Bahagia Belajar Lebih Penting Dari Merdeka Belajar

Standar
Belajar dari rumah / PJJ, orangtua pun turut serta menjadi guru buat anaknya.

Biasanya kan liburan bisa berkunjung keberbagai destinasi wisata. Jadi ya kami sering-sering saja buka channel destinasi wisata yang keren-keren lewat online. Oya … Liburan ini juga Teteh puas-puasin main koleksi Legonya. Ha3 … Ini memang liburan super spesial karena harus banyak di rumah saja. 

Yuk! Simak persiapan menuju hari pertama pesantren dari rumah di semester genap tahun ajaran 2020/2021 ala Teteh Maryam Aliyya Al Kindi. Oya … Teteh sekolah di SMP Quran Al Ihsan Kebagusan Jakarta.

Mindmap Teteh menjadi penyemangat belajar.

Teteh, Maryam Aliyya Al Kindi membuat mindmap dan jadwal home learning. Diberi warna kemudian ditempel di dinding ruang belajar. Menulis cita-cita dan rute masa depan juga penting diajarkan kepada anak-anak. Nanti tulisannya akan aku buat untuk tema pilih kampus agar sesuai minat dan bakat anak.

Bahagia belajar sebagai pembelajar sejati.

Sejak kemarin Teteh sudah beberes kamar belajarnya. Baju sekolah digantung rapi diberi pewangi biar segar dan semangat. Buku-buku disusun ulang setelah akhir semester ganjil agak berantakan dipakai ujian akhir. Materi semester lalu ditata ulang, dan binder diberi label mata pelajaran untuk semester genap. 

Meja belajar (walaupun lebih sering belajar sambil selonjoran di lantai saat membaca dan menghafal Al-Qur’an) dirapikan. Laptop dan gadget dicek apakah kondisinya masih baik. 

Jadwal pelajaran online Pesantren dari rumah.

Sambil beberes peralatan belajar, agar tetap bahagia, Teteh baking cheess cake yang yuuummmyyy. Juga sempat diajak sepedaan ke TMII (tetap pakai protokol 3M) refresing dan mandi matahari. 

Sejatinya belajar itu semenjak dari buaian hingga ajal menjemput. Kembali belajar bukanlah kata yang tepat bila menerapkan konsep belajar selamanya, belajar dimana saja, belajar kepada siapa saja, belajar dengan cara apa saja.

Sejatinya belajar itu terus … terus … terus dan terus. Bisa jadi yang dimaksud adalah kembali belajar agar belajar menjadi lebih bahagia. Ya benar! Bahagia belajar itu sangat penting.
Lebih utama dari merdeka belajar yang dicanangkan Mas Menteri he3 …

Mengapa bahagia belajar itu penting? Sungguh patut disadari bahagia itu ada dari dalam diri. Bukan dari luar. Bila para pembelajar sejati sudah merasakan bahagia belajar, tak akan mengeluh pada saat melakukan aktivitas belajar. Semenjak dini, aku mencoba menerapkan bahagia belajar kepada ketiga anakku. Satu bocorannya nih … Seringkali mereka aku ajak tidak masuk sekolah. Tapi tetap belajar. Ha3 … Kok bisa?!

Orangtua lain akan bilang itu bolos. Gak belajar, atau mungkin dicap anak malas. Tapi … Aku bilang itu belajar di luar sekolah. Belajar di alam atau belajar di lingkungan sosial. Istilah kerenku mobileschooling. 

Belajar langsung tentang fosil, bebatuan, dan ilmu kebumian di Museum Geologi Bandung.

Apa materi ajarnya? Waaaahhhh … Banyak sekali. Melimpah ruah. Sebagai contoh saat di sekolah sulit mengajarkan apa itu transaksi ekonomi di pasar, maka anakku mendapatkan ilmunya benar-benar di pasar tradisional dekat rumah. 

Mereka belanja, membayar, bahkan menawar dan memilih barang. Mereka juga melihat produk pertanian, produksi pabrikan, dan jasa seperti kuli angkut atau bahkan ada pengamen. Di sekolah teori tapi praktek ada di lapangan.

Belajar ilmu kelautan dan budaya bahari di pantai Baron Yogyakarta.

Aku beberapa kali mengajak anak-anak rapat Partai (dulu aku sempat jadi Sekretaris DPD PAN Kota Cirebon). Iiihhh … Aya-aya wae cenah kata beberapa temanku. Ini pembelajaran politik praktis. 

