Kuliner Solo The Spirit of Java

Standar

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog (MGN) kali ini bikin lapar ha3 … Gimana gak? Tema yang diusung oleh admin kesayangan adalah tentang makanan khas kota tempat tinggal Mamah.

Aku mencintai Kota Solo karena berjodoh dengan orang Solo. Ibu mertua adalah cucu Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom V. Seorang ulama bangsawan, abdi dalem Keraton Surakarta. Beliau anak dari putri bungsu Penghulu Tafsir Anom V, bernama Marhamah. Solo The Spirit of Java adalah tagline yang mengandung makna ‘Solo merupakan jiwanya Jawa’.

Andong kendaraan khas untuk keliling Keraton Surakarta

Aku suka banget loh blusukan di Kota Solo. Naik becak lebih seru karena kendaraan ini di Jakarta sudah disingkirkan sejak tahun 90-an. Sesekali gowes bersama suami keliling kota dan mampir membeli jajanan khas. Semoga saja sajian artikel kali ini dapat menginspirasi para Mamah member of MGN tentang makanan yang membuatku jatuh cinta dan selalu rindu menyantapnya. Kuliner Solo yang aku suka di antaranya adalah Tongseng, Tengkleng, Sate Kambing, Serabi Notosuman, Es Dawet Telasih, Pecel Ndeso, Cabuk Rambuk, Jenang Lemu, Leker, Susu Murni, dan Nasi Liwet.

Ternyata ada sensasi tersendiri berjalan menyusuri kawasan Kauman Solo yang masih menyimpan nuansa kuno.

Berburu Tongseng, Tengkleng, dan Sate Kambing

Lebaran kali ini aku ngidam kepingin kuliner serba kambing. H+2 setelah ziarah ke makam Bapak dan Ibu di Pajang, aku minta suami langsung menyambangi kios Pak Manto. Sudah terbayang kambing muda yang diolah menjadi masakan terendes dalam sejarah kulinerku ha3 … Tengkleng, tongseng, dan sate kambingnya sedap pake banget. Tapi … ooohhh … sayang sekali pengunjung sangat membludak. Trotoar di samping kios sudah penuh pengunjung … Aku coba masuk ke dalam … Wuuiiihhh … Padat. Tak satupun bangku kosong.

Kios Pak Manto dapurnya berada di sisi jalan. Pengunjung bisa melihat langsung para juru masak mengolah kambing menjadi tengkleng, tongseng, dan sate.
Tengkleng rica Pak Manto. Sumber: kulinersoloraya.com

Suamiku pantang menyerah loh! Dia mengajak ke kios Pak H. Bejo yang menjual sate buntel dan tongseng maaaknyuuus … Duuuh … Gak rezeki juga nih! Tergantung tulisan ‘HABIS’ di depan kios.

Kios Pak H. Bejo sepi karena semua hidangan sudah habis.
Sate buntel dan tongseng kambing Pak H. Bejo. Sumber: gofood.co.id

Legenda Kuliner Solo

Selepas silaturahim ke rumah kerabat, aku mengajak suami ke Pasar Gede Hardjonagoro. Siang hari sungguh cocok bila menyantap dawet telasih dan es gempol pleret Bu Wiji. Segar sekali rasanya. Minuman favorit keluargaku ini rasanya manis, dingin dan segar. Bakal ketagihan deh!

Ramuan es dawet tradisional Solo yang turun-temurun tiga generasi. Semangkuk es dawet ketan hitam, tape ketan, jenang sumsum, biji telasih, cairan gula, dan santan dengan tambahan es batu.

Beberapa penjual es dawet telasih seperti Bu Siswo, Bu Wiji, dan Bu Dermi siap menyajikan semangkuk dawet dengan kuah santan untuk Anda. Dawet Bu Dermi misalnya, sepetak lapak tempat berjualan dawet terkenal tak pernah sepi pengunjung dari berbagai kalangan mulai dari masyarakat biasa hingga Presiden. Aku berusaha menggunakan bahasa Jawa bila berada di pasar tradisional.

