Personality, Self Concept, Value, and Ethics in Organization Behavior

Standar

Seseorang sejak dilahirkan telah mempunyai karakteristik fisik dan mental yang bersumber dari orang tuanya. Karakteristik tersebut merupakan ciri atau sifat yang menunjukkan identitas seseorang. Walaupun tidak mudah, karakteristik tersebut dapat berubah karena interaksi dengan lingkungan sekirtarnya.

Definisi dan Determinan Kepribadian

Apa itu kepribadian? Seringkali kita berhadapan dengan beraneka ragam jenis kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, kita sendiri bisa jadi belum sepenuhnya memahami diri, apa saja ciri khas kepribadian kita. Setelah mengikuti tes 16 kepribadian, dalam link berikut:

Ikuti Cara Tes Kepribadian MBTI Gratis

Termasuk tipe kepribadian yang manakah diri kita?

Mari pelajari juga tentang pengertian kepribadian. Kreiter dan Kinichi mendefinisikan kepribadian atau personalitu sebagai kombinasi karakteristik fisik dan mental yang stabil yang memberikan identitas individualnya. Karakteristik atau ciri atau sifat ini termasuk bagaimana seseorang melihat, berpikir, bertindak, dan merasakan, yang merupakan produk interaksi genetik dan pengaruh lingkungan.

Sedangkan Robbin dan Judge menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikologi dalam diri individu yang menentukan penyesuaian uniknya pada lingkungannya. Kepribadian adalah jumlah dari semua cara di mana individu bereaksi pada dan berinteraksi dengan orang lainnya.

Kita tentu ingin mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi kepribadian? Determinan atau faktor tersbut adalah:

  1. Heredity atau keturunan, merupakan faktor yang ditentukan oleh konsepsi, ketinggian fisik, kemenarikan wajah, gender, temperamen, komposisi otot, dan refleks, tingkat energi, dan ritme biologis umumnya dipertimbangkan untuk sebagian atau seluruhnya dipengaruhi oleh orang tua, dengan biologis, fisiologis dan melekat dengan susunan psikologi.
  2. Environment, faktor lingkungan memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian, seperti budaya di mana kita tumbuh, norma di antara keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan pengaruh lain menurut pengalaman kita.
  3. Situation, dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Walau tetap harus dilihat bahwa tuntutan yang berbeda dari situasi yang berbeda memerlukan aspek yang berbeda dari kepribadian.
  4. Life experience, adalah pengalaman hidup yang dilalui oleh seseorang sejak kecil, menjadi dewasa, dan sampai mencapai umur lanjut akan memengaruhi kepribadian seseorang.

Baca artikel terkait di sini: Kisah Agung dalam Surat Al-Kahfi dan Memahami Kepribadian Remaja

Lima Besar Dimensi Kepribadian

Big Five Personality menurut McShane dan Von Glinow.

Ikuti Cara Tes Big Five Personality Gratis

1.Dimensi extraversion terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Warmth (kehangatan)
  2. Gregariousness (suka berkumpul)
  3. Assertiveness (asertivitas)
  4. Activity level (tingkat aktivitas)
  5. Excitement seeking (pencarian kesenangan)
  6. Positive emotions (emosi positif)

Seseorang yang memiliki tingkat Ektraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman dari pada seseorang yang memiliki tingkat ektraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, mudah bosan. Sedangkan seseorang dengan tingkat extraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.

2. Dimensi agreeableness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Trust (kepercayaan)
  2. Straight forwardness (berterusterang/langsung pada pokok permasalahan)
  3. Altruism (pengorbanan /mendahulukan kepentingan orang lain)
  4. Compliance (kerelaan)
  5. Modesty (rendah hati)
  6. Tendermindedness (berhati lembut)

Seseorang yang memiliki agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Agreeableness cenderung tidak mementingkan diri sendiri, sebagaimana yang tercermin dalam kebijaksanaan serta keinginan mereka untuk membantu orang lain (Altruism). Individu yang agreeableness pada dasarnya lembut dan mau mengalah demi orang lain.

