Jejak Umroh Penuh Hikmah

Standar

Perjalanan Jiwa Lebih Berharga Daripada Perjalanan Raga

Begitulah sejatinya seorang pejalan sejati memaknai setiap langkah kakinya di atas muka bumi. Dekat atau jauh bukanlah ukuran mana yang lebih bermakna. Namun … Kekayaan pengalaman dan hikmah yang didapat baik diawal, saat menjalankan, dan diakhir perjalanan itulah yang bernilai tiada tara. Terlebih bila pejalan sejati bisa semakin mengenal Tuhannya, Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Terpuji.

Niatkan perjalanan untuk semakin mendekat kepada-Nya, merasakan betapa sungguh Allah Mahabesar lagi Mahakuasa. Jejak umroh bersama suami dan Teteh pada tahun 2018 saat berusia 10 tahun benar-benar penuh hikmah. Umroh kali ini sebagai bentuk rasa syukur atas prestasi Teteh menyelesaikan hafalan juz 30 Al-Qur-an. Aku mendoakan Teteh agar diberikan kemampuan oleh Allah subhanahu wa ta’ala menyelesaikan hafalan Al-Qur-an hingga 30 juz. Aku pun mendoakan Mas anakku kedua yang ingin kuliah di ITB juga Kaka yang sedang tugas akhir di Unpad semoga diberikan-Nya kemudahan dan kelancaran dalam prosesnya.

Pesawat mendarat di Madinah dini hari, jadi bisa bersiap-siap untuk shalat Subuh di Masjid Nabawi.

Penerbangan dengan Oman Air dari Bandara Internsional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Muscat Oman sekitar dua jam transit, sebelum melanjutkan terbang ke Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz atau Bandara Madinah. Suasana bandara Muscat sepi karena hari sudah menjelang tengah malam. Namun setiba di Bandara Madinah suasananya cukup ramai dengan jamaah Umroh yang berdatangan dari berbagai negara.

Al-Madinah Al-Munawwarah (Kota yang Bercahaya)

Teteh di Masjid Nabawi Madinah.

Saat berada di Madinah Teteh berjumpa muslim asal Baghdad Irak. Seorang laki-laki paruh baya yang ramah dan murah senyum. Teteh seperti biasa senang wara-wari sambil berceloteh saat menunggu ayahnya bergabung di lobi hotel. Tiada disangka … Aku bisa berbincang dengannya dalam bahasa Inggris (diawal percakapan aku minta maaf tak pandai berbahasa arab hanya sedikit saja faham kosa kata sederhana). Dia sangat senang ketika tahu Teteh sudah hafal juz amma.

MasyaallahMasyallah …”, begitu ucapnya. Sebelum berpisah dia panggil, “Maryam … Maryam HereGift for you.” Selembar lima Riyal diberikannya kepada Teteh, “You nice girl.” Aku dan Teteh menjawab dengan takzim, “Jazakallah khayr,” lalu pamit menuju lift karena harus segera menuju ruang pertemuan, ada kajian dari Ustadz yang menjadi guide rombongan. Beliau adalah mahasiswa magister di Universitas Madinah jurusan Tafsir Al-Qur’an.

Pelataran Masjid Nabawi yang dilengkapi payung-payung lebar elektronik.
Teteh senang berkeliling masjid hingga bagian Kubah Hijau dan Perak yang menandai lokasi Raudah dan makam Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam.

Betapa bahagianya menjadi pencinta Al-Qur’an, membacanya, menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya. Semoga Allah Yang Mahalembut lagi Maha Pemurah melimpahkan rahmat-Nya bagi para penjaga Al-Qur’an. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman kehidupan hingga kelak selamat dan bahagia dunia-akhirat.

Shalat di Masjid Nabawi bersama saudara muslim dari segala penjuru bumi.

