Budayakan Anti Buku Bajakan, Berbagi Pengalaman Untuk Tantangan MGN

Standar

Setelah maju mundur cantik dan merasa hampir menyerah atas tantangan bulanan kali ini dari admin Mamah Gajah Ngeblog (MGN), akhirnya aku berhasil juga menulis artikel yang berisi pengalaman ringan namun semoga berdampak kuat.

Teteh dan para sepupu membeli buku sebagai hadiah akhir tahun.

Kami diajak  move on ke tantangan bulanan kali ini. Pada bulan Agustus ada Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Hari Kemerdekaan. Selama 3,5 abad kita terjajah, kini kita sudah merdeka. Sudah seharusnya kita bermental merdeka dan adil juga pada sesama. Makanya, admin memilih tema tentang Budaya Hidup Tanpa Bajakan. Mendukung cara hidup yang legal dan tidak menggunakan yang bukan hak kita . Pembahasan dapat berupa produk yang kita pakai maupun kita produksi. Tentunya topiknya adalah sesuatu yang kita kenal dan kuasai untuk memudahkan pembahasan. 

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.  https://mamahgajahngeblog.com/tema-tantangan-mgn-agustus-budaya-tanpa-bajakan/ on.

Koleksi Buku Langka Warisan Bapa dan Nasihat Anti Buku Bajakan

Sejak SD aku sudah rajin ke perpustakaan sekolah. Sewaktu SMP dan SMA, aku melebarkan sayap dengan menjadi anggota perpustakaan daerah. Waaaah … Senangnya bisa membaca beragam buku tanpa harus membeli. Maklum kan uang saku terbatas. Bapa juga menyarankan agar aku lebih sering ke perpustakaan terutama saat liburan sekolah.

Satu buku langka yang ada di rak perpustakaan rumahku adalah buku berjudul Dibawah Bendera Revolusi karya Soekarno. Sampul biru dongker dengan tulisan berwarna keemasan. Kertasnya sudah usang menguning. Buku cetakan ketiga ini diterbitkan tahun 1964. Sudah lebih dari 50 tahun ya umur bukunya. Adakah teman pembaca yang punya koleksi buku ini juga?

Buku ini asli bukan bajakan. Bapa berkisah tentang cara memperoleh buku ini dari sahabatnya saat beliau sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indoenesia era tahun 65-an. Bapa menjadi aktivis mahasiswa pada saat itu. Aku mendapat nasihat dari Bapa bahwa kita harus menghargai karya orang lain. Tidak mudah untuk melahirkan sebuah karya seperti buku yang berisi kumpulan tulisan selama bertahun-tahun dengan pengorbanan harta bahkan jiwa.

Dibawah Bendera Revolusi adalah buku fenomenal yang menghimpun tulisan-tulisan Soekarno pada masa penjajahan Belanda (1917 – 1925) dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1959 oleh sebuah Panitia Penerbitan di bawah pimpinan H. Mualliff Nasution. Pada tahun 1963 buku monumental itu mengalami cetak ulang yang kedua dan hanya dalam waktu dua minggu sudah habis terjual. Tidak mengherankan setelah itu pencetakan kembali dilakukan setiap tahun. Terakhir kali, tahun 1965 buku itu untuk keempat kalinya dicetak ulang. Ini menunjukkan bahwa keinginan rakyat Indonesia untuk memiliki buku itu sangat besar. (Sumber: https://id.wikisource.org/wiki/Dibawah_Bendera_Revolusi). 

Rasanya jahat sekali kalau kita membaca buku bajakannya bukan?

Satu lagi ada kumpulan buku bersejarah yang diwariskan Bapa kepadaku. Siapa tak kenal Buya Hamka? Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, lebih dikenal dengan nama Buya Hamka, lahir di Sungaibatang, Tanjungraya, Agam, Sumatera Barat, pada 17 Pebruari 1908. Dan, meninggal pada 24 Juli 1981 di Jakarta. Ia adalah ulama modern yang multitalenta, sebagai sastrawan, wartawan, pengajar, bahkan politik sebagai kegiatan-kegiatan yang menyertai jalan hidupnya. Sebagai politisi, Buya Hamka aktif di Partai Masyumi di samping organisasi keagamaan Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Pada masa Orde Baru, Buya Hamka menjadi Ketua Umum pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Sumber: https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/661-buya-hamka-dan-tafsir-al-azhar).

