat tahun 1971, selisih 6 tahun dengan Pa Condro yang lahir tahun 1900 dan wafat tahun 1981. Itulah mengapa suamiku masih melekat erat kenangan dengan eyang kakung Condro tinimbang dengan eyang putri Marhamah yang telah wafat saat suamiku baru berusia 2 tahun. (Iiihhhh pantas saja hanya ingat eyang kakung … Ya umur segitu belum ada ingatan kuat kan ?).
…
Berguru Silaturahim Kepada Ibunda Siriyyah
Aku dan suami memiliki tiga orang anak, Kaka, Mas, dan Teteh. Kami berusaha untuk merekatkan tali silaturahim dengan keluarga besar, baik dari sisi aku maupun sisi suami.
Pengalaman berharga ketika aku mengantar Bu Siriyyah berkunjung silaturahim ke rumah para sepupunya. Oya … Secara aku ini mantu pertama walau menikah dengan anak nomor tiga. Jadi ada kesempatan untuk berduaan dengan Bu Siriyyah pada banyak momen penting. Seperti menjadi panitia pernikahan kakak dan adik suami.
Aku dan suami menikah masih ditemani lengkap oleh Bu Siriyyah dan Pa Roosdi. Namun, qadarullah di tahun 1995 saat aku hamil anak pertama usia 6 bulan, Pa Roosdi wafat.
Kami pergi ke Yogyakarta untuk mengantar undangan pernikahan. Aku stir mobil Solo – Yogya pp bersama Bu Siriyyah bertiga saja dengan anak sulungku yang masih berumur 2 tahun. Kami mengunjungi Pa Abdullah dan Pa Abdul Hayi.
Bila sedang di Solo sudah pasti Bu Siriyyah akan mengajakku silaturahim ke rumah Pa Kardjo, Bu Muhtaromah, Pa Basit, Bu Coesnul dan Pa Chusban. Ketika di Bandung, aku mengantar ke rumah Pa Markam. Di Jakarta akan selalu berkunjung ke rumah Bu Kusmartiyah, Pa Chusni, Pa Abdul Hadi, Bu Sri, dan Pa Najib.
Satu kisah menarik, ketika aku didatangi oleh Bu Coesnul dan Bu Aminah di rumahku. Kaget bercampur bahagia bisa berjumpa dengan Bu Aminah adalah putra bungsu dari anak pertama Tafsir Anom V yang bernama Pa Dirdjodipuro. Tak terduga sekali … Bukankah selayaknya aku yang silaturahim ke rumah Bu Aminah? Namun begitulah … Rasa kasih dan sayang tak menyurutkan langkah mereka menemuiku. Barakallah …
Tak kalah asyik untuk diceritakan, satu kali aku diajak suami bertemu Pa Abdul Nur yang sedang stay di Jakarta. Pa Abdul Nur bermukim di Amerika (Waaaahhh … Jauh sekali. Namun kata suamiku dekat di hati). Kami bertiga bertemu dan berbincang. Senangnya hatiku, bisa kopdar -kopi darat, jumpa tatap muka dengan Pa Abdul Nur. Lebih senang lagi, ternyata beliau membaca tulisanku di sebuah platform blog. Judul tulisanku adalah tentang Tafsir Anom V.
Sekali lagi berjumpa di acara silaturahim lebaran di Solo, tepatnya di rumah Pa Condro ayahnya Bu Siriyyah, yang kemudian ditempati Pa Kardjo. Berikutnya ada kesempatan ngobrol santai selepas acara silaturahim di Jakarta. Nah … Masa pandemi Covid-19 ini malah berdampak baik bagi jalinan silaturahim kami. Ada acara zoom meeting yang digagas Pa Abu Bakar, kakaknya suamiku, pertemuan Bani Tafsir Anom V. Sungguh luar biasa hikmahnya. Jauh di mata dekat di hati, kini di mata pun bisa dekat lewat layar laptop atau handphone dengan member of BTA V. Allahu Akbar.
Gagasan menulis ini juga datang dari Pa Abdul Nur. Aku menyambut antusias. Semoga bisa hadir banyak kisah lain dari poro sederek … Agar kisah ini semakin kaya. Silaturahim semakin erat dan tentu tugas anak- cucu menyambungkannya. Bu Siriyyah wafat tahun 2010, maka semakin kuat tekadku dan suami untuk menjalin silaturahim ini hingga kita jumpa lagi di surga-Nya terindah. Amiin ya Rabbal’alamin.
Makam Imogiri atau yang juga dikenal dengan Pasarean Imogiri dibangun pada 1632. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, pada waktu itu raja Mataram Islam yang ketiga, Sultan Agung, sedang mencari tanah yang akan digunakan sebagai tempat pemakaman. Pembangunan kompleks makam dipimpin oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo, arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur Hindu dan Islam. Bata merah yang mendominasi area makam bagian atas merupakan ciri utama arsitektur Islam Jawa atau arsitektur Islam Hindu pada abad ke-17.
