Cita-citaku Berkunjung ke Masjidil Aqsha

Standar

Pagi yang mendung berteman senandung duka di dalam hati.

Aku membaca berita betapa semakin jahatnya penjajah Israel terhadap saudara-saudara kita di Palestina. The Old City Jerusalem dan Al-Quds/Al-Aqsha pun hendak direbut naudzubillah. Ya Allah Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa lindungilah negeri Palestina dan saudara-saudara kami aamiin …

Hari ahad kemarin aku berolahraga di kawasan Monas. Tak disangka sebelum turun dari Transjakarta di halte Stasiun Gambir, aku melihat jalan di depan Kedubes USA diblokir oleh petugas kepolisian. Masyaallah… Ada unjuk rasa bertajuk ‘Bela Palestina Hentikan Genosida’.

Aku bergegas menuju ke arah selatan agar masih bisa mengikuti kegiatan unjuk rasa itu. Alhamdulillah … Pas sekali dengan berakhirnya lantunan takbir, dimulai orasi yang berisi tujuh tuntutan. Aku ingat ada tuntutan hentikan genosida di Palestina dan teruskan boikot produk dan segala yang terkait Israel.

# كلنا مريم Kita Semua Adalah Maryam #weareallmarry

Selain unjuk rasa yang terus berlangsung di segala penjuru dunia, ada satu gerakan sunyi yang aku ikuti. Gerakan “Kita Semua Maryam” sebagai gerakan internasional dari para pendukung kemanusiaan bagi perempuan Al-Quds ini juga didukung oleh masyarakat Indonesia. Bukan suatu kebetulan, Teteh, anakku bungsu menyandang nama Maryam Aliyya Al Kindi. Saat pemberian nama itu aku telah memikirkannya sejak lama, bahkan sebelum menikah.

Di dalam Al-Qur’an hanya ada satu surah yang memiliki nama perempuan secara khusus yaitu surah Maryam, surah ke-19. Maryam di dalam Al-Qur’an adalah ibunda Nabi Isa AS yang menjadi wanita penghulu surga. Kisah Maryam sering aku sampaikan kepada Teteh.

Para perempuan Palestina yang sungguh luar biasa telah berjuang menjaga Al-Quds. Dalam komplek tersebut terdapat masjid suci ketiga bagi umat Islam yaitu Masjidil Aqsha. Perjuangan mereka amat berat dan membutuhkan ketegaran yang luar biasa, seperti ditahan, dipisahkan dari keluarga dan anak-anak, rumah dirampas dan dihancurkan, dilarang memasuki kota tempat tinggal, bahkan dilarang memasuki Masjidil Aqsha. Subhanallah …

Sejak usia 10 tahun Teteh sudah aku perkenalkan dengan berbagai gerakan kemanusiaan terkait Palestina. Tentu penting bagiku dan Teteh untuk mengambil hikmah dari gerakan ‘Kita Semua Adalah Maryam’ ini.

Ya … Mengajak anak-anak untuk memiliki rasa empati terhadap penderitaan sesama sangatlah penting. Hati nurani mereka yang masih murni akan lebih mudah terenyuh. Orang tua tentu harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Yuk! Kita ajak anak-anak untuk menyumbangkan tabungan atau menyisihkan uang saku mereka untuk membantu anak-anak Palestina yang sedang dalam penderitaan akibat perang. Ajak juga untuk mendoakan agar anak-anak Palestina diberikan kesabaran, kekuatan, dan pertolongan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung.

Baca juga kisah Amazing Maryam Women of Heaven yang aku tuliskan untuk tantangan Mamah Gajah Ngeblog (MGN).

Keutamaan Al-Quds/Al-Aqsha

Dalam pandangan Islam, tanah Palestina (Syam) adalah tanah milik kaum Muslim. Di tanah ini berdiri Al-Quds. Ada beberapa keutamaan dan sejarah penting yang dimiliki Al-Quds.

Pertama: tanah wahyu dan kenabian. Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).

Kedua: tanah kiblat pertama. Arah kiblat pertama bagi Nabi Muhammad dan kaum Muslim adalah Baitul Maqdis (al-Quds) sampai Allah SWT menurunkan wahyu untuk mengubah kiblat ke arah Ka’bah (QS al-Baqarah [2]: 144).