Merpati Kecintaan Khadijah radhiyallahu ‘anha

Kisah menarik yang Teteh alami saat Umroh adalah bermain dengan burung merpati. Tahukah para pembaca, jika burung merpati adalah hewan kesayangan Khadijah radhiyallahu ‘anha? Beliau istri tercinta Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wassalaam. Nah … Selama tiga hari berada di Kota Madinah, setiap kali Teteh pergi menuju Masjid Nabawi akan melewati Masjid Ghamamah yang unik desainnya. Oya … Di pelataran dan kubah masjid banyak burung merpati berwarna abu-abu.

Teteh memberi makan burung Merpati remah roti kering dan menyapa, “Hai burung … Senang bertemu dengan kalian.”

Entah merpati itu mengerti atau tidak? Hhhmmm … Tapi sepertinya merpati itu senang diajak ngobrol deh! Teteh mendekat dan kadang mengejar sambil tertawa riang. Jadilah merpati itu terbang berseliweran di atas kepala kami. Seru sekali.

Selain berjumpa merpati, Teteh juga seringkali berpapasan dengan kucing. Iya loh! Aku heran kenapa Teteh seringkali tiba-tiba bertemu kucing yang entah dari mana munculnya? Dipanggilnya kucing itu, “Meoooonggg … pus …. meooongggg sini!” Kucingnya menatap Teteh, bahkan saat mereka berjalanpun sejenak berhenti dan menengok ke arah kami.

Ada kejadian lucu saat Teteh menarik tanganku yang siap masuk ke lobi hotel, “Buu … Lihat deh ada anak kucing. Tuh … Lagi nenen sama induknya.” Aku celingukan mencari mana kucing ada di dekat sini. Eeehhh … Ternyata kucingnya ada di bawah tangga toko sebelah hotel. Waduh aku aja harus jongkok saking penasarannya, Teteh dari jauh bisa melihat ada kucing di sana. Beberapa orang memperhatikan kami, mungkin aneh juga ini ibu dan anak bela-belain pingin lihat kucing sampai jongkok begitu.

Saat di Kota Madinah Teteh sengaja membawa roti isi daging untuk diberikan kucing. Saat bertemu kucing di gate 5 diberikan rotinya, kucingnya malu-malu kucing. Baru dimakan setelah kami berlalu dan melihatnya makan dari kejauhan. Kucing adalah hewan kesayangan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam. Semoga kami bisa menjadi penyayang semua makhluk ciptaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Selesai kunjungan di Kota Madinah selama tiga hari, Aku dan Teteh melakukan miqat di Masjid Bir Ali sebelum menunaikan Umroh.

Aku dan Teteh memperbanyak talbiyah sepanjang perjalanan menuju Kota Makkah, “Labbaik Allahuma labbaik, Labbaik laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wanni’mata laka wal mulk, Laa syariika laka.” Aku datang ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu. Kusambut panggilan-Mu, dan tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Kalimat indah ini terus terpatri di dalam relung hati.

Bulan Purnama di Atas Ka’bah

Umroh dilaksanakan selepas tengah malam menuju dini hari. Waktu ini dipilih agar jamaah Umroh merasa lebih nyaman dengan udara sejuk dan tidak terlalu padat. Ternyata malam ini langit Makkah cerah berhias taburan bintang dan bulan purnama. Hatiku sering tergetar bila memandang bulan purnama entah mengapa?

Suasana malam di pelataran Ka’bah.

Saat pelaksanaan umroh, bulan purnama mengiringi perjalanan sejak miqat hingga akhir ibadah. Karunia Allah Yang Mahasuci lagi Mahaperkasa membuatku tak henti melantunkan dzikir, doa, kalimat tayyibah dan ayat-ayat Al-Qur’an.

Airmatapun menemani dengan setia. Aku genggam tangan Teteh selama tujuh kali putaran tawaf. Sesekali kami memandang Ka’bah … Terus meninggi memandang langit Makkah berhias bulan purnama yang indah. Subhanallahi wa bihamdih. Tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau-lah yang menciptakan aku.

Doaku melangit, “Aku adalah hamba-Mu, aku (yakin) dengan janji-Mu dan aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat, aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu … ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau … aamiin.” Semoga Allah Yang Mahabaik lagi Maha Penyantun mengabulkan.