Saat ini Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri dan Masjid Pajimatan Imogiri dikelola oleh Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Yogyakarta sebagai pewaris resmi dari Kesultanan Mataram. Kedua keraton menempatkan masing-masing perwakilannya, yakni abdi dalem golongan atas yang disebut Bupati. Bupati dari Keraton Kasunanan Surakarta dan Bupati dari Keraton Yogyakarta masing-masing dibantu oleh abdi dalem golongan bawah dari masing-masing keraton yang bersangkutan. Tugas mereka adalah dalam menjaga Komplek Makam Imogiri. Dari Keraton Kasunanan Surakarta terdiri dari 41 abdi dalem, sedang Keraton Yogyakarta berjumlah 62 abdi dalem.
Gerbang menuju Makam Imogiri.
Pemilihan bukit sebagai lokasi makam tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat Jawa pra Hindu yang memandang bukit, atau tempat yang tinggi, sebagai suatu tempat yang sakral dan menjadi tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Selain itu, pemilihan lokasi di tempat yang tinggi pun merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat Hindu yang menganggap semakin tinggi tempat pemakaman, maka semakin tinggi pula derajat kemuliaannya.
KRP Tafsir Anom V dimakamkan di Makam Imogiri sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta. Abu Bakar Akbar putra sulung dari Ibu Sirriyah (putri dari Ibu Marhamah, anak kesepuluh Pengulu Tafsir Anom V) melakukan ziarah ke Makan Imogiri. Pengalaman yang menarik, karena setiap pengunjung laki-laki harus berganti pakaian dengan baju adat khas Jawa berupa jarit batik, beskap, dan blangkon.
Adam bin Abu Bakar berkesempatan mengunjungi Makam Imogiri untuk berziarah ke makam KRP Tafsir Anom V.
Sedangkan pengunjung perempuan diharuskan menggunakan kain jarit batik sebatas dada atau kemben sehingga terbuka di bagian bahu. Mereka juga tidak boleh berkerudung. Nah … Peraturan ini membuat kerabat perempuan dari Bani Tafsir Anom V urung untuk bisa naik hingga makam di atas.
Semoga saja suatu hari nanti akan ada perubahan peraturan. Sehingga kami bisa ikut naik hingga makam KRP Tafsir Anom V. Waaahhh … Sayang sekali ya bagi pengunjung perempuan terbatas untuk sampai di dalam.
Peraturan pakaian para pengunjung Makam Imogiri.
Saat masuk makam, para peziarah harus melepas alas kaki dan dilarang membawa kamera. Barang-barang itu dititipkan di kantor sekretariat makam.
Ruang sekretariat untuk mendaftarkan diri sebagai pengunjung dan menyimpan barang-barang yang tidak boleh di bawa hingga makam.
Para peziarah tak perlu repot membawa pakaian-pakaian yang disyaratkan itu dari rumah. Kantor sekretariat makam menyediakannya dan bisa disewa. Satu set pakaian peziarah disewakan seharga Rp 35 ribu. Ini harta pada tahun 2019, sekarang belum tahu apakah ada kenaikan harga atau tidak?
Sebelum memasuki kompleks pemakaman, pengunjung harus melalui ratusan anak tangga yang lebarnya 4 meter dengan kemiringan 45 derajat. Waaahhh … Lumayan harus menyiapkan tenaga nih! Semangat …
Mengutip dari Wikipedia, sebelum memasuki makam raja, terdapat banyak anak tangga yang lebarnya sekitar 4 meter dengan kemiringan 45 derajat yang menghubungkan permukiman dengan makam. Anak tangga di Permakaman Imogiri berjumlah 409 anak tangga. Anak tangga memiliki arti tertentu, yaitu:
Anak tangga dari permukiman menuju daerah dekat masjid berjumlah 32 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun pada tahun 1632.
Anak tangga dari daerah dekat masjid menuju pekarangan masjid berjumlah 13 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung diangkat sebagai raja Mataram pada tahun 1613.
Anak tangga dari pekarangan masjid menuju tangga terpanjang berjumlah 45 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan wafat pada tahun 1645.
Anak tangga terpanjang berjumlah 346 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun selama 346 tahun.
Anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan Walisongo.
Tampak di atas tangga sana sebuah gapura yang dibangun dari material batu bata merah khas bangunan tradisional Jawa. Ada kisah yang menarik terkait gapura yang dinamakan Gapura Supit Urang tersebut. Batu bata yang menyusun bangunan Makam Imogiri tidak direkatkan menggunakan spesi khusus seperti semen. Namun batu-batu bata tersebut disusun dengan metode kosod. Permukaan bata yang satu digosokkan dengan permukaan bata yang lain dengan diberi sedikit air hingga keluar semacam cairan pekat yang mampu melekatkan satu bata dengan bata lainnya. Metode ini dimungkinkan karena adanya campuran khusus pada bata masa itu yang tidak lagi terdapat pada bata masa kini. Unik dan keren ya …
Inilah makam KRP Tafsir Anom V yang dikunjungi oleh Abu Bakar Akbar.Choirul Anam putra dari Abdul Basit Adnan (putra dari Prof. KHR Mohammad Adnan) bersama keluarga berkesempatan juga mengunjungi Makam Imogiri.Makam di sana tidak ada namanya. Jadi kita harus melihat peta yang ada di sekretariat.