Anak-anak gak alergi dengan diskusi, debat, bahkan yang rada panas sekalipun. Begitulah cara musyawarah mufakat dalam hikmah kebijaksanaan. Sila ke empat dalam Pancasila, bila hanya dihafal -dirapalkan mana bisa menjadi semangat berkehidupan kebangsaan. Anakku juga ikut aku ke kampus, saat aku mengajar. 

Belajar arsitektur, bangunan bersejarah, dan budaya Indonesia di Candi Borobudur.

Mahasiswaku beragam etnis dan latar agama. Mereka jadi tahu bahwa berkehidupan sosial harus saling menghargai. Begitu juga bertetangga dengan beragam suku dan agama berjalan harmonis.

Teteh ada di kolong meja Ibu, ikut kuliah Manajemen Bisnis he3 …

Walau keluarga kami tak pernah mengucapkan selamat hari raya mereka, tapi sejauh ini kehidupan bertetangga kami baik-baik saja. Saling tolong menolong dalam menjaga keamanan dan kebersihan juga ketertiban lingkungan. Itulah belajar toleransi yang sesungguhnya.

Belajar tata ruang kota, transportasi publik, dan transaksi berbasis digital bisa dilakukan dengan berkeliling Kota Jakarta menggunakan Transjakarta, MRT, juga KRL.

Bahagia belajar juga harus dicontohkan. Orangtualah teladan utamanya. Jangan hanya cakap di mulut saja. Tapi lakukan! Seperti gemar atau cinta membaca. 

Belajar di Perpustakaan Nasional. Cinta membaca membuka jendela dunia.

Ya … Orangtua harus terlebih dahulu cinta membaca. Berikan anak-anak buku-buku bacaaan yang bagus. Investasikan dana khusus untuk membeli buku. Lalu pajang buku-buku agar mudah dijangkau anak. Nah … Anak-anak akan tertarik untuk belajar mandiri -independent learner. Di negara seperti Singapura juga Finlandia. 

Ada hari-hari dimana anak-anak harus belajar dari rumah. Mereka dipacu dan dipicu untuk menjadi pembelajar sejati. Belajar mandiri dengan bahagia belajar tentunya.

Begitupun yang anak-anakku alami saat masuk boarding school atau pesantren. Aku pilihkan sekolah berasrama yang banyak menerapkan pembelajaran mandiri. 

Belajar pertanian, peternakan, dan sumber pangan lainnya, langsung terjun ke sawah. Melihat langsung tanaman padi dan cara menanamnya.

Dengan belajar di luar ruang, praktikum, kemping, study tour, atau kunjungan ilmiah sesuai tema belajar. Anak-anak diberi fasilitas untuk mengembangkan kepemimpinannya dengan beragam kegiatan olahraga dan organisasi. 

Belajar sumber daya alam Indonesia seperti teh, kopi, dan rempah-rempah di perkebunan Teh Sidamanik Pematang Siantar Sumatera Utara.

Bahkan mereka dilatih menjadi volunter kegiatan sosial di daerah minus, seperti pemukinan pemulung dan desa terpencil.

Belajar memelihara hewan kesayangan juga dapat melatih empati dan rasa bertanggung jawab memeliharanya.

Oke saat ini situasinya beda kan? Belajar dari rumah atau PJJ bisa juga disebut belajar daring. Menurut pendapatku tetap saja utamakan bahagia belajar. 

Simak juga artikel menarik lainnya di link berikut:

Satu tanggapan »

  1. Setuju mba. Dengan bahagia belajar, anak2 bisa lebih semangat menjalaninya, lebih cepat terserap masuk juga kalo menurutku. Beda yang didapat dengan belajar secara bahagia, ato terpaksa.

    Investasi bukupun sudah aku lakuin dari dulu. Sejak kecil papa yg ngajarin kami utk cinta membaca dan membelikan banyak buku stiap bulan. Akupun melakukan hal yg sama. Rutin beli buku untukku dan anak2, dan membuat perpustakaan kecil buat mereka baca2.

    Dr yg aku rasain dan lihat, hobi membaca itu hrs dipupuk dari kecil banget sih. Karena jika sudah dewasa, akan susah utk mereka membiasakan baca. Aku ga mau anak2 ku jd org yg hanya membaca judul dan kemakan hoax. Segala sesuatu hrs dibaca dulu supaya jelas 🙂

  2. masya allah, keren ya mbak.. mobileschooling nya mantap, sepakat mbak. di sekolah belajar teori, di lapangan prakteknya. Ortu cerdas emang bakal menghasilkan anak anak cerdas ya mbak. Semoga anak anaknya tumbuh jadi orang orang baik yang beriman pada Allah swt dan bermanfaat bagi sesama mbak. aamiin

Tinggalkan komentar