Review Novel, Hajar ‘Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam’

Standar

Seru dan mengasyikkan ikut Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog kali ini. Ide awal tema yang diajukan oleh admin adalah hari Kartini yang jatuh di bulan April. Maka tema perempuan menjadi menarik. Aku senang sekali dan sangat berminat dengan beragam kajian perempuan. Membaca novel tentang kisah perempuan juga rutin aku lakukan disela beragam kesibukan, seperti mengajar manajemen bisnis di sebuah kampus, menemani anakku bungsu kesayangan belajar daring, dan mengurus rumah tangga bersama suami tercinta.

Oya … Sebelum membaca novel berjudul Hajar, Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam, ada baiknya siapkan setumpuk tissue. Bersiaplah menderas airmata ketika membaca kalimat, paragraf, halaman … hingga tuntas kisah Hajar.

Hajar a novel by Sibel Eraslan, best seller dunia. Novel ini ditulis dengan riset mendalam hingga kita bisa merasakan apa yang dialami oleh Hajar.

Jika kau tak menangis … Maka koreksilah hatimu! Apakah sudah membatu?

Jika kau menderita seperti Hajar, apakah yang akan kau lakukan? Ya, kita mengenal Hajar sebagai seorang istri Nabi Ibarahim. Air zamzam dan Mekah adalah tanda kehadiran dirinya. Tapi, apakah kau tahu penderitaan dan pengorbanannya? Apakah kau tahu rahasia hatinya?

Sibel Eraslan, perempuan penulis asal Turki telah menulis novel ‘Serial The Greatest Women’, dengan tokoh perempuan luar biasa yang tercatat dalam Al Quran dan sejarah kemanusiaan. Dia juga menulis kisah Maryam ibunda Nabi Isa, Asiyah ibunda angkat Nabi Musa, Khadijah istri Rasulullah SAW, dan Fatimah putri Nabi Muhammad SAW, sebagai perempuan penghulu surga. Novel Hajar dan Aisyah juga ditulis oleh Sibel untuk membuka cakrawala pembaca akan hadirnya perempuan terpilih yang menjadi teladan bagi kita.

Sibel Eraslan penulis dengan latar pendidikan hukum dari Universitas Istanbul dan giat dalam bidang hak asasi manusia.

Penulis kelahiran di Uskudar, Istanbul tahun 1967. Dia juga menjadi kolumnis di koran Star, menulis di majalah Teklif, Imza, Dergah, Mostar, dan Heje.  Sibel piawai lagi mampu menyelami era masa lalu, kemudia menceritakannya dengan kekuatan kata-kata hingga kita bisa merasakan apa yang dialami oleh Hajar, Nabi Ibrahim dan para sahabatnya hidup dan berjuang demi agama yang mulia.

Novel setebal lebih dari 400 halaman ini beralur maju dengan beberapa flashback yang mengikuti kisah kehidupan Hajar. Kata ganti orang pertama tunggal “aku” digunakan pencerita, artinya Hajar sendiri yang menceritakan kisahnya. Menarik … Meski ada beberapa bagian yang penceritanya adalah Sarah dan Nabi Ibrahim. 

Yuk! Ikuti kisah Hajar dengan seksama.

Penerbit novel ini Kaysa Media, Depok, Jawa Barat. Aku membeli di toko buku Gramedia, cetakan original. Aib dan pantang membeli karya bajakan ya teman-teman.

Kisah memilukan menjadi awal yang mengoyak hati, negara tempat Hajar bermukim sebagai putri kepala suku diserang dan dihancurkan pasukan Raja Awemeleh. Kehidupan Hajar berubah drastis. Tak ada kebahagiaan. Tinggallah kesedihan dan penderitaan. Di tengah kondisi tersebut hadir sosok Sarah dan Nabi ibrahim, menjagi titik balik kehidupannya. Tentu kita ingat kisah Sarah dan Raja Awamelah yang gagal total -tak berhasil melecehkannya karena pertolongan Allah Yang Maha Baik lagi Maha Mulia. Bahkan, raja zalim itu malah mengusir Sarah dan memberikan Hajar kepadanya.

Bagai ada batu menimpa dada. Sesak ketika membaca halaman 104 – 109. Begini kisahnya.