Menurut catatan di Buku Hijau -KRP Tafsir Anom V wafat pada hari Selasa, 20 September 1933. Pesan beliau sebelum wafat, “Aku bersyukur kepada Allah bahwa anak cucuku semua ikut menjaga dan memelihara diriku selama aku sakit. Hanya saja bersabarlah jangan banyak menuruti perasaan. Ikhtiar lewat dokter dan minum jamu pagi maupun sore sudah cukup. Oleh karena itu berserah dirilah terhadap apa yang ditakdirkan Allah. Apapun yang Allah kehendaki, pasti terlaksana.”
Upacara pelepasan jenazah KRP Tafsir Anom V dari ndalem Pengulon menuju Makam Imogiri diadakan pada hari Kamis, 22 September 1933 dengan upacara kebesaran Sri Nugraha I, dengan urutan rombongan jenazah diatur sebagai berikut:
Barisan terdepan terdiri para guru dan murid Madrasah Mambaul Ulum berjumlah 600 orang;
Diiringi barisan gendering dan terompet prajurit Keraton;
Para prajurit dengan memanggul senjara;
Jajaran para penewu, matri, lurah dengan menggunakan langkah upacara kebesaran;
Para khatib serta ulama;
Jenazah almarhun KRP Tafsir Anom V;
Para prajurit keraton.
Perwakilan keluarga yang memberikan sambutan adalah Raden Haji Muhammad Adnan, “Saya atas nama ahli waris mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada para pejabat, sahabat, dan kaum muslimin semua, yang telah melayat dan menghantarkan jenazah ayahanda KRP Tafsir Anom V. Semoga langkah para bapak semuanya akan diterima oleh Allah SWT dan apabila ada kesalahan dari ayahanda, maka ahli waris memohon kepada para hadirin untuk berkenan memaafkannya.”
Kemudian rombongan mobil jenazah dan bis menuju ke Makam Imogiri. Atas permintaan kaum muslimin di Kotagede maka jenazah KRP Tafsir Anom V diturunkan di serambi masjid untuk dishalat-jenazahkan yang dipimpin langsung oleh Kanjeng Kyai Pengulu Yogyakarta. Upacara pemakaman terletak di Sri Manganti, makam Astana Baginda Pakubuwono IX sebelah timur gerbang pertama, bersebelahan dengan makam KRA Sasradiningrat IV.
Peta makam KRP Tafsir Anom V no. 51.Peta Kompleks Makam Imogiri. Bagian tengah atau zona orange adalah Kompleks Makam Astana Kasultan Agungan sedangkan sayap kiri dan zona kuning adalah Kompleks makam Kasunanan Surakarta dan Pakubuwanan sedangkan pada bagian sayap kanan adalah kompleks makam Kasultanan Yogyakarta.
Saat ini Makam Imogiri terdiri dari beberapa kompleks utama yaitu: Kasultanagungan, Pakubuwanan, Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta. Sedangkan di kompleks makam Raja-raja Kasultanan Yogyakarta, terdapat tiga Astana atau Kedhaton sebagai ruang inti pemakaman Sultan, yaitu:
Kedhaton Kasuwargan, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Sri Sultan Hamengku Buwana III.
Kedhaton Besiyaran, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana IV, Sri Sultan Hamengku Buwana V, dan Sri Sultan Hamengku Buwana VI.
Kedhaton Saptarengga, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana VII, Sri Sultan Hamengku Buwana VIII, Sri Sultan Hamengku Buwana IX.
Abdul Nur Adnan yang saat ini berdomisili di Tinggal di Oxon Hill, Maryland Amerika Serikat adalah cucu dari KRP Tafsir Anom V (beliau putra dari Prof. KHR Muhammad Adnan) mengatakan, “Eyangku, kakekku, KRP Tafsir Anom V, yang dimakamkan di Makam Raja-Raja Imogiri. Aku belum lahir ketika Raja Paku Buwono X datang ke rumah Eyang di Kauman, Surakarta, ketika eyangku sakit. Semoga eyangku bahagia di alam sana.”
Prof. KHR Muhammad Adnan (Muhammad Sauman) putra keempat dari KRP Tafsir Anom V.Abdul Nur Adnan cucu dari KRP Tafsir Anom V, beliau adalah putra dari Prof. KHR Muhammad Adnan. Berpose sejenak di pelataran Makam Imogiri pada tahun 2016. Makam Sinuhun Paku Buwono X, yang telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Ini di makam Raja-raja Surakarta dan Jogjakarta di Imogiri. “Nisannya kuning keemasan, saya tidak tahu apakah itu dari emas,” tulis Abdul Nur Adnan di laman FB beliau.Makam Eyang KRP Tafsir Anom V di kompleks makam PBIX.
Pengalaman menarik ketika mengunjungi Makam Imogiri beliau berjumpa dengan orang asli Imogiri bernama Gus Nasarudin yang tahu cara membuat perjalanan menuju makam Eyang KRP Tafsir Anom V menjadi lebih mudah. Benar sekali tempatnya memang tidak mudah untuk dijangkau karena letaknya di bukit yang tinggi dan harus menaiki anak tangga hingga empat ratus lebih. Ternyata ada jalan samping yang bisa dilalui oleh mobil atau motor, tapi ini hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggunakannya. Tidak sembarang pengunjung. Peraturannya pun dinilai jlimet oleh beliau. Senangnya ada guide yang mengantar dan menyampaikan penjelasan berbagai hal terkait Makam Imogiri ini. Jadi ya sangat menyenangkan dan berkesan acara ziarah kali ini.
