Hobi Gowes Bersama Pasangan, Seru Loh!

Standar

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog kali ini cukup membuat ketar-ketir bukan karena tema tentang hobby atau aktivitas favorit. Tetapi Admin keren nan penuh kejutan ini membatasi artikel 1.000 kata saja. Stres dong! Biasa menulis di atas 1.500 kata, pastinya harus rajin cek jumlah kata dan siap-siap pangkas sana-sini.

Selesai tarawih tadi malam aku search Google mencari definisi hobi di KBBI. Sebuah kesenangan istimewa yang dilakukan di waktu senggang disebut hobi. Yup! Kesenangan istimewaku salah satunya adalah bersepeda/gowes.

Asyiknya bisa gowes keliling kampus ITB Bandung.

Mengapa Suka Gowes?

Sejak usia taman kanak-kanak aku senang sekali gowes keliling halaman rumah, walau pernah jatuh hingga kepalaku bocor dan harus dijahit terbentur besi tetap tidak kapok. Aku semakin senang saat mahir bersepeda roda dua, bahkan sepeda balap milik adikku lebih sering pakai untuk gowes pada akhir pekan. Pernah beberapa kali jatuh dan terluka ketika sedang gowes, masuk ke selokan atau terpeleset di jalan yang licin, tak juga membuatku gentar. Hobi gowes jalan terus. Aku tak hanya puas hanya berkeliling mengitari jalanan komplek. Sesekali jiwa petualanganku muncul, maka kakiku mengayuh sepeda sendirian menyusuri gang sempit perkampungan atau jalan raya yang tak begitu ramai. Biasanya mulai selepas shalat subuh sampai jelang jam sepuluh, aku gowes hingga banjir peluh … Sungguh seru!

Hadiah sepeda roda tiga dari Bapa membuatku hobi gowes hingga kini.

Sempat jarang gowes ketika kuliah di ITB karena aku tidak begitu suka dengan jalan yang terlalu naik-turun di Bandung. Tapi ketika liburan kuliah di Cirebon, pastilah aku gowes untuk menghibur diri juga menghilangkan kepenatan segala tugas studio dan ujian. Setelah lulus kuliah, lalu bekerja, dan berumahtangga di Jakarta, hobi gowes kembali bisa dilakukan dengan nyaman. Lebih seru lagi ternyata suamiku memiliki hobi gowes juga. Wooow … Paket komplit ini Mah. Klop deh! Anak-anakku ternyata senang juga gowes, ketularan Ibu dan Bapa nih …

Sampai sekarang hobi gowes masih aku jalani dengan memilih tempat yang lebih aman. Agak ketar-ketir juga kalau harus bersepeda di jalan raya Jakarta yang padat dan berpolusi. Aku senang gowes santai saja, makanya tidak ikut komunitas apapun. Beberapa kali aku sengaja membawa sepeda keluar kota sambil traveling atau silaturahim. Jika tak sempat membawanya, aku meminjam dari hotel atau penyewaan sepeda.

Kota Jakarta memiliki banyak tempat gowes yang keren loh!
Aku silaturahim ke rumah Mamah Tuti dan bersyukur bisa gowes keliling Kota Cirebon bonusnya belajar sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
Keliling Kota Solo sambil nostalgia masa kecil suamiku dilanjutkan kuliner yang maknyus.
Teteh senang sekali diajak gowes di kawasan Sentul Bogor dengan suasana sejuk dan segar.
Mas menemaniku gowes di Kota Baru Parahyangan sambil ikut kegiatan Bandung Lautan VW.
Kaka menikmati suasana car free day Jakarta sebelum pandemi bersama Bapa.
Asyik bisa pinjam sepeda untuk gowes di Kota Tua Semarang.
Berdua gowes di Kota Tua Jakarta memakai sepeda onthel.
Kawasan wisata Sangkanurip kaki gunung Ciremai asyik untuk gowes sambil blusukan di desa melihat sawah dan kebun.
Pepohonan rimbun, taman indah, langit cerah, dan bangunan kolonial di Kebun Raya Bogor membuat gowes semakin menyenangkan.