3. Dimensi conscientiousness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Competence (kompeten)
  2. Order (teratur)
  3. Dutifulness (kepatuhan terhadap tugas)
  4. Achievement stiving (pencapaian prestasi / pencapaian kesuksesan)
  5. Self-Discipline (disiplin diri)
  6. Deliberation (pemikir)

Seseorang dengan conscientiousness digambarkan dengan seseorang yang mempunyai kontrol terhadap lingkungan sosial, mampu berpikir sebelum bertindak, dapat menunda kepuasan, mampu mengikuti peraturan dan norma, memiliki rencana yang terorganisir dan memprioritaskan tugas.

Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ciri rasional dan berfikir bahwa diri mereka mempunyai kompetensi yang tinggi (competence). Sebagian dari kesuksesan mereka berasal dari kemampuan mereka dalam organisasi yang baik serta keteraturan yang tinggi (order). Kedua hal ini yang membuat mereka bekerja dengan efisien.

Individu yang conscientiousness memegang teguh tugas (dutifulness), memiliki kebutuhan akan pencapaian prestasi yang tinggi (achievement striving), dan menggapai kesempurnaan dalam segala sesuatu hal yang mereka lakukan demi pencapaian prestasi, memiliki disiplin diri yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan mereka (self-discipline), mereka umumnya menunjukkan ciri pertimbangan (deliberation), berpikir penuh dengan kehati-hatian sebelum bertindak dan membuat rencana di awal bukan dengan cara yang tiba-tiba.

4. Dimensi neuroticism terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Anxiety (kecemasan)
  2. Angry hostility (amarah)
  3. Depression (depresi)
  4. Self – consciousness (kesadaran diri)
  5. Impulsiveness (menuruti kata hati)
  6. Vulnerability (kerentanan)

Secara emosional mereka dianggap labil dan suka mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Mereka akan kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini kepribadiannya mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.

Seseorang dengan tingkat neuroticism rendah cenderung merasa lebih bahagia dan puas terhadap hidupnya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Sementara itu, seseorang dengan tingkat neuroticism yang tinggi adalah pribadi yang mudah mengalami kecemasan, marah, depresi dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Tingkat neurotism tinggi juga dapat membuat individu kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, serta memiliki tingkat self esteem yang rendah.

5. Dimensi openness to experience terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut adalah:

  1. Fantasy (fantasi)
  2. Aesthetics (estetika/keindahan)
  3. Feelings (perasaan)
  4. Actions (perbuatan-perbuatan)
  5. Ideas (ide-ide)
  6. Values (nilai-nilai)

Seseorang dengan sifat openness mempunyai ciri­-ciri mudah bertoleransi, mempunyai kapasitas besar untuk menyerap informasi, sangat fokus, serta waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi dideskripsikan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dana world of beauty. Sementara itu, seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama. Tingkat openness yang rendah juga menggambarkan pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menghendaki adanya perubahan.

Contoh Hasil Tes Big Five Personality

Sumber pustaka: Big Five Personality

Tes Big Five Inventory (BFI) merupakan salah satu alat tes untuk mengungkap kepribadian berdasarkan teori Big Five Personality. Tes Big Five Inventory tersedia secara online di NS Development

Silakan cek, apa tipe kepribadian kita?

Kita lanjutkan pembahasan kita tentang konsep diri. Adakah kaitan antara kepribadian dan konsep diri?

McShane dan Von Glinow mengatakan bahwa konsep diri adalah tentang ‘siapa saya’ dan ‘bagaimana saya merasa tentang diri saya’. Namun, orang tidak mempunyai satu kesatuan konsep diri. Mereka memikirkan diri mereka dalam beberapa cara dalam berbagai situasi.

Sebagai manusia yang memiliki konsep diri, kita mengenal diri kita seabgai makhluk berbeda. Konsep diri mengandung kapasitas untuk berpikir tentang sesuatu dan proses yang komplek. Di sini berperan kognisi, yaitu setiap pengetahuan, pendapat, atau keyakinan tentang lingkungan, tentang diri sendiri, atau tentang perilaku seseorang.

Konsep diri terbagi dua, yaitu: (1) Personal identity terdiri dari self-esteem, self-efficacy, locus of control, dan self-monitoring; (2) Sosial identity terdiri dari complexity, consistency, dan clarity.