Satu lagi keluarga kerabat BTA V yang berkesempatan mengunjungi Makam Imogiri pada tahun 2017, yaitu Nurul Hayati binti Mochammad Tsabit Issom, putra dari R.Ng Darmosuroto (R. Mochammad Tohar/R. Mochammad Issom), beliau putra keenam dari KRP Tafsir Anom V.
Berhubung tidak berganti pakaian dengan jarit dan kemben, maka keluarga hanya berfoto di depan gerbang saja.Masjid Pajimatan Imogiri Masjid ini didirikan bersamaan dengan pembangunan kompleks Makam Imogiri pada tahun 1632 oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram ke 3. Masjid ini terletak di bawah bukit. Masjid ini berfungsi untuk menyolatkan jenazah para Sultan dan kerabat kraton sebelum dimakamkan di Makam Imogiri.
…
Sejarah Kelam Pengkhianat Kerajaan
Pada saat Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta, ada seorang pengkhianat yang bernama Tumenggung Endranata memberitahukan kepada Belanda bahwa Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta dan memberitahukan keberadaan lumbung-lumbung pangan prajurit Kerajaan Mataram. Mengetahui penghianatan tersebut, Tumenggung Endranata ditangkap dan dipenggal kepalanya. Jasadnya dibagi menjadi 3 bagian dan dikubur di areal Permakaman Imogiri secara terpisah, yaitu:
Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang. Badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang (Anak tangga yang permukaannya tidak rata). Kakinya dikubur di tengah kolam. Hal ini dilakukan oleh Sultan Agung agar setiap orang yang ingin mengunjungi makam pasti menginjak salah satu dari bagian-bagian jasadnya dan untuk mengenang sekaligus memperingatkan rakyatnya agar penghianatan tidak terjadi lagi.
Tulisan ini dikumpulkan untuk menjadi buku Jejak Kenangan Keluarga Bani Tafsir Anom V
Aku, Nurul H. Tsabit adalah anak ke 5 dari 7 bersaudara. Dilahirkan di Kediri,pada tanggal 31 Agustus 1958. Terlahir dari Bapak yang bernama : R.Mochamad Tsabit Issom. Ibu yang bernama : R.Tuti Atiah Adjhoeri.
Riwayat singkat keluarga
Eyang Kakungku dari garis Bapak,berasal dari Surakarta ( Solo ), memiliki nama lengkap : R.Ng.Darmosuroto ( M.Issom) atau biasanya kami memanggilnya Eyang Issom. Eyang Issom adalah Putra ke 6 dari Eyang Buyut KRP.Tafsir Anom ke V. Adapun Eyang Putriku dari garis Bapak berasal dari Kediri,bernama Eyang Raden Ayu Hindarsyah binti Alimusthoha.
Sedangkan ibuku berasal dari Tasikmalaya. Akiku bernama R.O.Adjhoeri. Dan Nenekku bernama R.Siti Zaenab.
Aku memiliki 2 kakak perempuan dan 2 kakak laki-laki..serta 2 adik laki-laki. Adapun urutan lengkapnya putera puteri bapak M.Tsabit Issom, sebagai berikut.. 1. Adjeng Hidayah Tsabit Issom. 2. Taufik Qurochman Tsabit Issom. 3. Abdul Rachman Tsabit Issom. 4. Tetty Fatimah Tsabit Issom. 5. Nurul Hayati Tsabit Issom. 6. Abdul Hadi Tsabit Issom. 7. Hery Moch.Ischak Tsabit Issom.
Alhamdulillah .. Aku menikah dengan suamiku..Mustafa Luthfi Makmuri Ghozali,pada tanggal 20 Desember 1987. Dikaruniai 2 orang anak. Dan saat ini juga sudah memiliki 2 cucu. Adapun nama anak pertamaku perempuan, yang telah menikah bernama : Rifka Fathnina ,suaminya bernama : Ahmad Abdul Hafiidh. Cucuku bernama : Fatimah Az Zahra dan Muhamad Umar Hafidz. Sedangkan anak keduaku yang belum menikah, laki-laki,bernama : Muhamad Ilmam.
…
Kenangan Ibadah Haji
Ibadah haji adalah Rukun Islam yang ke 5. Merupakan salah satu ibadah yang banyak aktifitas fisiknya dan menuntut fisik yang sehat dan prima. Selain perjalanan yang jauh dari Indonesia juga rangkaian ibadah yang harus dilakukan.
Ada kisah menarik saat dalam perjalanan di pesawat menuju ke Jeddah..maupun saat di bandaranya. Jamaah yang pergi menunaikan ibadah haji..dengan kami..di tahun 1998..beragam usia..serta asal suku bangsa ,demikian juga maupun saat tahun 2019. Alhamdulillah saat itu Allah memberi kami kesempatan Umrah di awal Ramadhan selama 12 hari dengan suami, mas Luthfi.
