Ya Nabi Salam’alaika, Kenangan Haji dan Umrah

Standar
Kubah Hijau dan Kubah Perak saat malam hari selepas shalat isya.

Di Raudah Terasa Seperti Shalat Bersama Rasullah

Hikmah saat menunaikan ibadah haji tahun 2006 / 2007. Berada di kota Madinah selama 10 hari. Setelah sebelumnya hampir 30 hari berada di kota Makkah untuk melaksanakan ibadah haji seperti wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, mabit di Mina, tawaf dan sa’i di Masjidil Haram, juga ziarah tafakur sejarah Islam di sekitar kota Makkah.

Di Masjid Nabawi, dua kali aku berada di raudah ‘taman surga’, seperti ucap Nabi Muhammad : “Antara kamarku dan mimbarku adalah taman (raudah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari no. 1888).

Alhamdulillah aku dapat shalat dua rakaat dengan tenang dan nyaman. Pada kesempatan lain aku berkeliling masjid sampai makam Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Kubah hijau menandai rumah ibunda Aisyah yang kini menjadi makam, di sanalah Nabi Muhammad wafat dan dikuburkan. Betapa sederhana dan bersahaja kehidupan Beliau, namun betapa tinggi kecintaan beliau kepada umatnya. “Umati … umati … umati …” begitulah pesan terakhir Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjelang wafatnya. 

Suasana di pelataran Masjid Nabawi menjelang waktu shalat.

Airmata ini tak terasa deras mengalir membasahi pipi. Aku, sejenak berdiam di pelataran Masjid Nabawi Madinah. Sesaat sebelum menunaikan ibadah shalat berjamaah dan berkunjung ke Raudah. Alhamdulillah. “Ya Nabi salam ‘alaika, ya Rasul salam, salam ‘alaika, ya Habib salam ‘alaika, shalawattullah ‘alaika …” Shalawat dan salam kepada kekasih Allah Yang Maha Besar lagi Maha Pemberi Karunia menjadi tali penghubung antara umatnya dengan Nabi Muhammad yang mulia. Masjid Nabawi adalah saksi sejarah perjuangan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam menyebarkan agama Islam sampai ke seluruh penjuru dunia. Cahaya terang benderang pembuka kegelapan telah Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemaaf tetapkan dari Masjid Nabawi.

Senja di Masjid Nabawi suasananya syahdu.

Bukankah Nabi Muhammad tetap ada di Madinah sejak hijrah hingga wafatnya? Artinya Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mulia telah mengabulkan do’a Beliau, untuk menjadikan Madinah, khususnya Masjid Nabawi. Sebagaimana di dalam do’a Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam  yang terkenal : “Ya Allah … Berikanlah kecintaan kami kepada Madinah, sebagaimana Engkau berikan kecintaan kepada Makkah, atau lebih dari itu. Dan bersihkanlah ia serta berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya, dan gantilah wabah penyakitnya dengan juhfah.” (Shahih Bukhari no. 1889). 

Teteh Umrah Karena Cinta Allah dan Rasulullah

Alhamdulillah sepuluh tahun kemudian, pada saat anakku, Teteh berusia 10 tahun bisa menunaikan ibadah umroh. Cuaca bulan April tahun 2018 sangat nyaman menemani perjalanan ibadah kami. Masyaallah. Teteh sangat bahagia bisa beribadah di Masjid Nabawi Madinah. Teteh berpose sejenak di depan pintu masuk Masjid Nabawi. Indah sekali ornamen di masjid ini.

Mengapa waktu senja selalu dinanti banyak orang? Senja kala mentari hendak menyelesaikan tugas beratnya menerangi siang. Mentari meninggalkan jejak indah, semburat jingga. Perlahan mengantar siang kepada malam. Selimut kehidupan, gelap menyelubungi kelelahan dan kepayahan. 