Awalnya Buya Hamka mengenalkan tafsirnya tersebut pada kegiatan kuliah subuh pada jama’ah masjid al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta. Sejalan dengan aktivitasnya di bidang politik, Presiden Soekarno memberinya pilihan untuk tetap menjabat sebagai petinggi negara atau melanjutkan sebagai anggota Masyumi. Buya Hamka memilih untuk mengundurkan diri sebagai pejanat negara.Tak lama setelah itu, Buya Hamka ditangkap penguasa Orde Lama dengan tuduhan berkhianat pada negara dan dipenjara selama 2 tahun 7 bulan; ia pun memanfaatkan waktunya untuk menulis dan menyempurnakan tafsirnya. Masyaallah …

Kita tahu bagaimana Buya Hamka kehilangan kemerdekaan raganya karena dipenjara, namun tak kehilangan jiwanya. Apakah kita tega membeli kumpulan buku karya Buya Hamka hasil bajakan? Tentu, jawabannya adalah tidak.

Sebagian koleksi buku di perpustakaanku semuanya original. Aku membelinya di toko buku atau pameran buku.

Koleksi Buku  Original Milik Anak-anakku

Nah … Ketika sudah memiliki anak, hobi membaca buku ini aku tularkan kepada Kaka, Mas, dan Teteh. Aku yakin buku itu jendela kehidupan dan membaca buku adalah cara agar kehidupan terasa bermakna. Oya … Sebagai Ibu, aku berusaha agar mampu memberi nutrisi terbaik bagi otak anak-anak. Membelikan buku adalah salah satu caraku bersyukur atas karunia otak agar lebih berakal, lebih cerdas, dan mampu berfungsi dengan optimal. Bukan hanya makanan, minuman, dan pakaian saja kebutuhan mereka. Buku juga bisa memperkaya jiwa dan melembutkan hati.

Anggaran membeli buku menjadi salah satu prioritasku. Sudah pasti aku membeli buku-buku tersebut di toko buku, baik Gramedia maupun Gunung Agung. Aku juga membeli buku langsung dari agen penerbitnya pada saat pameran buku. Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari membeli buku bajakan. Aku ingin menjadi teladan bagi anak-anak agar mereka juga melakukan hal yang sama yaitu anti buku bajakan.

Teteh umur 6 bulan sudah mengenal buku yang aku beli langsung dari agen penerbitnya.

Teteh setelah bisa membaca senang sekali dengan buku serial Strawberry Shortcake yang diterbitkan oleh Buku Erlangga dan ditulis oleh American Greetings. Strawberry Shortcake mempunyai 5 sahabat baik, yaitu: Blueberry Muffin, Lemon Meringue, Raspberry Torte, Orange Blossom, dan Plum Pudding. Masing-masing memiliki kelebihan. Orange Blossom yang suka menolong teman-temannya, Plum Pudding yang pintar menari, Raspberry Torte pintar menjahit gaun, dan Lemon Meringue yang pintar menata rambut. Strawberry Shortcake pintar membuat kue dan minuman ringan, lalu ada Blueberry Muffin sangat pintar, ia suka membaca buku.  Strawberry Shortcake tinggal di kota Berry Bitty.

Teteh di toko buku Gramedia Bandung.
Buku koleksi Teteh serial Strawberry Shortcake.

Sebelum masa pandemi, toko buku Gramedia pusat di Matraman Jakarta menjadi destinasi wisata akhir pekan Teteh. Lokasinya dekat dengan rumah dan ada ruang membaca sekaligus kafe. Sejak pemberlakuan PSBB dan PPKM kegiatan berkunjung ke toko buku menjadi agak terhambat. Tapi beberapa kali masih sempat sih mengajak Teteh ke toko buku untuk membeli novel karya Tere Liye. Melengkapi koleksi Teteh sebelumnya seperti serial Anak Pintar dan serial Bumi. Ya … Sejak kelas 5 Sekolah Dasar, Teteh sudah bisa membaca novel dengan tebal 400 halaman. Alhamdulillah …

Teteh membeli novel karya Tere Liye di toko buku Gramedia Central Park Jakarta.