Di pesawat, saat mau ibadah haji, Aku duduk selain sejajar dengan mas Luthfi dan bi Diah, juga bersebelahan dengan seorang Nenek asal Bekasi yang sudah sepuh. Ia kelihatan sekali khawatir dan takutnya naik pesawat terbang. Sedangkan saat mau Umroh tahun 2019, aku duduk bersebelahan dengan Ibu-ibu yang hampir sebaya dengan aku asal nya dari Pati – Jawa Tengah. Di kedua perjalanan tersebut walau rentang waktu nya sekitar 22 tahun, tapi kasus yang terjadinya hampir mirip. Kedua ibu / Nenek yang aku ceritakan tersebut di atas mengalami kesulitan enggunakan toilet di pesawat terbang..jadi harus dibantu atau diberi contoh dahulu. Jadi rupanya Manasik Haji itu harus rinci dan lengkap juga ya..termasuk Toilet Training di Pesawat Terbang.
Betapa Allah subhanahu wa ta’ala membalas setiap kebaikan yang dilakukan oleh hambanya..sekecil apapun juga kebaikan yang kita lakukan….kadang sudah langsung ditunjukkan di dunia. Salah satu contohnya yang aku rasakan.. adalah ..saat saya berhaji di usia 40 th an aku dan mas Luthfi dititipi bi Diah yang sudah berusia 70 tahun.
Nah … Saat aku umroh diusia sekitar 60 tahun an. di bandara Soekarno Hatta, sebelum masuk ke pesawat..aku terpisah dengan mas Luthfi. Padahal tas tentengan saya cukup banyak, karena untuk perempuan dan laki-laki dipisahkan. Saat itu Allah menolong aku melalui seorang jamaah perempuan muda seumuran di atas Rifka, bernama mba Renny asalnya dari Kalimantan. Alhamdulillah selain mba Renny, juga suaminya akhirnya membantu kami menenteng barang-barangku.
Demikian juga saat thawaf di Baitullah. Saat haji, Bibi..berpegangan ke tanganku, dengan posisi aku di sebelah kiri yang lebih dekat ke pusaran thawaf / dekat Ka’bah. Sementara mas Luthfi menjaga kami dari belakang agar tidak terdorong oleh jama’ah lainnya. Sementara saat Umrah, Ustadz Pembimbingnya di depan diikuti oleh aku dan Ibu-ibu sepuh lainnya. Baru ibu-ibu muda, sisanya bapak – bapak termasuk mas Luthfi di dalamnya.
Suatu saat pas thawaf Umrah, aku berasa agak kesulitan bernafas dan berusaha mencari udara segar atau 0ksigen, maklum thawaf di siang hari dan sedang shaum juga bisa karena usia. Tiba-tiba … saat berusaha keluar sedikit dari rombongan, suami mba Renny ikut bantu jaga agar aku tidak ditabrak jamaah rombongan lain dan minta aku masuk ke dalam rombongan.
Hikmah yang lainnya..bila berhaji atau berumrah di usia relatif muda untuk kasusku berhaji di usia 40 tahunan ..sangat banyak. Baik rangkaian sholat wajib dan sunnah, maupun berdzikir, berdo’a maupun tadarus Al Qur’an dan rangkaian ibadah lainnya yang mengharuskan kita bolak balik harus ke Masjid.
Dari mulai masuk Masjid Nabawi untuk mendapatkan shaf sholat serta agar dapat masuk ke Raudhah. Juga saat masuk ke Masjidil Haram untuk melakukan sholat dan thawaf serta rangkaian ibadah lainnya. Saat usiaku 40 tahunan, aku relatif bisa lebih sering thawaf umrah sebagai pengganti tahiyatul Masjid di Masjidil Haram. Bahkan pernah saat mas Luthfi kurang sehat, aku izin untuk pergi ke Masjid sendiri dan melakukan thawaf sendiri. Lalu saat ibadah Sa’i sebagai bagian dari ibadah haji nya..langkah kakinya terasa lebih ringan, dibandingkan saat sa’i untuk umrah yang aku rasakan di usia 60 tahunan. Demikian juga untuk berdo’a berlama..lama depan Multazam..maupun sholat sunnah dan berdo’a di belakang Maqam Ibrahim.
…
Kisah Munajat di Multazam
Munazat di Multazam,yaitu tempat antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah..dengan berdo’a. Do’a nya yang dipanjatkan..tergantung kita yang berdo’a. Alhamdulillah pada tahun 1998, kami bertiga berkesempatan berdo’a persis di depan Multazam. Ada do’a yang aku ingat betul sampai saat ini di antaranya Do’a untuk anak, agar diterima sekolah di sekolah yang baik. Pendidikan umum nya maupun pendidikan agamanya. Qadarullahnya, Alhamdulillah … Mereka diterima di sekolah yang mereka cita-citakan.
Lalu aku juga teringat untuk mendo’akan kakak-kakak dan adik untuk segera dapat menunaikan ibadah haji. Alhamdulillah sekarang semua kakak dan adik sudah menunaikan ibadah haji, kecuali mba Adjeng yang sangat sibuk menjadi Diplomat sehingga waktu itu belum sempet.
Dan masih banyak do’a yang lain, termasuk permohonan agar diberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada satu do’a yang aku panjatkan..yang rasanya baik juga untuk diceritakan di sini. Karena selama kuliah di ITB..serta saat berbelas- belas tahun bekerja di pabrik / industry otomotif, lebih banyak kawan dan karyawan laki-laki sehingga saat itu menyempatkan berdo’a memohon ampun kepada Allah dan memohon diberikan yang terbaik oleh Allah, termasuk di bidang pekerjaan aku.