Aku dan si bungsu Teteh, bergegas keluar dari kamar hotel menuju lift setengah tua. Kecil ukurannya cukup untuk  6 orang saja. Sedikit berderak … Menyisakan rasa gentar, jangan-jangan mogok. Namun, bismillah, semua akan baik-baik saja. Hotel tempat kami menginap di Madinah ini bintangnya hanya tiga. Sengaja kami mengambil paket hemat saat menunaikan ibadah umroh tahun 2017 sesuai saldo tabungan kami. Bersyukur Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana berikan rezeki hingga bisa berangkat bertiga, sebagai hadiah Teteh telah khatam Al-Qur’an dan menyelesaikan hafalan juz 30.

Teteh mendapatkan hikmah dari sejarah kehidupan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Segala puji bagi Allah Yang Maha Terpuji lagi Maha Pemurah, Rabb semesta alam, pengalaman spiritual yang luar biasa didapatkan ketika ziarah ke Madinah. Jejak Nabi Muhammad nyata ada di sana. Perjuangan dakwah Islamiyah, ketegaran hati, kepemimpinan, akhlak mulia, persahabatan dalam iman dan islam, bahkan kecintaan Beliau kepada umatnya terpancar dari Madinah. Hal menarik ketika berada di Masjid Nabawi adalah menyelami kehidupan Nabi Muhammad bersama keluarganya. Ternyata rumah Beliau sangatlah sederhana dan kehidupan sehari-harinya sangat bersahaja.

Ukuran rumahnya tak lebih dari 5 x 4 m2 dan halaman belakang 5 x 3,5 m2. Atapnya dari pelepah kurma, dindingnya dari batu bata tahan api, lantainya tanah. Subhanallah … Luar biasa. Bukan istana pualam atau hiasan emas dan perak yang dinikmati Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam  bersama keluarganya. Sanggupkan kita meneladani kehidupannya yang demikian? Sanggupkan kita tidak mengeluh dan berputus asa ketika menemui kesulitan hidup? 

Lorong di belakang Teteh itu menuju Raudah. Oya … Payung elektrik ini terbuka saat tengah hari untuk melindungi jamaah yang shalat agar tidak kepanasan.

Aku merasakan sentuhan yang sangat mengharukan ketika shalat di Masjid Nabawi. Terbayang bagaimana Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam  menjadi imam, para sahabat (Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hamzah sayyid al syuhada, Salman al Farizi, Abbas ibn Abdul Muthalib, Al Hakam ibn Sa’id, Ubay ibn Ka’ab, Zaid ibn Haritsah, Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, Zaid ibn Tsabit, Abu Lubabah.

Begitu juga serasa ada para ummul mu’minin -kecuali Khadijah binti Khuwailid yang telah wafat. Ada ibunda Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Zainab binti Huzaimah, Juwairiyah binti Haris, Sofiyah binti Hay bin Akhtab, Hindun binti Abi Umaiyah, Ramlah binti Abu Sufyan, Hafsah binti Umar bin Khatab, Zainab binti Jahsy, Maimunah binti Haris. 

Shalat berjamaah di Masjid Nabawi kalau telat datang ya harus bersabar dapatnya di pelataran. Bagian dalam masjid pasti sudah penuh dan askar akan mencegah jamaah untuk masuk.

Ya … Begitu sungguh terasa di hati ini suasana syahdu saat putri-putri beliau hadir di sini Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Subhanallah … Mereka adalah pejuang sejati, penegak kalimat tauhid, rela berkorban harta, raga, bahkan jiwa. Bila salah mohon dimaafkan Ya Allah … Aku memperoleh kesan mendalam tentang Nabi Muhamamd. Kitab Syama’il an Nubuwwah karya Abu Isa at Tirmizi menggambarkan sosok manusia yang paling baik budi pekertinya. 