Oya … Aku berusaha menularkan semangat membeli buku original kepada para sepupu Teteh. Jadi kalau liburan sekolah dan ada waktu berkumpul bersama, aku akan mengajak mereka ke toko buku. Lalu mereka boleh memilih satu atau dua buku kesukaannya sebagai hadiah kenaikan kelas. Waaaahhhh … Senangnya mereka bisa saling bertukar membaca buku selama berlibur bersama.

Sebagian buku koleksi Teteh di perpustakaan rumahku. Ada serial buku Franklin, Sahabiyah, Princess Muslimah, KKPK, juga novel Hijab for Sister, Delisa, Laut Biru Klara, dan Mata.

Kaka dan Mas senang membaca komik serial Detektif Conan. Lebih dari 50 edisi telah mereka koleksi. Versi tankōbon dari manga ini telah terjual sebanyak lebih dari 230 juta kopi di seluruh dunia, menjadikannya sebagai seri manga terlaris keempat sepanjang masa.

Kaka, Mas dan Teteh hobi membaca buku.

Buku original tentu jauh lebih mahal dari buku bajakan. Aku sampaikan kepada mereka apa saja bentuk pembajakan buku seperti:

1. Mengutip, meng-capture/screenshot, mengunduh, serta menjual kembali versi e-book secara ilegal.

2. Mereproduksi dan menjual kembali buku dengan menggunakan kertas koran atau kertas dengan bertekstur buruk.

3. Memfotokopi buku dan dijual kembali, baik itu beberapa halaman maupun satu buku penuh.

4. Menduplikasi tanpa izin atau menerjemahkan buku tanpa izin dari penerbit dan penulis.

Koleksi komik Conan milik Kaka dan Mas. Edisi pertama dibeli saat Kaka berusia 10 tahun.

Serial Detektif Conan ditulis dan diilustrasikan oleh Gosho Aoyama. Manga ini telah dimuat dalam majalah Weekly Shōnen Sunday terbitan Shogakukan sejak tanggal 19 Januari 1994, dan telah dibundel menjadi 98 volume tankōbon hingga tanggal 15 April 2020.

Satu serial kesayangan Kaka dan Mas adalah novel Narnia. Tidak murah juga untuk membeli langsung 7 judul dengan kemasan khusus di toko buku Gramedia. Kaka dan Mas senang juga membaca ensiklopedia dan buku ilmu pengetahuan seperti serial 3 Menit Pengetahuan Umum bergaya Korea. Juga berlangganan majalah Orbit yang fokus pada informasi sains dan teknologi.

Majalah Orbit koleksi Kaka dan Mas sewaktu SD.

Aku harus memilih antara membeli banyak buku untuk anak-anak atau memiliki tas original impor bermerek seperti Fossil, Coach, Aigner, atau Longchamp. Keputusanku adalah memakai tas hasil rajutan teman atau tas menengah buatan asli Indonesia seharga tidak lebih dari Rp. 500.000,-. Dengan demikian aku memiliki dana yang cukup untuk membeli buku. Eits … Jadi punya ide untuk menulis tentang tas koleksiku yang asli Indonesia. He3 …

Novel Narnia kesayangan Kaka dan Mas.

Oya … Anak-anak juga aku ajak untuk menyisihkan uang saku agar bisa membeli buku yang diinginkan. Bila masih ada kekurangan aku akan menambahkannya. Intinya membeli buku original itu butuh perjuangan. Godaan buku dengan harga murah merajalela di marketplace saat ini, sedangkan jaman itu buku bajakan biasanya dijual di lapak atau toko buku di lorong jalan menuju Universitas Indonesia atau di Pasar Senen Jakarta. Di Bandung ada pasar buku Palasari atau Shopping Center Jogja di Yogyakarta.

Kaka dan Mas juga mengoleksi novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Selain Laskar Pelangi, Andrea Hirata juga sukses dengan karya-karya lainnya seperti Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov, Padang Bulan (2010), Cinta di Dalam Gelas (2010), Sebelas Patriot (2011), Laskar Pelangi Song Book (2012), Ayah (2015), Sirkus Pohon (2017) hingga Orang-Orang Biasa (2019). 