Singkat cerita..kami telah selesai menunaikan ibadah haji..dan kembali pulang ke Indonesia. Selama menunaikan ibadah haji..saat itu belum musim nya kita membawa hp ..dan tidak mengikuti perkembangan berita tentang kondisi di tanah air melalui TV atau apapun.
Nah … Tiba-tiba saat di pesawat ada kawan sesama jamaah yang membaca berita di koran yang ada di pesawat tentang perkembangan di tanah air..terutama di bidang ekonomi. Katanya rupiah anjlok dan seterusnya. Saat ibadah haji itu kami selama kurang lebih 40 hari..berangkat di bulan Maret 1998, kembali di bulan April 1998.
Ya Allah … Qadarullahnya, pada bulan Mei 1998..terjadi krisis Moneter, sempet tidak terkendali. Terjadi banyak pembakaran dimana-mana. Kondisinya menjadi kurang aman, baik untuk warga sipil maupun dunia usaha. Termasuk di tempat aku bekerja.
…
Kisah ini akan berlanjut dengan artikel berjudul Hikmah di Masa Krisis Moneter 1999
Wallahu’alam. Bekasi, 27 Maret 2021. Nurul H.Tsabit Issom.
Tulisan ini dikumpulkan untuk menjadi buku Jejak Kenangan Keluarga Bani Tafsir Anom V.
Penulis Nurul H. Tsabit Issom.
Melanjutkan kisah selepas perjalanan ibadah hajiku di tahun 1998. Selama menunaikan ibadah haji tidaklah sempat membaca dan menonton berita tentang tanah air tercinta. Namun … Begitulah kejadian di tahun 1999 yang kita kenal sebagai masa krisis moneter.
Bahagia menjadi Yangti untuk kedua cucuku.
Permintaan pasar jadi menurun sehingga berpengaruh kepada produksi..akibatnya perusahaan harus melakukan PHK besar-besaran. Saat itu aku yang masih menjabat sebagai Manager juga diminta perusahaan untuk memilih. karyawan yang menjadi staffku, mana yang harus dipertahankan ? Mana yang harus terkena PHK ? Sedih rasanya, membayangkan keluarga karyawan yang terkena PHK.
Dan semakin sedih juga karena tuntutan dari Serikat Buruh. Aku dan Manager HRD yang sama-sama perempuan, qadarullah terkena PHK dengan mendapat pesangon. Saat itu aku sempat menghadap ke Wakil Presiden perusahaan, yang kebetulan orang Jepang. Perusahaan tempat aku bekerja sudah jadi PMA. Apa alasannya, sehingga aku termasuk yang di PHK ?
Dalam hati sempat bertanya-tanya, apakah karena sempat meninggalkan pekerjaan selama 40 hari ? Aku berangkat menunaikan ibadah haji. Walaupun di peraturan perusahaan dibolehkan. Jawaban dia, ‘Nurul San … Bekerja baik. Tapi karena Nurul San punya suami, jadi kan masih ada suami yang memberikan nafkah’. Lho kok …?
Akhirnya aku menemui Presiden Direktur, dia orang indonesia asli dan Muslim, serta sudah menjadi atasan atau pemilik perusahaan dari awal aku masuk bekerja saat perusahaa masih berstatus PMDN. Esoknya, diputuskan walaupun aku di PHK di perusahaannya yang bergerak di industry automotive, tetapi langsung diterima lagi di perusahaan barunya dengan partner lainnya dan pengelola yang berbeda.
Di tempat yang baru sedang mengembangkan bengkel dengan nama Precision Tune Auto Care. Perusahaannya PMDN. Dikelola oleh mantunya pemilik perusahaan tempat aku bekerja dari awal. Mantunya berkewarganegaraan Amerika. Bengkel ini bekerja sama dengan pemodal lainnya. Ada orang indonesia jug, .tetapi suku asalnya orang tuanya atau leluhurnya dari China.
Jadi mereka berembug dan memanggilku serta memutuskan agar aku menjabat sebagai General Manager untuk perusahaan penunjang bengkelnya sekaligus merangkap sebagai Direktur dari Bengkelnya. Dengan pertimbangan karena aku orang Indonesia asli, muslimah dan berhijab. Kalau mereka tidak mungkin, karena saat itu suasana dan situasi di Indonesia tidak aman atau kurang aman untuk mereka. Jadi jabatan malah jadi naik dari posisi aku sebelumnya di perusahaan yang lama dan tentu saja Rupiah salarynya. Ya..Allah … Apakah ini jawaban dari do’aku kepada-Mu di depan Multazam ?
Qadarullah, pemilik perusahaan yang aku sudah bekerja dengannya dari tahun 1985, walau sempet 3x berbeda nama PT nya, tapi aku ikut terus bekerja dengannya hingga dia pada tahun 2003 wafat. Pada tahun yang sama, perusahaan / bengkel mengalami masalah perburuhan yang serius. Sistem karyawan kontrak yang diberlakukan bagi karyawan pabrik ditentang oleh serikat buruhnya, sampai harus mengalami sidang perburuhan. Akibatnya agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang berkepanjangan, bengkelnya di lock up atau ditutup. Konsekwensinya aku yang saat itu diminta menjabat sebagai Direktur harus selesai dan tidak bekerja di situ lagi.