Dimanakah di muka bumi ini sebuah tempat seperti Baitullah? Ka’bah kiblat shalat wajib dan shalat sunnah dari segala penjuru dunia, dijadikan poros tawaf tujuh kali putaran, diiringi dzikir, dan doa kepada Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar, serta lantunan ayat Al-Qur’an. Tempat yang senantiasa dirindu milyaran umat Islam. Allah Yang Mahakaya lagi Maha Pengampun memberikan ganjaran shalat di Masjidil Haram pun berlipat 100.000 kali.

Teteh berpose setelah melaksanakan shalat Subuh di bagian dalam Masjidil Haram.

Saat kami shalat bersebelahan dengan muslimah Palestina. Dia guru Al-Qur’an dan bisa berbahasa Inggris. Rasanya gembira sekali dapat berkenalan dan sedikit berbincang dengannya. Dia bertanya apakah Teteh bisa membaca Al-Qur’an? Aku bilang Alhamdulillah, Teteh sudah khatam 30 juz dan hafal juz 30. Tampak binar di matanya dan berucap, “Subhanallah … Masyaallah …” Teteh menitipkan hadiah kecil yang dibalasnya dengan doa agar kami bisa mengunjungi Palestina suatu waktu nanti. Kami berpelukan erat dan Teteh dicium sayang.

Teteh di pelataran Masjidil Haram. Aku teringat pengalaman Haji tahun 2006/2007 artikel lengkapnya di sini: https://mamahgajahngeblog.com/hikmah-ibadah-haji/
Jabal Uhud adalah tempat yang penuh hikmah. Teteh belajar sejarah perjuangan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalaam bersama para sahabat beliau langsung di lokasi aslinya, barakallah.

Aku selalu bermohon suatu hari nanti kembali bersujud di tanah suci ini, meneteskan airmata hingga lidah pun kelu hanya jiwa yang mampu bersuara bersama denyut jantung dan tarikan nafas. “Ya Rabbal’alamin … Undang kami kembali menjejakkan kaki di Baitullah.”

Sebelum kembali ke tanah air, Teteh melaksanakan tawaf perpisahan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan : “Janganlah memberatkan untuk mengadakan perjalanan kecuali ketiga masjid; (1) Masjidilharam; (2) Masjid-ku (Masjid Nabawi); (3) Masjidilaqsha.” (HR. ad-Damiri, an-Nasa’i, dan Ahmad).

‘Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog’ https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-feb-2022-pengalaman-travel-berkesan/

Satu tanggapan »

  1. MasyaAllah nikmatnya umroh apalagi setelah achieve hafal juz 30. Selamat ya Teteh. Jadi terinspirasi mengajak anakku umroh juga kelak setelah kami hafal juz 30. insyaAllah Ada rezeki.

  2. Wah Teh Dewi, saya ikut bahagia dengan hadiah buat Teteh setelah menghafal 30 juz. Alhamdulillah. Setuju dengan Mba Shanty, itu hadiah terbaik buat Teteh. Di usia yang masih beliau sudah mampu menghafal AlQuran. 🙂

    Teteh anaknya penyayang binatang banget ya Teh Dewi. Masya Allah. Burung-burung, kucing, dihampiri dengan penuh kasih sayang. *melirik ke diri sendiri yang malah ngabur dari kawanan burung dan kadang malah mengusir kucing ehehehehe

  3. Pastinya perjalanan yang istimewa ya, di umur 10 tahun bisa mengunjungi kota yang menyimpan begitu banyak pelajaran di dalamnya. Semoga bisa membuat teteh menjadi anak yang tetap takut akan Tuhan dan sayang dengan orang tua dan kakak-kakaknya.

  4. Baca ini aku jadi kangeeen banget pengen ke tanah suci lagi mba 😊. Pengen nya kalo kali kedua bisa ajak anak2. Biar mereka melihat langsung Ka’bah yg selama ini hanya dilihat di buku. Tanah suci itu memang ga pernah bosan untuk didatangi yaaa. Mengingat antrian haji bisa puluhan tahun, makanya umroh lah yg bisa aku lakuin dulu kalo kangen Ama tanah suci

Tinggalkan komentar