Teladan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam  tercermin dalam kebaikan rohani, kemuliaan jiwa, kesucian hati, keserhanaan tingkah laku, kebersihan, dan kehalusan rasa. Sifatnya lemah lembut tapi kesatria, ramah tetapi serius, dan otaknya cerdas. Alam pikirannya luas sehingga mampu mempengaruhi baik kepada orang pandai maupun orang yang tidak berpengetahuan. Senyumnya memikat, sabar terhadap bawahan, rela menjenguk orang sakit sekalipun memusuhinya, memenuhi undangan orang miskin sekalipun. Tak segan menjahit sendiri pakaiannya, memerah susu kambing, dan menolong pekerjaan rumah. Nabi Muhammad menyayangi orang miskin, mencintai anak-anak, dan menghormati perempuan. 

Selama tiga hari di Madinah, suamiku meminta ijin untuk bisa beribadah lebih sendirian saja. Dia tahu, aku dan Teteh akan butuh waktu istiraha lebih banyak. Jadi … Senja ini pun aku dan Teteh berdua saja menuju masjid Nabawi. Gate 7 adalah patokanku untuk memasuki pelataran masjid. Sejajar dengan bagian belakang, tempat jamaah bisa dengan leluasa melihat kubah hijau. Istimewanya lagi, jalur hotel hingga gate 7 melewati dua masjid yang juga bersejarah. 

Masjid Ghamamah, artinya mendung. Mengapa diberi nama demikian ? Dahulu Rasulullah SAW pernah sholat Ied dan ada awan mendung yang selalu berada di atas area masjid ini. Teteh senang dengan masjid berpelataran luas ini karena banyak burung merpati jinak. Masjid Abu Bakar dengan desain unik, walau kecil juga kami lewati. 

Aku dan Teteh, saat di masjid Nabawi qadarullah tidak sempat masuk ke raudhah. Namun kami sempat berkeliling seluruh area pelataran masjid di sisi luar. Kami melewati gerbang depan, ke arah pemakaman baqi, lalu area belakang dan sisi sejajar gate 7. Apa sebab kami tidak sempat ke raudah? Selain harus mengantri di jam tertentu, ternyata Teteh beberapa kali selepas shalat subuh bila harus menanti masuk raudhah badannya tidak fit. Lapar dan mengantuk sepertinya. Total waktu mengantri juga hingga 2 jam. Teteh belum mampu. Sedang siang hari ba’da shalat dzuhur juga butuh istirahat, dan selepas shalat isya, Teteh juga kepingin segera tidur. Beruntunglah suamiku yang lebih leluasa untuk bisa shalat di dekat pintu masuk raudhah. Dia berkali-kali berhasil menuju ke sana. 

Sayang Teteh belum sempat berkunjung ke Perpustakaan sekaligus percetakan Al-Qur’an. Aku sudah mengunjunginya saat menunaikan ibadah haji.

Pengalamanku berkunjung ke perpustakaan dan percetakan Al-Qur’an di Kota Madinah sangat berkesan.

Al-Qur’an sebagai tuntunan umat Islam adalah mukjizat Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Bila benar mencintai Beliau, maka bacalah, pelajarilah, pahamilah, jalankanlah ajaran-Nya dan sunnah Rasul. Ya Nabi salam ‘alaika …

Berada di Masjid Nabawi sangatlah menyenangkan dan selalu merindu untuk kembali shalat di sana suatu saat nanti.

Senja hari menanti kumandang adzan shalat maghrib adalah waktu yang mempesona. Langit Madinah tampak indah. Pernah aku dan Teteh sengaja shalat di pelataran masjid Nabawi, karena melihat begitu banyak ibu-ibu dengan balita dan anak seumuran Teteh juga shalat di pelataran. Ramai … Balita berceloteh dan sesekali menangis. Anak-anak berlarian, bercanda, tertawa sambil mengunyah cemilan. Ada air tumpah, yoghurt berceceran, remahan kue, dan biji kurma terserak. 