Alhamdulillah … Janji aku untuk tetap bekerja dengan pemilik yang aku ikuti dari aku awal bekerja di perusahaannya tahun 1985 berakhir di tahun 2003 atau sampai dia wafat. Pesan yang selalu aku ingat, ‘Nurul … Kamu bekerja disini terus ya, sama saya’. Berarti Alhamdulillah, amanah yang telah diembankan kepadaku juga telah selesai.
Bekerja di pabrik atau industry otomotif maupun di bengkel..menuntut kedisiplinan dalam segala hal. Termasuk waktu atau jam kerja yang ketat. Karena kita bagian dari suatu sistem produksi saling bergantung satu dengan lainnya. Era setelah tahun 2003 itu saat usiaku masuk ke usia 45 tahun dan tuntutan di rumah sebagai ibu dari kedua anakku yang masih sekolah semakin besar. Hal itu membuat aku mencari pekerjaan yang waktunya lebih fleksibel. Agar aku dapat lebih mengatur kapan harus bekerja ? Kapan harus menemani anak ke sekolah ? Apalagi setelah anakku kuliah diluar kota.
Jadi bisa mengatur kapan harus menengok mereka di tempat kost nya mereka di luar kota juga. Sehingga akhirnya aku sempat mencoba di bidang pemasaran, baik di industri asuransi selama 3 tahun. Mengelola supermarket buah selama 3 tahun. Sebelum akhirnya mengelola sebuah bimbingan belajar.
Senangnya Punya Waktu Luang
Alhamdulillah.. Anakku Ilmam berkesempatan juga ikut les ditempat bimbingan belajar yang aku kelola. Ia berhasil tembus masuk ITB di Jurusan STEI pada tahun 2011 tanpa test. Rifka bisa kuliah di kedokteran Unsoed Purwokerto melalui test, saat itu aku belum mengelola bimbingan belajar. Aku mengelola bimbingan belajar selama 8 tahun. Dan pada tahun 2017, di usiaku yang ke 59 tahun, aku tidak lagi berminat untuk meneruskan lagi bimbingan belajarnya. Alasan utama karena usia dan sudah punya cucu.
Mulai lah aku punya kegiatan untuk menengok cucu di Parung. Oya … Rifka setelah lulus mendapat tempat praktek dan rumah di Parung. Selain juga untuk mulai benar-benar menjadi ibu rumah tangga saja. Menikmati menjadi seorang Eyang Puteri, atau biasanya cucuku Zahra memanggilnya Yangti.
Ada beberapa hal yang bisa diceritakan juga dengan waktu yang fleksibel itu, Aku sempet diminta juga untuk mengurus Majelis Ta’lim..ibu-ibu di Masjid Komples rumah selama satu periode sebagai ketua Majelis Ta’lim. Lalu mengikuti aktifitas di kumpulan MT yang ada di Bekasi / BKSM sampai sekarang..baik sebagai anggota seksi pendidikan..maupun pernah di bidang usaha juga. Di Majelis Ta’lim ibu..ibu inilah maupun di BKSM..akhirnya aku benar-benar memasuki dunia ibu-ibu / perempuan, setelah sebelumnya banyak berkecimpung di dunia laki-laki terutama saat masih bekerja di pabrik maupun bengkel. Sebenarnya saat mengelola supermarket buah sudah banyak karyawan perempuannya walau masih ada yang laki-laki.
Demikian juga..saat bekerja di pekerjaan yang waktunya flexibel..aku sempat kursus Pendidikan Mubaligh Al Azhar di Masjid Al -Azhar Keb Baru Jakarta selama 4 tahun, Ini juga sudah mulai banyak kawan perempuannya. Atau di tempat kursus tarjamah Al Qur’an yang pernah aku ikuti.
Rupanya pepatah..Life begins at forty itu benar aku rasakan. Aku sempat merasakan naik turunnya karir aku dalam pekerjaanku. Serta Allah juga ingin mengajarkan kepada aku bahwa jabatan hanyalah suatu amanah, suatu saat dapat diambil lagi oleh Allah sang Pemilik alam semesta ini. Dan Allah mengajakan kepadaku melalui pengalaman hidupku dan nasihat ibuku bahwa jangan pernah gentar menghadapi hidup. Ada Allah. kalau ada apa-apa mintalah langsung ke Allah. Demikian juga rezeki itu kadang bisa datang dari arah yang tidak kita duga. Slama kita masih hidup yakinlah Allah pasti memberikan rezeki untuk kita.
Hikmah lainnya yang Allah ajarkan kepadaku sesuai dengan yang tertera dalam Al Qur’an..QS: Al Ahqaf,46:15, bila kita sudah berusia 40 tahun agar lebih berbuat baik kepada ibuku. Bapakku mah memang sudah wafat dari aku kecil di usia 6 tahun. Alhamdulillah, setelah bekerja yg flexible time, aku juga saat itu sampai ibuku wafat lebih bisa mengunjunginya, dibandingkan saat masih bekerja di pabrik / bengkel.