Jenis-Jenis Sepeda

Saat aku punya sepeda gravel, lipat, gunung, dan city bike. Aku coba kenalkan apa ciri-ciri sepeda yang biasa aku pakai di antaranya:

  • Pertama jenis gravel. Sesuai namanya sepeda ini bisa diajak cepat melewati jalanan gravel alias kerikil/tanah. Bentuknya khas road bike, tapi bisa menerima ban lebar hingga 40 mm atau lebih sedikit dan memakai disc brake ala sepeda off road.
  • Kedua jenis lipat. Sepeda lipat dapat dilipat menjadi lebih ringkas dengan dilengkapi engsel pada rangkanya. Keunggulannya bisa dibawa ke dalam angkutan umum, disimpan di apartemen ataupun kantor. Tentunya sepeda biasa yang berukuran besar tidak diizinkan. Sepeda lipat mulai populer di Indonesia sejak maraknya komunitas pekerja bersepeda atau kalangan penglaju. Rute pendek ditempuh dengan sepeda sementara rute jauh tetap menggunakan angkutan umum.
  • Ketiga sepeda gunung. Sepeda gunung atau All Terrain Bike /ATB atau Mountain Bike /MTB) adalah sepeda yang digunakan dalam medan berat. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 oleh pengguna sepeda di perbukitan San Fransisco. Ciri-cirinya adalah ringan, bentuk kerangka terbuat dari baja, aluminium atau komposit serat karbon (carbon fiber reinforced plastic), menggunakan shock breaker (peredam goncangan). Ban yang dipakai memiliki kemampuan untuk mencengkeram tanah dengan kuat. Sepeda gunung memiliki 18-30 gear pindah yang berguna mengatur kecepatan dan kenyamanan dalam mengayuh pedalnya.
  • Keempat city bike. Sepeda jenis ini banyak digunakan oleh kaum urban masa kini. City bike dikenal sebagai urban bike atau commuter bike. Sesuai namanya, city bike didesain untuk digunakan di perkotaan. Kenapa begitu? Karena ban yang digunakan cukup ramping serta khusus melewati jalanan mulus dan tak banyak lubang. Juga didesain untuk perjalanan jarak pendek dengan medan yang rata. Cara penggunaan city bike relatif lebih sederhana dibandingkan tipe lainnya.
Suami memakai sepeda gravel untuk gowes berdua di GBK sebelum melakukan aktifitas rutin di kantor dan kampus.
Gowes di PIK menggunakan sepeda lipat yang praktis.
Sepeda gunung cocok digunakan gowes untuk medan naik-turun, berbatu  dan off road.
City bike menemani gowes santai di hutan kota kawasan Halim.
Papah Gajah menemani Mamah Gajah gowes di kampus ITB.

Manfaat Gowes Bagi Kesehatan

Gowes menjadi alternatif olahraga yang cocok saat pandemi, karena rendahnya kontak dengan kerumunan. Selain itu, gowes secara rutin juga memiliki banyak manfaat baik bagi kesehatan fisik dan juga mental. Ada 8 manfaat gowes, yaitu:

  1. Meningkatkan kekuatan otot.
  2. Mengontrol berat badan.
  3. Menjaga kesehatan jantung.
  4. Menstabilkan diabetes.
  5. Menurunkan risiko depresi.
  6. Meningkatkan sistem imun tubuh.
  7. Menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker.
  8. Membantu mengatasi insomnia.

Stres bisa datang sewaktu-waktu kepada siapa saja. Tekanan pekerjaan atau masalah kehidupan yang belum terselesaikan dapat menjadi pemicu stres. Selain menerapkan anjuran Rasulullah shalallaahu a’laihi wassalaam  ‘jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu’, tak ada salahnya mencoba gowes untuk menghilangkan stres.

Penutup

Gowes bersama pasangan tentu memiliki manfaat tambahan selain menjaga kesehatan. Sebagai pasangan, kita perlu terus menerus berusaha merekatkan hubungan, menyuburkan kasih sayang, dan merawat cinta kasih. Gowes sangat cocok dilakukan bersama pasangan agar semakin bahagia lahir batin. Pengalamanku sih ketika ada selisih pendapat atau miss communication dengan pasangan, lalu ada rasa marah atau tidak nyaman. Setelah saling meminta maaf, maka gowes bersama pasangan ternyata sungguh ampuh menghilangkan ketidaknyamanan itu. Kami pun mesra kembali …

Kemesraan ini … Janganlah cepat berlalu.

Satu tanggapan »

  1. Ahahahaha aduuhhh penutupnya so sweet sekali, Mba Dewi. 🙂 Aamiin aamiiin semoga mesra selalu dengan suami tercinta ya Mba Dewi. 🙂

    Mba Dewi ini literally sudah sepedahan di berbagai kota di Indonesia ya Mba, plus di beragam medan pula. Plusnya lagi, gowes adalah hobby yang sejak kecil Mba Dewi tekuni. Bisa awet dan tak lekang oleh waktu niy kegiatan favoritnya. Pun, ketiga putra-putri Mba Dewi memiliki hobby gowes juga.