Peperangan yang dilancarkan oleh raja tidak hanya bertujuan menaklukkan suatu daerah dan merampas semua harta kekayaan. Melainkan juga mendatangi laki-laki dan perempuan yang siap menjadi pengantin bagi warga istana. Keadaan ini sangat mengerikan. Entah cepat atau lambat akan mengantar mereka kepada kehancuran karena fitrah pernikahan tidak ditegakkan.

Para perempuan tawanan itu lebih dahulu dihadapkan kepada raja untuk dipilih yang paling cantik, yang paling disukai oleh raja. Setelah itu mereka akan dihadapkan kepada para pejabat istana. Para pejabat istana itu akan memilih siapa saja yang mereka suka. Kemudian setelah bosan, mereka akan menggantikannya dengan yang lain, memberikan yang ada kepada pejabat lainnya.

Sungguh, kehidupan yang sangat biadab. 

Sayangnya, kekuasaan raja telah membenteng kebiadaban itu. Rakyat tidak boleh tahu, dan seandainya tahu pun, rakyat dibuat tidak memiliki kekuatan untuk memperingatkannya.

“Engkau,” katanya kepadaku dengan penuh kelembutan disertai embusan rasa empati dan kasih sayang.

“Engkau pasti putri salah seorang raja. Siapakah namamu ?”

“Saya putri dari Bani Sana’a. Satu-satunya orang yang masih hidup dari Kabilah Col Mirler. Nama saya Hajar.”

Perjumpaan Hajar dengan Sarah adalah jalan keluar yang disiapkan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Jalinan kata, kalimat, membentuk paragraf yang indah mampu dirangkai oleh Sibel. Aku pun semakin terhanyut meluncur dalam dengan kisah ini.

“Setiap ujian yang diberikan oleh Allah kepada kita tentulah ada alasannya. Karena itu, setiap ujian sebenarnya adalah kesabaran kita. Sesungguhnya keteguhan, keyakinan. cinta dan kasih sayang kitalah yang sedang diuji. Pastilah Allah yang telah mengirimkan kita ke sini memiliki tujuan yang hanya Dia ketahui sendiri. Allah sekali-kali tidak akan pernah membiarkan istri utusan-Nya dihinakan oleh orang. Nabi Ibrahim selalu bersama kita. Karena itu, janganlah merasa khawatir. Jangan sampai nyali kita menjadi ciut. Teguhkan keyakinanmu!”

Tidak hanya aku yang terkagum-kagum dengan Sarah, tapi juga semua perempuan yang ada di Asrama Harem terheran-heran saat melihatnya. Mereka langsung berlarian mendekatinya seperti berlariannya anak-anak mendekati sumber cahaya.

Raja zalim pun tak mampu menghinakan Sarah yang mulia.

Lalu Hajar mengikuti kemana Sarah dan Nabi Ibrahim diperintahkan untuk berdakwah. Hajar diminta Sarah untuk menikah dengan suaminya. Hati Hajar bergejolah.

Apakah kini aku telah menjadi seorang pengkhianat bagi seorang perempuan yang sebelumnya aku terikat dan setia kepadanya ? Namun, seperti apa pun kenyataannya, aku adalah seorang perempuan yang kini telah resmi secara agama menjadi istri dari suaminya dengan ikatan cinta dan pernikahan yang suci. 

“Selamat datang di rumahmu, Hajar! Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepadamu.” 

Duhai, Allah, bukankah ini benar-benar suara adalah suaranya Nabi Ibrahim ?

Sarah dan Hajar, ibarat dua bandul timbangan pada dua sisi yang berbeda, namun berfungsi saling mencapai keseimbangan.

Sarah di depan, sementara aku di belakang. Dia berada di barisan paling depan, aku paling belakang. Dia ibarat siang, sementara itu aku adalah malam. Dia matahari, sementara aku bulan. Kehidupanku setelah itu telah tertata seimbang dengan sendirinya. Berjalan berdampingan dengan Sarah dalam keseimbangan, kesepahaman, dan keutuhan yang selalu dimaklumi dan dijaga bersama.

Hikmah ketangguhan dan keteguhan hati dari Hajar, aku temukan di halaman 342 – 384. Begini kisahnya … Tapi tunggu sebentar … Airmataku luruh menganak sungai di pipi dan jatuh membasahi pangkuan. Terisak … Tapi mari kita lanjutkan. Aku membaca novel ini secara marathon, tak terhentikan. Duduk bersila di kursi tua berumur lebih dari 50 tahun.