Doa Saat Berumur 40 Tahun
Setelah usia 40 tahun, Allah memerintahkan kita untuk lebih baik ibadahnya dan lebih baik banyak berdo’a, Salah satu do’anya adalah do’a yang terkandung di dalam QS:46:15. Alhamdulillah ya Allah., saat do’aku di depan Multazam, aku minta diberikan yang terbaik menurut Allah. Baru dapat aku ketahui hikmahnyakemudian. Jadi sering tidak pada saat kejadian / ujian yang menimpa kita nya. Hanya kepadaMu kami bergantung ya Allah..dan hanya kepadaMu..kami memohon pertolongan.
Allah SWT berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسَا نَ بِوَا لِدَيْهِ اِحْسَا نًا ۗ حَمَلَـتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗ وَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰـثُوْنَ شَهْرًا ۗ حَتّٰۤى اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً ۙ قَا لَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَ صْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِ نِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَwa washshoinal-ingsaana biwaalidaihi ihsaanaa, hamalat-hu ummuhuu kurhaw wa wadho’at-hu kurhaa, wa hamluhuu wa fishooluhuu salaasuuna syahroo, hattaaa izaa balagho asyuddahuu wa balagho arba’iina sanatang qoola robbi auzi’niii an asykuro ni’matakallatiii an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihang tardhoohu wa ashlih lii fii zurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal-muslimiin “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.””(QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 15)
Tulisan ini dikumpulkan untuk menjadi buku Jejak Kenangan Keluarga Bani Tafsir Anom V.
Dengan mengucap “Basmallah” aku memulai tulisan ini.
Aku adalah Salmah Kurniasih anak ke-3 dari 7 bersaudara Bapak Mochammad Bachit Issom (Alm) dan Ibu Sri Redjeki (Almarhumah). Bapak dan ibuku adalah saudara sepupu, bapakku adalah anak pertama dari pasangan eyang Issom bin Tafsir Anom V, sedangkan ibuku adalah putri bungsu dari 3 bersaudara dari eyang Marhamah binti Tafsir Anom V.
Bersama keluarga : suami, anak-anak dan cucu. Alhamdulillah …
Aku ingin berbagi sedikit pengalamanku dengan ayahku. Walau kami bertemu hanya sampai aku usai 16 tahun (kelas 1 SMA), tapi aku kagum dengan ayahku, beliau adalah orang yang tegas dalam pendirian, penyayang, dermawan InsyaAllah ini semua akan menjadi pahala di akhirat aamiin.
Aku ingin menceritakan keberangkatan haji ayahku. Ayahku dan ibunya yakni eyang Salamah berangkat haji yang pertama di tahun 1971. Saat itu ibuku tidak ikut serta untuk menunaikan ibadah haji dikarenakan habis melahirkan anak terakhirnya yaitu adikku yang bernama Siti Rochana (almh).
Alhamdulillah di haji pertama ayahku dan ibunya berjalan lancar, baik dan mudah sehingga mereka bisa kembali ke tanah air sehat dan selamat. Di tahun 1980 ayahku dan ibunya berniat ingin melaksanak haji yang kedua untuk membadalkan atau menggantikan mbah buyut kami yakni orang tua dari eyang Salamah yang sudah berniat untuk berhaji akan tetapi tidak terlaksanakan karena sudah dipanggil oleh Maha Kuasa terlebih dahulu, maka di tahun 1980 berangkatlah ayahku, ibunya dan ibuku, untuk ibuku ini merupakan ibadah haji yang kali pertama.
Saat hendak berangkat haji saat itu kondisi kesehatan ayahku terbilang baik, walaupun tekanan darah agak tinggi, sehingga ketiganya tidak ada yang mengkhawatirkannya. Akhirnya mereka berangkat bersama rombongan haji DKI. Sebelum berhaji, ayahku sempat bertanya kepada Kyai H Ghozali seorang Kyai yang tinggal dekat rumahku di bilangan Grogol Jakarta Barat, apakah ciri-ciri haji yang mabrur itu? Namun pak Kyai berkata, akan menjawabnya nanti jika bapakku kembali pulang setelah menunaikan ibadah haji.
Cerita ibu kepada kami setelah ayahku sampai di tanah suci. Beliau hanya melaksanakan rukun-rukun haji saja, sedangkan yang sunnah tidak dikerjakan karena faktor kesehatan ayahku saat itu. Ketika ingin pulang ke tanah air keadaan yang sudah semakin payah. Dalam perjalanan menuju Bandara Jeddah, ayah saat itu sudah dalam keadaan setengah sadar dengan terus mengucap “Nafar Tsani” “La Illaha Illallah” 3x secara berulang dan lantang. Sehingga orang-orang yang berada di Klinik Haji Jeddah melihat ke arah ayahku. Ternyata saat itu menurut ibu, beliau sedang keadaan nazak atau sakaratul maut dengan didampingi oleh ibunya. Agar tenang ayah disuntik oleh tim kesehatan haji Indonesia sebanyak 3 kali, dan setelah itu meninggal dunia.
Inilah jawaban dari kyai H Ghozali bahwa ayakhu bapak H Moehammad Bachit Issom meninggal dunia dengan mengucap kalimat toyibah kalimat tahlil, syurga balasan bagi haji yang mambrur. Semoga kita semua di grup Bani Tafsir Anom ini mendapat Husnul Khatimah 3x Al fatihah… Aamiin.