    Ahh pasti seru dan menyenangkan ya Mba gowes bersama sekeluarga.. 🙂

  2. Teh Dewi keren ih, seru ya sepedaan. One of my bucket list karena aku ga bisa naik sepeda haha. Udah sempat belajar tahun kmrn tapi belum bisa aja, harus dicoba lagi nih

      • Teh Dewi…? Sepedahan pakai gamis juga oke? Super sekali 👍👍👍
        Ini tampaknya semua jenis sepeda sudah dijajal ya sama Teh Dewi. Saya, pakai sepeda yang ada giginya malah riweuh. Belum ngerti triknya aja sih kayaknya, jadi sepeda saya lebih sering ngejugrug di pojokan daripada dibawa jalan-jalan/ sepedahan.

  3. Keren ih orang Indonesia skrg lebih jago sepedaan dari orang Belanda, negrinya sepeda. Semoga nanti makin bagus ya teh infrastuktur buat gowes-er di negara kita, biar makin sehat semuanya, makin mesra dengan orang-orang tercinta, bisa gowes sama-sama ❤

  4. Nambah ilmu nih aku tentang jenis-jenis sepeda. Sejak lutut kiri ada masalah, ternyata kata dokter, olahraga yang paling pas adalah nyepeda dan berenang. Kalau jalan kan impact ke persendian, gowes malah bagus.
    Mulailah kami bersepeda, keliling kompleks aja sih…
    Semoga makin mesra nih teh Dewi ama suami, gowes bareng…

  5. Pengen banget deh bisa sepedahan keliling kota, tp masalahnya ga ada jalanan khusus sepeda dekat rumah saya, dan jalan rayanya kecil takut keserempet mobil.

    Teh dewi seru banget ceritanya, dan sepedanya macem macem banget teenyata ya

  6. Asyik banget sih teh, gowes di beda-beda kota…
    Sejak pandemi, saya juga suka gowes bareng suami, tapi belum bisa berdua, masih diintilin anak-anak, hihihi…

  7. Hobi olahraga juga impian nih. Pantes Mamah Dewi awet muda dan segar terus kelihatannya. Barakallah hobinya sama dengan suami ya. Jadi bisa kompak kemana-mana 🙂

  8. Waah, hobinya Teh Dewi cocok sama suamiku. Dia juga punya macam-macam tipe sepeda. Nyambung nih kalo ngobrol, hehe… Sepedaan sekeluarga emang seru ya, Teh 😍

  9. Teteh….itu kumaha gowesan pake gamis lebar?

    Dulu aku kan gowesan kalo ke kantor, baju kantorku model gamis gitu…jd tiap kali aku gowes roknya kuangkat dan diiket ke pinggang….mana dulu cuma aku satu-satunya cewek yang gowesan ke kantor…jd bener-bener menarik perhatian dan gelak tawa orang-orang

  10. Seperti biasa, tulisannya padat dan bagus, foto-foto lengkapnya selalu bikin takjub. Keren Teh Dewi, hobi yang membuat sehat lahir dan batin ini ya. Kalau aku pribadi nggak terlalu suka bersepeda, kalau capek sepedanya nggak bisa dikantongin dan kudu digowes balik. Kalau lari, once kita capek.. pulangnya tinggal ngegojek aja haha

  11. Koleksi sepedanya komplit ya, tanda-tanda emang pecinta gowes level cinta banget hehehe… Jadi seru ya, pergi ke kota manapun, eksplorasi dengan gowes. Biasanya bawa sepedanya gimana itu teh? Di mobil ada tempat bawa sepeda?

  12. Seru teh, baca tulisannya 😀

    Hmm iya bener juga, kondisi lingkungan tempat tinggal memang mempengaruhi minat main sepeda, ya.

    Waktu kecil rumahku di dalam perkompleksan, jadi senang banget tuh main sepeda sendirian menjelajah sekitar. Begitu besar, pindah ke kota yang lebih padat, dan tinggal di tepi jalan raya, gak kepikiran lagi mau main sepeda.

    Pernah jadi suka main sepeda lagi waktu ambil S2 di UI Depok. Kan ada penyewaan sepedanya tuh di dalam area kampus. Kebetulan ada teman-teman yang juga suka sepedaan, jadi bisa ngerasain lagi asyiknya bersepeda.

Tinggalkan Balasan ke mutilaksmi Batalkan balasan