Hajar ditempatkan di lembah tandus tanpa air. Ismail adalah segalanya : arah kehidupan bagiku. Sejatinya, dirikulah yang berada dalam dekapan Ismail. Sejatinya, dirikulah Hijr Ismail. Aku termenung menahan pedih entah untuk berapa lama, sejak Nabi Ibrahim berlalu pergi.

Hatiku tersentak oleh tangisan Ismail yang begitu menyayat hati. Aku harus segera bangkit. Aku harus segara berbuat sesuatu. Sungguh, dalam hamparan gurun pasir tak berpenghuni ini hanya ada aku dan Ismail. Iya, demi anakku, meskipun hanya untuk seteguk air, aku akan rela melakukan apa saja. 

Seketika itu pula terlintas dalam benak pikiranku untuk naik ke atas bukit. Aku berharap dari ketinggian itu dapat melihat sekeliling jika saja ada orang di kejauhan untuk mendapatkan pertolongan dari mereka barang seteguk air saja. Duhai, Allah! Sungguh, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mendapatkan air!

Duhai, Allah! Berikanlah kekuatan kepadaku dan juga kepada putraku! Dengan menyebut asma Allah aku mulai mencari air. Berlari dan berlari. Berharapk dan selalu berharap ada air.

Sungguh, Engkau adalah Tuhan bagi mereka semua. Tuhan kami semua. Sungguh, kami dan mereka tidak memiliki siapa-siapa selain dari-Mu. Sungguh, Engkau adalah Tuhan semua orang yang ringkih lagi menderita. Sungguh, Engkau adalah Penolong dan Penyelamat segala kepedihan dan bencana yang kami derita.

Tak tahan isakku memburamkan mata. Tulisan di lembar-lembar terakhir novel bagai tersaput kabut. Memburam. Ku usap sejenak hangatnya airmata. Hela nafasku dalam … Agar kembali tenang. Merenungkan kisah Hajar sebagai ilmu.

Oya … Sibel menulis kata indah di lembar pertama novelnya. With prayer from our grandmother Hadreti Haur who awaits us near Zamzam … With salam to my fellow readers in Indonesia.

Tanda tangan penulis pada halaman pertama. Tertulis salam untuk para pembaca setia di Indonesia.

Hajar adalah pergerakan, rasa penasaran, khayalan, cinta untuk melakukan perjalanan yang akan membuat kaki-kaki kuda pun bersimpuh lelah.

Ketahuilah, Hajar adalah kecepatan angin, dan aksi. Dialah penghubung yang menghubungkan al-Quds dan Mekah bersama Ismail. Hajar adalah bukit Shafa dan Marwa. Hajar adalah ibunda Ismail dan juga Zamzam, pemilik sumur suci, ibunda yang menghilangkan seluruh kehausan. Sungguh, Hajar adalah sumurnya cinta, pancurannya cinta. Kenangan tentang cintanya akan menjadi perantara bagi hilangnya rasa haus setiap orang sampai datangnya hari kiamat. Sungguh, sumber air itu adalah pertanda kehidupan surga. 

Inilah Hajar, pendiri Mekah yang kelak akan menjadi al-Mukarramah. Hajar dan Ismail adalah dua orang yang menjadi cikal bakal Baitullah. Di pinggir sumur Zamzam ini semua orang akan mengenang Hajar dan Ismail.

Bila kelak aku ditakdirkan lagi untuk kembali beribadah di tanah suci, menjalankan kembali Haji dan Umroh, tentu kisah ini akan semakin menguatkanku untuk meneladani Hajar, ibunda Nabi Ismail, dan nenek Nabi Muhammad SAW.

Aamiin ya Rabbal’alamin.

Bulan April tema MGN adalah review buku tentang perempuan.

Yuk! Simak juga artikel menarik lainnya di link berikut:

Satu tanggapan »

  1. Bagus ya teh bukunyaa…langsung masuk list beli dan baca tahun depan (karena aku udah janji gak beli buku apapun tahun ini karena harus bertanggung jawab baca buku yang dibeli tahun-tahun sebelumnya). Resensi teteh juga apiiik banget, syukaaaa…

  2. Masya Allah, salut sama penulisnya, pasti risetnya enggak main-main…
    Jadi pengen baca juga semua seri perempuan-perempuan terpilih ini…

Tinggalkan komentar