Novel serial Laskar Pelangi koleksi Kaka dan Mas.

Pada bulan Maret tahun 2019 di Blitzmegaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat,  Andrea Hirata mengatakan  industri buku adalah industri yang paling rentan dibajak setelah industri musik. Ironisnya, salah satu faktor penyebabnya adalah kemajuan teknologi. Dikatakan Andrea, berkembangnya perangkat lunak pengonversi file pdf (Adobe Acrobat) menjadi word (Microsoft Word) memudahkan pembajak karena mereka cukup memindai (scan) buku aslinya untuk menghasilkan versi bajakannya. 

Andrea mengaku saat ini novel Laskar Pelangi sudah terjual lebih dari 1 juta kopi. Sayang versi bajakannya lebih laku ketimbang yang diterbitkan Mizan. “Novel saya laku 1 juta, tapi bajakannya laku 3 juta kopi, 300 persen,” ungkap Andrea. (Sumber: https://hot.detik.com/celeb/d-1101551/andrea-hirata-rela-novel-laskar-pelangi-dibajak).

Aku berjumpa Andrea Hirata di Masjid Salman ITB dalam acara bedah novel Edensor pada tahun 2010. Senang sekali bisa mendapat tanda tangan penulis di novel Edensor yang aku bawa saat itu.

Ketika novel belum juga diluncurkan, karya terakhir Andrea dalam novel tetralogi, sudah beredar versi bajakannya. Baru saja bilang mau menerbitkan novel Maryamah Karpov, keesokannya ada novel dengan cover Maryamah Karpov, tetapi isinya berbeda. Andrea mengaku sedih dan prihatin terhadap kondisi perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) di negeri ini. Wajar  saja Andrea sedih karena menjadi korban pelanggaran HKI. Sebagai penulis, Andrea mengaku sakit hati ketika karyanya dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Total, empat kali karya Andrea yang dibajak.

Tak hanya laku di pasaran, novel Laskar Pelangi menyabet beberapa penghargaan bergengsi baik di tingkat nasional maupun internasional. Penghargaan-penghargaan yang diraih seperti : Khatulistiwa Literaly Award (KLA) tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, dan Netpac Critics Award. Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti Malaysia, Spanyol, dan Inggris. Menilik perjuangan Andrea saat menulis karya novel Laskar Pelangi dengan riset mendalam yang dilatarbelakangi oleh pengalamannya sebagai siswa di SD Muhammadiyah Belitung, sangat tidak bijak bila kita membeli novel bajakannya. 

Nah … Ini buku karya Alfred Hitchcock terbit tahun 1988. Buku Lima Sekawan karya Enid Blyton yang aku punya terbit tahun 2006 dan 2022.

Buku Karyaku Semoga Tak Dibajak

Penelitianku tentang APBD Kota Cirebon selama hampir lima tahun dilaksanakan dalam sebuah program di LSM Fahmina Institute Cirebon. Berbagai kebijakan pemerintah daerah dikritisi dan diberi masukan solusi. Hasil penelitian diterbitkan secara berkala di dalam buletin Blakasuta. Kumpulan tulisan akhirnya dapat dibukukan dengan judul Bukan Kota Wali ‘Relasi Rakyat-Negara dalam Kebijakan Pemerintah Kota’.

Buku karya pertamaku tahun 2006 diterbitkan oleh Kutub Fahmina Yogyakarta. https://dewilailypurnamasari.wordpress.com/2013/04/02/tulislah-kebenaran-catatan-pengalaman-menulis-buku/

Ancaman akan dituntut masuk penjara pernah aku rasakan. Namun, dengan berbekal tawakal kepada Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaadil, aku tak merasa takut dengan ancaman itu. Aku menulis kebenaran, bukan fitnah atau kebohongan. Bekerja sebagai peneliti dan diberi amanah sebagai wakil direktur organisasi LSM Fahmina Institute Cirebon masa bakti 2002-2004 memberiku ruang untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat Kota Cirebon.