Serabi Notosuman laris manis … Teteh rela menunggu serabi yang sedang dimasak. Cara membuat serabi cukup sederhana. Adonan tepung beras, santan, gula pasir, garam, pandan, dan air dicetak dalam wajan kecil dan ditutup hingga mekar.

Satu lagi makanan yang selalu disantap saat berada di Kota Solo adalah serabi Notosuman yang legendaris. Manis gurih dari santan kental pastinya tak cukup menyantap satu. Apalagi dimakan saat sore hari sambil menyeruput ngopi … Waaaahhh … Sedap sekali.

Asal usul resep Serabi Notosuman Solo ternyata berasal dari pasangan etnis Tionghoa bernama Hoo Ging Hok dan Tan Giok Lan. Notosuman merupakan nama kawasan di Solo yang identik dengan salah satu cemilan legendaris khas Solo, serabi dengan cita rasa memikat sejak 1923. Dengan begitu, usia dari usaha Serabi Notosuman yang melegenda itu sudah mendekati satu abad.

Meskipun bersumber dari catatan resep yang sama, ternyata ada perbedaan antara kedua produk Serabi Notosuman itu yakni pada warna kardus yang digunakan. Serabi Notosuman Ny. Lidia menggunakan bungkus hijau, sedangkan, serabi Ny. Handayani kondang dengan sebutan serabi bungkus oranye.

Pecel Ndeso Solo kesukaan suamiku adalah makanan sehat ala masa lampau.

Pecel biasanya terdiri sayuran rebus yang diguyur sambal kacang. Namun, berbeda dengan Pecel Ndeso Solo. Dari tampilannya saja, warna sambal terlihat lebih hitam. Ternyata, sambal pada menu ini memang berbeda. Penjual makanan khas ini bukan menggunakan kacang melainkan wijen hitam. Rasanya mantap banget deh! Selain pecel biasanya penjual menyajikan juga rebusan kacang tanah, pisang, dan makanan khas dibungkus daun pisang.

Cabuk rambak yang bikin kangen Solo ada di stadion Manahan.

Cabuk rambak berfungsi sebagai makanan sela (volumenya tidak seberapa besar dan satu porsi tidak membuat kenyang) terbuat dari ketupat nasi diiris tipis-tipis, lalu disiram saus wijen dicampur kemiri dan kelapa parut yang telah disangrai, serta ditambah beberapa potong karak (sejenis kerupuk terbuat dari nasi kering dan bleng). Biasanya disajikan tidak dengan piring tetapi wadah daun pisang dibentuk pincuk.

Nama ‘cabuk’ mengacu pada wijen (ada sejenis sambal/saus terbuat dari wijen bakar di daerah yang sama). Tapi cukup mengherankan dengan nama ‘rambak’, karena ternyata sama sekali tidak ada kerupuk kulit (rambak) yang disajikan.

Kuliner Dekat Musafir Guest House (MGH) Solo

Ketika masih ada Ibu dan Bapak, pastinya kami akan menginap di rumah Danukusuman. Namun setelah mereka tiada, kami menginap di Musafir Guest House (MGH) yang dahulu adalah rumah keluarga Ibu dan Eyang. Letaknya hanya selisih satu masjid dan satu rumah saja. Setelah direvitalisasi rumah tersebut kini berfungsi sebagai guest house dengan 4 kamar tipe superior dan 17 kamar tipe standar. MGH berada tak jauh dari alun-alun kidul Keraton Surakarta. Monggo pinarek bila bertandang ke Kota Solo …

Jenang lemu mbah Mur. Sumber: gofood.co.id

Di dekat MGH ada makanan khas yang dijual sore hari, yaitu jenang lemu Mbah Mur di Serengan seberang kios Soto Gading yang terkenal itu … Bubur gurih yang bisa dipadukan dengan kuah santan pedas atau kuah semur manis. Tambahan telur rebus, krecek, dan tahu bacem membuat sensasi rasa tersendiri. Ada juga menu ketan juruh yang legit dengan taburan parutan kelapa muda dan cairan gula merah.