Ketiga: Masjidil Aqsha adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam dan satu dari tiga masjid yang direkomendasikan Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam. untuk dikunjungi. Beliau bersabda, “Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjidil Aqsha.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. pun bersabda, “Sekali shalat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 shalat. Sekali shalat di Masjidku (di Madinah) sama dengan 1000 shalat. Sekali shalat di Masjidil Aqhsa sama dengan 500 shalat.” (HR ath-Thabrani dan al-Bazzar).

Keempat: tanah ibukota Khilafah. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Perkara ini (Khilafah) akan ada sesudahku di Madinah, lalu di Syam, lalu di Jazirah, lalu di Irak, lalu di Madinah, lalu di Al-Quds (Baitul Maqdis). Jika Khilafah ada di Al-Quds, pusat negerinya akan ada di sana dan siapa pun yang memaksa ibukotanya keluar dari sana (Al-Quds), Khilafah tak akan kembali ke sana selamanya.” (HR Ibn Asakir).

Mengenal lebih jauh Masjidil Aqsha yang mulia. Area komplek Masjidil Alqsha tertandai dalam lingkaran kotak seluas garis merah (dalam foto). Di dalamnya terdapat Masjid Qubbatus Shokhro (Dome of The Rock/berkubah kuning emas), Masjid Aqsha (berkubah biru), dan masjid lainnya.

Selasa yang Tak Seharusnya Mendatangkan Luka …

Akhir tahun 2008 terjadi tragedi Gaza. Palestina di serang Israel. Saat kejadiaan itu dua anakku Kaka dan Mas terbaring karena diserang seekor nyamuk Aedes Aegypti. Tentu penderitaan anak-anakku tak sepadan penderitaannya anak-anak Palestina di Gaza.Sungguh menyedihkan. Anak-anak tak berdosa menjadi korban. Mereka kehilangan rumah, orang tua, bahkan raga dan jiwa. Serangan rudal tiada henti. Kota porak poranda. Bahkan markas PBB pun tak luput dari kehancuran. Tak terperikan penderitaan mereka.

Pada bulan November 2012, anak-anak Palestina di Gaza kembali menjadi korban kebrutalan Israel. Aku menerima banyak posting foto-foto yang membuat perutku bergolak mual dan kepalaku mendadak berdenyut nyeri, tak terasa air mataku menetes … Sungguh tak tega melihatnya. Pagi kemarin, suamiku meminta tolong untuk mentransfer sejumlah dana ke rekening lembaga sosial untuk membantu saudara-saudara bangsa Palestina di Gaza.

Betapa seharusnya aku dan keluarga pandai bersyukur atas nikmat hidup di negeri tercinta Indonesia. Tak ada perang. Tak juga kekurangan makanan. Alhamdulillah …Tragedi Palestina menyadarkanku akan nikmatnya hidup di Indonesia. Tanah airku tercinta yang aman sentosa. Semoga anak-anak Palestina segera mendapatkan tanah air yang damai sejahtera. Tak ada lagi perang di dunia. Tak ada lagi darah tertumpah dari anak-anak yang tak berdosa. Tegakkan perdamaian abadi dan persahabatan antar bangsa-bangsa. Bukankah Allah menciptakan manusia tiada beda? Yang membedakan hanyalah ketakwaan di hadapan-Nya.

Bismillah … Doa kami untuk rakyat Palestina … Semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa melimpahkan karunia-Nya.

Teteh bersama teman-teman SMA Qur’an Asy Syahid mengikuti kegiatan ‘Bela Palestina’ di kawasan Monas Jakarta.

Bagaimana tak meleleh air mata membaca buku berjudul Palestina yang Terlupakan? Ya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi Karunia perjalankanlah aku dan keluargaku ke Masjidil Aqsha yang telah Engkau berkahi sekelilingnya. Jadikan kami mendapat hikmah akan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Mu Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aamiin …

Peta palestina yang dirilis oleh national geographic tahun 1948.

Destinasi Impian adalah Masjidil Aqsha di Tanah Palestina Merdeka

Mengapa ingin sekali berkunjung ke Masjidil Aqsha? Teringat pengalaman yang tak terlupakan saat umroh bersama Teteh.

Aku teringat percakapanku dengan Teteh, anakku bungsu di Masjidil Haram. Kala itu Teteh sedang menanti waktu shalat isya selepas shalat maghrib. Aku memintanya untuk mengambilkan Al-Qur’an dari lemari khusus di dekat kolom masjid. Teteh membaca Al-Quran dengan tartil bergantian denganku agar waktu menunggu terisi dengan kebaikan.