Aku menulis buku tersebut terinspirasi oleh pesan masyhur Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa “Kerusakan suatu kaum itu diawali ketika elit yang mencuri dibiarkan, tetapi ketika sijelata mencuri dituntut ke pengadilan. Demi Allah, jika putriku Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya.” Menurut Thamrin Amal Tomagola, korupsi akan selalu terjadi pada orang-orang yang memiliki sumber daya strategis. Baik politik, ekonomi, maupun budaya. Karena itu, jalan satu-satunya adalah dengan melakukan kontrol yang ketat. Pengawasan dari pihak yang independen, dengan sistem yang membuat orang merasa selalu diawasi dan bisa dibeberkan secara publik. 

Tentu sebagai penulis yang mengangkat tema korupsi, aku sangat tergelitik dengan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus: “Budayakan Hidup Tanpa Bajakan”. Fenomena korupsi dan pembajakan karya baik buku atau lainnya adalah pencurian. Pembajak adalah pencuri, mirip dengan koruptor adalah pencuri uang rakyat.

Pembajak bisa dikategorikan pencuri karena unsur pencurian terhadap pelanggaran hak cipta untuk kepentingan
komersial, yaitu:
1) Hak cipta merupakan benda atau harta yang mempunyai nilai dan berlaku akad jual beli terhadap benda tersebut.
2) Hak cipta dilindungi Undang-undang yang berfungsi sebagai penyimpan atau penjagaan yang berlaku terhadap benda atau materi.
3) Kedudukan penjual barang bajakan dapat di samakan dengan tukang tadah barang curian. Menurut Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) mereka dapat di seret ke pengadilan yang dapat di jatuhi tindak pidana sebagai mana pembajak itu sendiri. Dalam kaitan ini terlihat sudah jelas bahwa jual beli barang hasil bajakan berlawanan dengan Undang-undang dan syariat Islam. Oleh karena itu, akad yang dilakukan tidak sah menurut hukum Islam dan hukum positif serta jual beli barang bajakan termasuk pembelian barang ilegal yang berindikasikan barang yang tidak boleh di perjual berikan. (Sumber: https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8021/print%20untuk%20cd.pdf?sequence=1).

Dalam Pasal 40 Ayat (1) Huruf (a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku adalah salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta sangat penting, mengingat perkembangan perlindungan hak cipta dan perlindungan hukum terhadaphak cipta bagi pencipta masih kurang. Masih banyak terdapat hambatan yang timbul dalam penegakan hukumnya, meskipun telah dilakukan upaya-upaya hukum oleh para pihak, serta penerapan sanksi-sanksi hukum terhadap pelanggaran hak cipta. Undang-undang ini menggantikan UUHC 19/2002. (Sumber: https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt54192d63ee29a/uu-hak-cipta-baru)

Satu buku antalogi berjudul Jejak Kenangan dari 43 penulis perempuan alumni ITB telah terbit pada tahun 2021. Aku menjadi salah satu penulisnya dengan judul The Last Eighty : ITB 89.

Semoga budaya anti buku bajakan semakin berkembang di Indonesia. Rasa malu untuk membeli buku bajakan sedikitnya akan mengikis pangsa pasar buku bajakan. Pemerintah dan aparat hukum juga harus bertindak tegas terhadap para pembajak karena membajak karya cipta telah memperkaya diri dengan merugikan orang lain.

Daftar jadi member MGN disini http://bit.ly/FormMamahGajahNgeblog.

Jelajahi artikel menarik lainnya di link berikut:

Satu tanggapan »

  1. Keren koleksi buku-buku nya mbak. mulai cetakan berpuluh tahun silam sampai punya buku karya sendiri ya. Semoga semakin banyak yang sadar dan berhenti melakukan pembajakan ya mbak.

  2. Tempat beli menentukan orisinalitas buku. Saya pernah beli buku di marketplace. Asal saya search aja gitu judul bukunya. Eh kok ketemu ada yang jual harganya murah. Tanpa pikir panjang, saya langsung checkout, kegirangan dapat buku incaran. Pas bukunya datang, eh kok ternyata kayak ebook dicetak sendiri gitu loh, Mbak. Huhu.. Sedihnya. Setelah itu kapok deh beli buku di marketplace, selain di toko resminya.

Tinggalkan komentar