Oya … Lokasi rumah keluarga dekat dengan penjual susu murni yang buka sejak sore hingga malam hari. Rahasia kenikmatan sajian dalam gelas kaca tinggi ini adalah kesegaran bahan bakunya berupa susu murni (diambil langsung dari perahan sapi) yang didatangkan dari Boyolali setiap harinya.

Superboy alias susu murni Boyolali. Sumber: kulinersoloraya.com

Saat sarapan pagi biasanya aku membeli nasi liwet di alun-alun kidul Keraton Surakarta. Nasi yang dimasak dengan santan disajikan dengan suwiran ayam areh, sayur labu siam, dan areh santan. Bungkus nasi liwet menggunakan daun pisang yang dibentuk pincuk. Lebih nikmat bila disantap bersama kerupuk karak. Hhhmmm … Maknyus tenan iki.

Nasi liwet menu sarapan favorit.
Nasi liwet mbah Manto.
Saat gowes di depan SD Kesatriyanan Keraton Surakarta bertemu penjaja leker.
Mohon maaf lahir dan batin … Berpose sejenak di depan MGH sebelum melanjutkan perjalanan mudik kami ke Kota Yogyakarta dan Kota Cirebon.

Resep Nasi Liwet

  • Bahan nasi liwet: 400 gram beras, cuci bersih 700 ml santan dari 1/2 butir kelapa 2 lembar daun pandan 2 lembar daun salam 1 batang serai, memarkan 1/2 sdt garam
  • Bahan ayam areh:  1 ekor ayam, potong jadi 4 bagian  1 sdt ketumbar 2 lembar daun salam 1 sdt garam 2 sdm gula merah  2 gelas air kelapa 
  • Bumbu halus ayam areh: 4 siung bawang putih  6 siung bawang merah  3 butir kemiri sangrai  3 cm lengkuas 1/4 sdt terasi 
  • Areh santan: 1 gelas santan kental dari 1/4 butir kelapa  3 lembar daun salam 3 cm lengkuas, memarkan 1/2 sdt garam
https://mamahgajahngeblog.com/

Satu tanggapan »

  1. Teh Dewi, bener banget, tantangan sekarang bikin lapar. Yang ditulis Teh Dewi semua favoritku kecuali Cabuk Rambak karena belum pernah nyoba.

    Nasi Liwet Solo itu memang nostalgic banget, udah gitu aku suka lihat pedagangnya kalau udah sepuh biasanya masih pakai jarik dengan kebaya, cantik banget.

  2. Nyaam enak2 banget makanannya Teh Dewii,,, penasaran dengan pecel kuah wijen hitam itu ya,,, wah moga2 ada rezekinya main dan makan di Solo😄

  3. Wedang Ronde, Wedangan / Angkringan, Kikil Bakar, Jadah Bakar (Apolo), Kopi Joss (Kopi yg dicelup arang membara), Roti Semir, Soto NgGading, Soto Seger Boyolali, Ketan Juruh Bubuk Kedelai, Terancam, Timlo, dll .. belum tertulis dlm blog ini ya…

  4. Saya baru tahu tentang Superboy setelah dikasi tahu Mamah Restu, dan di sini Mba Dewi juga menampilkannya. Aduhh segernya. Ehehehe.

    Ada 2 niy Mba Dewi yang saya pinginin banget: pecel ndeso dan es dawet telasih, apalagi es-nya ada tape ketannya, waduhh suka pake bangeet, pasti enak nih. Hhmmm..

    Serabi notosuman sekarang buka di BSD, Mba Dewi, di Pasar Modern ehehe. Betul Mba, tidak cukup 1 kalo memakannya ehehe.

  5. Saya baru denger deh tentang pecel ndeso yang pakai wijen. Sama sekali tanpa kacang tanah mba? Penasaran deh sama rasanya, pasti beda ya karna kan rasa kacang tanah dan wijen beda..

  6. Lengkap banget tehhhh kuliner di Solo jadi pengen balik lagi kesana cobain satu-satu wkwk. Dulu pernah ke Solo waktu nikah temen, tapi kami malah nginep dan kulineran di Semarang, ke solo cuma hadir resepsi aja huhu

Tinggalkan komentar