“Bu … Apa Ibu sudah mendoakan saudara-saudara kita di Palestina? Terutama anak-anaknya…” Aku sejenak menoleh dan menatap wajah Teteh dengan seksama. Teteh tampak serius dan bertanya ulang, “Sudah belum Bu … Kasihan mereka. Aku sedih kalau membaca ceritanya.” Tampak mata Teteh berkaca-kaca.

“Iya sayang … Ibu sudah dan selalu melangitkan doa terbaik untuk saudara-saudara kita di Palestina.” Aku peluk Teteh erat.

Ternyata kami diperhatikan oleh salah seorang jamaah yang duduk tak begitu jauh. Dia panggil aku untuk mendekat dengan lambaian tangan dan senyumnya. Aku ajak Teteh bergeser ke dekatnya. Aku bersalaman sambil memberi salam, “Assalamu’laikum …” Lalu dia bertanya dalam bahasa Arab yang aku mengerti sedikit-sedikit saja, “Siapa nama anak ini?” Aku berbisik kepada Teteh untuk menjawab. “Maryam.” jawab Teteh sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. “Masyaallah … Maryam.”

Aku tanya apakah dia bisa berbahasa Inggris? Ternyata alhamdulillah bisa walau tidak lancar. Akhirnya kami mengobrol dalam bahasa campuran. Inggris dan Arab. Muslimah yang baik hati ini adalah warga negara Palestina. Beliau tinggal di pengungsian dan berprofesi sebagai guru. Dia bersyukur mendapat kesempatan untuk beribadah umroh. 

Ada pertanyaan menarik darinya kepada Teteh, “Sudah bisa membaca Al-Qur’an sejak kapan? Hafal berapa juz?” Aku bilang, “Alhamdulillah ini sudah khatam Al-Qur’an dan hafal juz 30.” Kembali dia mengelus kepala Teteh dan berseru riang, “Masyaallah … Barakallah Maryam …” 

Gambar kanan atas : panorama waktu maghrib di sekitar tanah suci Al-Aqsha. Gambar kiri bawah : salah satu sisi Masjid Al-Qibliy bangunan utama Al-Aqsha. Keutamaan shalat di Masjidil Aqsha adalah shalat di Baitul Maqdis 500 kali shalat : di Masjidil Haram 100 ribu kali shalat dan di Masjid Nabawi seribu kali shalat. Ruang mihrab dan mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi di Masjid Al-Qibliy bangunan utama Al-Aqsha.

Adzan isya berkumandang, obrolan kami terhenti. Selepas shalat dia pamit. Aku berikan beberapa bros rajutan sebagai tanda sayang untuknya. Dia senang sekali. Teteh dipeluk dan dicium sayang. Aku pun berpelukan erat. Dia berkata, “Semoga kalian bisa berkunjung ke Baitul Maqdis, shalat di Masjid Al-Aqsha.” Tak terasa ada embun di mataku … Tercekat. Akhirnya tak kuasa mengalir juga air mata membasahi jilbabku. Aamiin … Ya Rabbal’alamin … Semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia mengabulkan doanya.

Allahu Akbar … Semoga Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa membebaskan Masjidil Aqsa dari penjajahan.

Selama kemerdekaan Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah Bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel. Setegas itu pernyataan Bung Karno pada tahun 1962.

Cita-citaku untuk melakukan perjalanan menuju tiga masjid yang diberkahi Allah Yang Maha Agung lagi Maha Pengampun. Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sudah terwujud, alhamdulillah. Doaku semoga dimudahkan prosesnya agar dapat mengunjungi Masjidil Aqsha dan diberi kesehatan, kesabaran serta dilimpahi kasih sayang-Nya, aamiin ..

Silakan mampir membaca artikel menarik lainnya di link berikut:

Satu tanggapan »

  1. Aku juga sangat tertarik dengan mesjid yang perjalanannya begitu panjang ini Mbak Dewi. Merekam perjalanan spiritual dari masa Ibrahim hingga Muhammad. Ditambah sengketa yang ada sekarang. Mudah-mudahan disempatkan untuk ziarah ke sini juga selain ke Masjidil Haram di Mekah.

Tinggalkan komentar