Istilah self-esteem dalam psikologi digunakan untuk menggambarkan perasaan subjektif seseorang secara keseluruhan tentang arti diri sendiri atau nilai pribadi. Jadi, self-esteem bisa didefinisikan sebagai seberapa besar kamu menghargai dan menyukai diri sendiri, terlepas dari kondisi yang kamu alami. Tinggi atau rendahnya self-esteem ditentukan oleh banyak faktor, seperti rasa percaya diri, perasaan insecurity, identitas diri, dan perasaan kompetensi. 

Terdapat 6 pilar self-esteem yang dibuat dalam diagram berikut:

Konsep Jendela Jauhari untuk mengenal konsep diri.

Self-afficay sangat penting dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan.

Materi selanjutnya tentang nilai (value) dan etika (ethics) dapat dibaca pada link berikut:

Professional and Business Ethics

Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Secara etimologis etika berasal dari bahasa Yunani kuno “Ethos” yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap.

Menurut Suhrawardi K. Lubis menyatakan bahwa dalam bahasa agama Islam, istilah etika ini merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriyah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah dan syari’ah.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika menurut Franz Magnis Suseno adalah sebuah ilmu dan buku sebuah ajaran. Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.

Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan etika melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang membentuk etika adalah moral. Etika hanya mengatur tentang cara manusia dalam bertindak dan tidak memperhatikan kondisi fisik dari manusia. Ruang lingkup etika meliputi analisis dan penerapan konsep mengenai kebenaran, kesalahan, kebaikan, keburukan dan tanggung jawab. Pengelompokan etika secara umum terdiri dari etika deskriptif, etika normatif, etika deontologi dan etika teolologi. Manfaat dari etika adalah adanya pengendalian individu. yang dapat mempermudah pemenuhan atas kepentingan kelompok sosial.

Leadership Ethics

Etika kepemimpinan adalah baku moral yang memberikan batas yang kentara antara yang “baik” dan “buruk ”, serta menjadi pedoman pemimpin pada pengambilan keputusan. Etika juga akan menuntut pemimpin buat berpikir serta bertindak sesuai dengan istiadat kepantasan dalam korelasi sosial.

Satu tanggapan »

    1. Memahami 16 tipe kepribadian membantu mahasiswa manajemen berkomunikasi dan bekerja sama lebih efektif dengan beragam orang.
    2. Untuk meningkatkan rasa percaya diri, dengan mengakui kelebihan mahasiswa, menghindari perbandingan berlebihan, dan fokus pada pencapaian pribadi.
    1. Mempelajari 16 tipe kepribadian dapat membantu mahasiswa yang berminat dalam bidang manajemen untuk mengetahui tipe kepribadian, mahasiswa dapat mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang cocok untuk mereka dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi orang lain secara efektif. Serta Memahami perbedaan dalam tipe kepribadian membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik dengan rekan kerja, bawahan, dan atasan.
    2. Agar high self-esteem dapat berkembang dengan baik, mahasiswa dapat melakukan beberapa hal, antara Lain Mengenali dan mengapresiasi pencapaian, sekecil apapun itu, dapat memperkuat rasa percaya diri. Membangun hubungan yang sehat dengan diri sendiri, termasuk menerima kekurangan dan menghargai kelebihan. Mengelola kritik dengan bijaksana, melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai penilaian terhadap nilai diri. Merawat diri dengan baik, baik secara fisik maupun mental, membantu dalam membentuk persepsi yang positif terhadap diri sendiri. Menghindari perbandingan yang tidak sehat dengan orang lain, dan memfokuskan perhatian pada perjalanan dan pencapaian pribadi diri sendiri dan Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika diperlukan untuk mengatasi tantangan dan mengelola stres.
    1. Manfaat mahasiswa mempelajari 16 personality type yaitu kita bisa menggunakan hasil MBTI sebagai patokan untuk menjadi lebih sadari diri akan perilaku kita dan bisa belajar untuk menghargai perspektif dan pandangan orang yang berbeda terhadap kita.
    2. Cara agar high self-esteem dapat berkembang baik yaitu dengan:1. Tetapi mengelola stres dengan baik2. Tetap melakukan self-talk dan selalu menanamkan pikiran positif terhadap diri sendiri 3. Fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan 4. Meluangkan waktu sendiri untuk melakukan hal yang disukai 5. Selalu memberikan apresiasi pada diri sendiri terhadap pencapaian kita

Tinggalkan komentar