Aaahhh … Suasana dan sisi lain ibadah. Ibu-ibu ini mungkin tidak khusyuk ketika shalat. Namun … Pastilah Allah tetap memberikan pahala terbaik-Nya. Mereka bersusah payah menenangkan bayi yang menjerit-jerit. Akhirnya jurus maut dikeluarkan. Bayi itupun tenang bahkan tertidur … Ya, ibu itu memberikan ASI kepada bayinya, sambil meninabobokan. Padahal takbiratul ihram telah terdengar dari pengeras suara. Allahu Akbar …

Ada lagi ibu di depanku harus shalat sambil menggendong balitanya yang merengek dan menarik-narik jilbab panjangnya. Berdiri, ruku, i’tidal, duduk di antara dua sujud dan tahiyat pun balitanya tetap gelendotan manja. Aku jadi kurang khuyuk melihat seorang ibu membatalkan shalatnya karena mengejar anaknya yang berlari ke arah luar area shalat perempuan. Subhanallah …

Indahnya kehebohan itu tak dialami oleh bapak-bapak bukan?

Masjid Nabawi menyimpan kisah indah, betapa mulianya Nabi Muhammad SAW bersikap terhadap perempuan dan anak-anak. Saat shalat Rasulullah SAW mempercepat shalatnya dengan memperpendek bacaan bacaan ayat-ayat Al Quran. Sahabat bertanya, ada apakah gerangan ? Ternyata Beliau mendengar tangis bayi. Masya Allah … Shalat dipercepat karena memberikan kelonggaran waktu agar si ibu bisa segera menenangkan bayinya.

Banyak kisah lainnya, betapa Nabi Muhammad dengan akhlaknya yang sangat mulia, memperlakukan dengan baik perempuan dan anak-anak. Menghormatinya dan memberikan ruang untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Aku pernah membaca kisah Beliau ketika mendudukkan Fatimah, anak perempuan kesayangannya dipangkuannya di dalam majelis terhormat, di antara para sahabat. Itu untuk meruntuhkan stigma bahwa memiliki anak perempuan adalah aib, begitu adat jahiliyah berurat akar di kalangan Quraisy dan banyak tempat di dunia. Bahkan di kerajaan Romawi dan Persia pun perempuan ditempatkan sangat rendah. Islam menjadi jalan bagi perempuan untuk kembali menduduki posisi terhormat.

Hikmah yang aku dapat dari perjalanan ziarah ini tak lepas dari kekuasaan  Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Perintah-Nya kepada manusia agar mengadakan perlawatan di muka bumi untuk membuktikan kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana : “Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang orang-orang yang sebelum mereka,  sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa,” (QS. Faathir 35 : 44).

Senja terakhir di Madinah, aku dan Teteh menikmatinya dengan sepenuh rasa syukur. Semoga kelak dilain waktu, Allah perkenankan kami kembali ke sana. Aamiin ya Rabbal’alamin …

Umrah Ramadhan Seperti Haji Bersama Rasulullah

Puji syukur alhamdulillah … 

Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemberi Karunia telah mengijinkan suamiku untuk bisa menjalankan umrah di bulan Ramadhan 1444 Hijriah. 

Umrah di bulan Ramadhan terasa sangat istimewa dari umrah di bulan lainnya yaitu senilai dengan haji bahkan seperti haji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863).

Sepekan sebelum keberangkatan dokter yang merawatnya memperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan di rumah. Kondisi kesehatannya dipantau dan harus kontrol sekitar 3 hari sebelum berangkat ke tanah suci. Ya Allah … Benar-benar diuji kesabarannya. Apakah benar-benar menyerahkan segala urusan kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah? Apakah benar-benar ridho dengan segala ketentuan-Nya? Apakah hanya memohoh pertolongan kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji, tiada satupun yang luput dari perhatiannya.

Tips Umrah Saat Ramadhan

Mengingat ibadah umrah ketika bulan Ramadhan memberikan keistimewaan yang lebih tinggi dibandingkan waktu lainnya, maka kita harus mempersiapkannya dengan lebih baik.

Berikut ini tips persiapan ibadah umrah di bulan Ramadhan:

  • Pilih waktu yang tepat untuk melakukan ibadah umrah saat Ramadhan. Biasanya, awal Ramadhan dan 10 hari terakhir Ramadhan menjadi waktu favorit dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
  • Pilih akomodasi yang strategis dan dekat dengan Masjidil Haram sehingga kita tidak perlu berjalan jauh untuk mencapai tempat ibadah
  • Pastikan juga akomodasi yang dipilih memiliki fasilitas yang memadai untuk kebutuhan selama beribadah di Makkah
  • Persiapkan diri dengan baik sebelum melakukan umrah saat Ramaddan, baik secara fisik maupun mental. Pastikan juga kondisi kesehatan dalam keadaan yang baik sebelum berangkat ke tanah suci.
  • Melakukan umrah di bulanRamadhan membutuhkan energi yang cukup. Jadi, kita harus mengonsumsi makanan sehat saat sahur dan berbuka menjaga tubuh tetap fit.

Yang paling penting, pastikan jangan sampai sakit saat umrah, ya! Sebab, bukan hanya ibadah umrah yang akan terganggu, tapi juga ibadah puasa kita juga. Oya … Bagi jamaah yang akan melaksanakan itikaf, siapkan juga beberapa perbekalan untuk berjaga-jaga seperti kurma, botol air minum untuk diisi zam-zam, sajadah, handuk kecil, kantong sendal, kantong plastik untuk sampah, tissue, dan sabun.

Perbanyak ibadah di dalam Masjidil Haram dengan shalat sunnah, tilawah Al-Qur’an, dan tentu saja ada ibadah sunnah yang khas seperti tawaf. Tak ada di tempat lain, bukan? Tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran bisa dilaksanakan kapan saja. Saat ini otoritas Masjidil Haram memberikan ketentuan, hanya yang menggunakan ihram saja yang boleh berada di pelataran Ka’bah.

Doa Para Nabi Dalam Al-Qur’an

Berdoa dan berdzikir kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung merupakan kesibukan yang terbaik, dan cara paling utama bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.

Kunci segala kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba di dunia dan akhirat, pencegah segala bentuk keburukan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak datangnya bahaya adalah doa dan dzikir.

Para Nabi pun berdoa dan telah diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Allah berfirman, “Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) Nama-Nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf : 180).

Maka dalam bulan Ramadhan penuh berkah ini, Aku berupaya untuk senantiasa berdoa dan berdzikir dengan menyebutkan Asmaa-ul Husna. Juga mencontoh apa yang dilakukan para Nabi dalam memohon sesuatu kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Berbekal Asmaa-ul Husna mari kita berdoa seperti ini  Yaa Rahiim (Yang Maha Penyayang), Yaa Rahmaan (Yang Maha Pemurah) sayangilah aku. Yaa Ghafuur (Yang Maha Pengampun) ampunilah aku. Nama-Nama-Nya yang indah dapat digunakan juga seperti Yang Maha Melihat, Yang Maha Penolong, Yang Maha Menjaga, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdirisendiri, Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Benar, Yang Maha Besar, Yang Maha Lembut, 

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Doa ini ada dalam Al-Qur’an surah Al-Furqaan ayat 74. “Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.” (QS. Ash-Shaaffaat : 100).

“Ya Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (hari kiamat).” (QS. Ibrahim : 41). Allah mengajarkan doa dalam firman-Nya di surah Al Baqarah ayat 127-128, “Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami, sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkau-lah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Berdoa dengan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki keutamaan, karena tentu sesuai tuntunan Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam . Doa agar dijadikan hamba yang bersyukur terdapat pada surah An-Naml ayat 19, “Ya Rabbku, anugarahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai: dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.”

Mari mampir di link berikut:

Tinggalkan komentar